Rasa takutku sebanyak debaran jantungku.
Takdir terus merasa iri pada kita.
Just let me love you 🎵<<<3
Dua tahun sudah berlalu, dirinya berhasil masuk ke universitas yang dia inginkan tanpa tes, sempat mendapatkan beasiswa berprestasi namun dia tolak karena banyak yang lebih membutuhkan. Ana lulus di jurusan psikologi, karena hal ini dirinya lebih membuka diri terhadap orang lain dan juga banyak memperhatikan sekitarnya. Ana juga sudah memiliki banyak teman di lingkup fakultasnya.
Mengenai hubungannya dengan Joan, mereka sudah mencoba bersama namun sifat laki-laki itu yang terlalu agresif sempat membuatnya takut hingga suatu insiden menyebabkan pertunangan mereka yang harusnya di laksanakan setahun lalu di undur.
Ana bingung entah kenapa, Joan mulai menunjukkan ketidaksukaan padanya. Mereka hanya saling bertemu di rumahnya, ataupun di sekitar kampus. Ana melangkahkan kakinya berniat membawakan bekal untuk cowok itu, mencoba memahami kepribadiannya Ana pikir Joan merasa stres karena kesibukan cowok itu yang harus kuliah sambil mengurusi urusan kantor, belum lagi tekanan yang cowok itu dapatkan dari Papanya. Atau cowok itu sudah muak dengan sikap Ana.
"Permisi."
"Ah, pacarnya Joan ya? Tadi gue lihat dia di dekat Ruang C coba aja ke sana," jelas orang yang merupakan salah satu teman Joan di kampus.
Ana berterima kasih, dan langsung ke tempat yang dimaksud. Sesampainya di sana reflek Ana menjatuhkan kotak bekal yang dia bawa hingga mengusik aktivitas kedua orang yang sedang bermesraan di sana.
Joan menyeringai.
"Lakuin apapun supaya perjodohan kita batal, sampai orang tua lo berubah pikiran." Karena dia sudah berusaha melakukan banyak hal namun tidak pernah berhasil." Terutama bokap lo, Lo nggak mau kan sama gue yang brengsek ini?" Dirinya juga sudah melalaikan tugasnya di kantor dan mengabaikan panggilan orang tuanya.Ana mendekat dan langsung menampar pipi cowok itu sekuat tenaganya. Dia kecewa tentu saja.
"Kalau perlu gue bakal bunuh diri supaya nggak di jodohin sama lo."Ana pergi meninggalkan tempat itu membawa mobilnya kembali ke fakultasnya. Selama perjalanan dia memikirkan hal tadi, kalau Joan tidak ingin bersamanya ya tidak perlu melakukan hal seperti tadi juga, meskipun Ana membebaskannya tapi ternyata sakit hati juga berada diposisi ini. Selesai memarkirkan mobilnya Ana turun berniat untuk membeli minuman terlebih dahulu sambil melihat-lihat sekitar.
Ada banyak orang yang mengantri bakso di sana, juga ada mahasiswa yang duduk lesehan di pinggir trotoar, yang jalan entah kemana. Matanya menangkap sosok laki-laki yang tidak pernah musnah dari hati dan ingatannya. Rambutnya dibiarkan memanjang dengan bando di kepala agar helaian rambutnya tidak menusuk mata. Kemeja abstrak dan celana coklat dengan tas selempang menambah kesan artistik.
Fakultas seni dan FKIK emang bersebelahan tetapi baru kali ini dirinya melihat Angkasa. Setaunya Angkasa masuk ke jurusan seni musik berdasarkan evaluasinya di semua media sosial Angkasa dan sahabatnya. Ana pikir Angkasa akan masuk Dkv atau seni lukis mengingat kemampuan menggambarnya juga bukan main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...