Awdella - Tertawan Hati

96 10 0
                                    

"Hal terindah dimataku sekarang adalah dirimu, jika perasaanku ke kamu diibaratkan uang, mungkin aku sudah menjadi seorang Milioner."

<<<3

Ana menatap tangannya yang masih bertaut dengan Angkasa. Mereka sudah sampai sekolah dan sedang berjalan di koridor menuju kelas.

"Isshh" Ana merasa bahunya tertabrak seseorang dari belakang dan tanpa dia sadari Angkasa sudah bergerak maju mencengkram kerah seragam laki-laki itu dengan sebelah tangannya.

"Jangan ganggu," desis Angkasa lalu melepaskan.

Januar, cowok itu sempat kaget dengan perlakuan Angkasa.
"Gue nggak sengaja!" Januar ditarik Haru masuk ke kelas ketika melihat wajah Angkasa yang kusut, mereka memang melewati kelasnya Januar.

"Sa, jangan kasar. Apalagi tadi Januar nggak sengaja," ucap Ana ketika mereka sudah sampai ditempat duduk gadis itu. Angkasa tersenyum paksa. Menepuk puncak kepala gadisnya sesaat dia melenggang ke kursinya sendiri yang sudah terdapat Jendral sedang bermain game. Tidak lama guru pun memasuki kelas, Jendral menyimpan ponselnya dan melihat ke arah sahabatnya yang memijit dahinya pelan.

"Kenapa Sa, ada masalah?" bisik Jendral.

Angkasa menggeleng.
"Cuma lagi pusing aja."

"Istirahat nanti kalian duluan aja, gue sama Ana."

Jendral mengangguk.
"Tapi masalah sama Januar jangan sampai berlarut-larut ya, nanti gue kasih pengertian ke Januar dulu."

Setelah itu Angkasa memilih menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya.

Sedangkan Ana dia sesekali melirik ke belakang, pikirannya selalu dipenuhi oleh cowok itu. Hingga tak sengaja bersitatap dengan teman kekasihnya Ana hanya bisa tersenyum kaku.

"Kenapa Lo gelisah amat?" tanya Resti agak risih melihat teman sebangkunya seperti cacing kepanasan. Ana langsung menggeplak bahu temannya itu.

"Ohh ngelihatin ayang ya." Resti tersenyum menggoda.

"Ah udahlah lanjut sana kerjain tugasnya." Ana mendorong pelan pipi Resti agar kembali fokus.

Hingga bel istirahat pun berdering, Ana dengan segera membereskan barang-barangnya.
"Res, Lo duluan aja gue sama Angkasa."

Resti yang sudah mengerti pun hanya mengangkat jempolnya. Ana melangkahkan kakinya ke meja belakang tempat duduk kekasihnya. Jendral yang melihatnya segera beranjak.

"Kalau ada masalah segera diselesain ya, cowok lu kayak lagi patah hati." Jendral sedikit bergurau. Ana tertawa pelan lalu mengangguk.

"Thanks."

Beralih ke sosok yang masih menelungkupkan wajahnya diantara lengan yang bertumpu di atas meja. Ana mendudukkan dirinya ke tempat yang duduki Jendral tadi.

"Asa?"

Ana menepuk pelan pundak kekasihnya namun tidak ada pergerakan. Tangannya bergerak ke sela-sela rambut cowok itu yang ada dihadapannya, sedangkan wajah cowok itu menghadap dinding. Halus, rambut hitam Angkasa terasa halus membelai jari-jarinya. Wangi sampo semakin menguat di indra penciumannya. Jika dijelaskan menurut Ana Angkasa beraroma musim dingin percampuran antara mint dan wood yang mengingatkannya pada rumah. Meskipun Ana sendiri tidak paham bau rumah itu seperti apa. Ana juga mencium aroma manis seperti jeruk ketika dia memeluk tubuh cowok itu tadi di motor. Tanpa sadar Ana mengelus rambut Angkasa dengan pelan takut mengganggu pemuda tersebut, lalu beralih ke telinganya yang ternyata ada dua tindikan di bagian dalam telinga yang baru Ana sadari membuatnya sedikit mencondongkan tubuhnya untuk melihat lebih jelas. Jari-jarinya pun turun ke arah belakang leher yang terpampang jelas di matanya.

Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang