Ujian kenaikkan kelas semakin dekat, hubungannya dengan Angkasa seperti biasa. Hanya saja pertemuan mereka makin singkat. Ana juga harus belajar agar nilainya memuaskan, semenjak Jendral masuk rumah sakit sebulan yang lalu Angkasa selalu menemani sahabatnya.
Ana hanya mengingatkan agar tidak lupa makan dan sebagainya. Mereka juga hanya bertemu di sekolah, Jendral masih dalam tahap pemulihan karena luka berat yang dimilikinya.
Ana melihat wajah Jendral yang lebam terutama mata kanan, juga tangan kiri dan kaki kirinya di perban serta luka-luka di tubuhnya waktu teman sekelas diperkenankan untuk menjenguk. Ana juga sempat bertanya kepada pacarnya, kata Angkasa terdapat retakan di tulang rusuk, pergelangan kaki dan lengannya, untung kepalanya tertutup helm hanya kaca helm itu pecah dan mengenai matanya. Tapi Ana tidak tahu keadannya sekarang bagaimana, cowok itu belum masuk sekolah hingga sekarang.
Ana melangkahkan kakinya ke rooftop gedung sekolahnya, dia tadi menanyakan keberadaan Angkasa dan kekasihnya itu menjawab sedang di rooftop sebentar lagi dia akan ke kelas. Tapi, Ana hanya penasaran karena akhir-akhir ini Angkasa sering sekali ke sana jadi gadis itu ingin menyusul.
Sedangkan Angkasa menikmati pemandangan sekolahnya dari atas, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada di sana. Banyak sekali yang mampir dipikirannya, Jendral yang belum pulih, T Five yang hiatus, Bang Jo yang dua Minggu ini berada di Jepang, Dirinya sadar jika dia sedikit memberi ruang mengenai hubungannya dengan Ana.
Belakangan ini mereka memang jarang bertemu selain di sekolah, membiarkan Ana bebas sejenak untuk dirinya sendiri. Dalam pikirannya ingin mencoba terbiasa tanpa gadis itu, tapi bahkan pikirannya saja selalu diisi oleh Ana.
Mengingat Ana yang akan dijodohkan nantinya, hubungannya dengan Mama Ana tidak ada kemajuan sama sekali. Jika Ana memang bukan untuknya, lalu kenapa harus dia yang Angkasa cintai. Kalau tau dari awal dirinya tidak ada harapan, perasaan itu sebaiknya tidak perlu dia utarakan.
Suara pintu yang terbuka memasuki gendang telinganya, Angkasa menjatuhkan benda berasap yang semula ada diantara dua jarinya, dipijaknya menggunakan alas sepatu yang sedang dia pakai. Lalu menoleh ke arah pintu, cowok itu tersenyum ketika tau siapa yang datang.
"Ngapain sih di sini?" Ana ikut duduk di sebelah cowok itu. Apa bagusnya tempat ini sih, cuma ruang kosong yang terbuka.
"Duduk doang kok, enak di sini sepi."
Ana fokus membuka bekal yang dia buat sendiri di rumah, namun sedikit kesusahan.
Ana jadi kesal sendiri mana Angkasa yang menatapnya sedari tadi tidak ada tanda-tanda akan membantunya."Na?"
Dengan cemberut Ana menoleh mengangkat wajahnya agar bisa melihat Angkasa, tapi apa yang terjadi sedetik kemudian membuatnya mematung. Angkasa mengecupnya! di pipi hampir mengenai sudut bibirnya. Cowok itu menjauhkan diri lalu terkekeh, manis sekali, berapa kali Ana harus mendeskripsikan senyuman itu selalu manis, sangat manis. Tanpa sadar gadis itu ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...