"Setiap momen adalah kepingan tak tergantikan di hidup kita."
<<<3
"Bunda yang ngapain ke luar." Angkasa langsung memeluk wanita yang sudah berusia tiga puluhan tersebut.
"Ada suara motor yang bunda kenal, Haru lagi main tuh di dalam sama Gibran." Melihat ada seseorang dibelakang Angkasa, Bunda Dina tersenyum jahil. "Yang cantik itu kenalin dong, ajak masuk dulu, ayo nak masuk." Angkasa mengajak Ana untuk masuk duluan mengikuti Bunda.
Rumahnya tidak besar juga tidak kecil, di sebelahnya terdapat rumah makan biasa. Rumahnya tepat di pinggir jalan kecil, yang biasa digunakan untuk jalan pintas.
Mereka duduk di ruang tamu.
"Asa tamunya disediain sesuatu dulu, Bunda mau ke sebelah bentar ada yang mesen.""Gak usah repot-repot." Ana membalas senyuman Bunda lalu menggeleng ke arah Angkasa.
"Cie yang lagi malu," goda Angkasa. "Mau minum Jus nggak? Suka jus apa?" tanyanya.
"Jambu merah?" jawab Ana. Cowok itu mengangguk.
"Tunggu ya." Angkasa langsung ngacir ke belakang. Ana yang ditinggal pun hanya memainkan ponselnya. Hingga Bunda Dina datang dan ikut duduk di sana, Ana langsung mematikan ponselnya lalu tersenyum sopan.
Bunda Dina meletakkan beberapa gorengan dan kue."Sok atuh di makan, adanya cuma ini, kalo mau makan langsung aja ke sebelah ajak Angkasa juga nanti." Ana mengangguk saja sambil mengucapkan terima kasih.
"Namanya Ana ya, Asa setiap ke sini pasti nyeritain kamu, temen-temennya juga sering ngeledekin gitu atuh jadi penasaran Bunda, ternyata geulis pisan ya."
"Iya saya Ana em tante?"
"Panggil bunda aja, semua temennya Asa manggil bunda."
"Iya bunda." Masih dengan senyum canggungnya. Maklumkan lah teman-teman, Ana baru kali ini di ajak ke rumah cowok dan juga temannya hanya beberapa orang saja dari dulu, ke rumah Resti aja dia masih segan.
"Sabar ya Na, bunda emang cerewet." Angkasa datang bersama Haru yang mengikutinya dari belakang sambil menggendong Gibran di pundaknya. Angkasa meletakkan dua minuman jus jambu untuk Ana dan jus jeruk untuk dirinya sendiri. Gibran sekarang berumur tujuh tahun, lagi manja dan nakal-nakalnya.
Angkasa duduk di sebelah Ana, diikuti oleh Haru dan di hadapan mereka ada Bunda Dina.
"Kan Asanya udah ada, Bunda lanjut ya ke sebelah."
Setelah kepergian Bunda, Asa membawa Gibran ke pangkuannya.
"Bang Lo nggak buatin gue minuman?"
"Aelah Ru, biasanya juga buat sendiri." Mengalihkan fokusnya ke Ana yang hanya diam saja."Dek, ajak main kakaknya tuh." Gibran yang di suruh pun langsung menatap Ana yang di balas tatap juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Novela Juvenil"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...