Tak tahu bagaimana aku tanpa dirimu
Tak pernah terbayangkan
Sepi merindu
🎵
Pentas seni untuk anak kelas 12 tahun ini, T Five tidak ikut tampil karena mengingat keadaan Jendral yang baru pulih, mereka masih dalam keadaan hiatus untuk segala kegiatan di atas panggung. Ana dan Angkasa datang bersama sebagai pasangan ke acara itu, dengan setelan yang serasi. Melihat orang-orang yang bergantian tampil, hingga seseorang menyatakan kata cinta di atas panggung membuat para audiens bertepuk tangan. Ana juga kembali mengingat pertama kali Angkasa menyatakan perasaan padanya.
"Na, kayak kita dulu." Cowok disampingnya menyenggol. Ana tertawa.
"Yeeeu kamu norak banget sih."
"Asa?"
"Bang Jo!" Angkasa berdiri lalu memeluk Joan singkat. "Cie sebentar lagi jadi mahasiswa." Joan tertawa sambil melirik perempuan yang berada di balik Angkasa.
"Maaf ya Abang jarang dirumah akhir-akhir ini, nanti untuk ngerayain hari ini ayo kita ke kafe rame-rame ajak teman-teman Asa sekalian Ana juga boleh, Abang teraktir sepuasnya."
"Liat nanti deh bang."
"Okay, nanti kabarin lagi."
Angkasa duduk ditempatnya.
"Sa, aku ke tempat Resti ya di sana." Angkasa melihat ke arah yang Ana perlihatkan, lalu mengangguk.Angkasa mencari Haru, namun tidak menemukannya. Akhirnya dia memilih duduk lagi sambil menanyakan keberadaan mereka di grub.
"Angkasa ya?" Suara seseorang yang menyebut namanya membuat Angkasa mendongak, mengalihkan perhatian dari ponsel ditangannya. Dia menaikkan sebelah alisnya bertanya.
"Gue boleh minta waktunya sebentar?" tanya orang itu lagi.
"Ah boleh, duduk aja."
"Nggak di sini terlalu berisik."
Cowok itu berpikir sejenak. Akhirnya menyetujui, mengikuti ke mana orang itu membawanya. Hanya sedikit menjauh dari kerumunan.
"Sebelumnya, gue Silvi. Sebenarnya bukan hal yang penting tapi supaya hati gue ngerasa lega aja."
Angkasa mendengarkan dengan baik.
"Gue suka sama Lo, gue juga fansnya T Five dan gue akan selalu ngedukung Lo. Jadi tolong terima ini." Silvi menyodorkan bingkisan kecil namun tidak terlalu kecil.
Angkasa tersenyum.
"Terima kasih sudah menyukai gue, tapi Silvi, maaf untuk perasaan itu.""Oke jangan dilanjutin, gue udah tau jawabannya. Gue cuma pengen Lo tau, dan gue ngerasa senang Lo nyebut nama gue, dan akan lebih senang lagi kalau Lo mau nerima hadiah ini." Silvi makin mendekatkan bingkisan itu. Angkasa menerimanya.
"Let me love you, itu sudah cukup." Silvi mengatakannya sambil berusaha melebarkan senyumnya. "Ah iya, sering-sering update dong, minimal buat story lah. Apalagi kalian hiatus, bukan apa-apa cuma ingin tau aja."
Angkasa menggaruk belakang kepalanya.
"Kalau itu, nggak janji deh." Dia terkekeh."Angkasa, boleh foto berdua?" tanyanya. Angkasa mengangguk. "Khusus buat Lo aja nih, jangan di upload di sosial media ya." Silvi mengarahkan kameranya ke mereka berdua.
"Satu lagi, gue boleh peluk? Sebentar aja, gue lagi butuh seseorang, akhir-akhir ini gue ngerasa frustasi," lirihnya. Cowok itu bingung dengan situasi seperti ini.
"Maaf nggak bisa, ada hati yang harus gue jaga." Sebagai gantinya Angkasa mengusap bahu gadis itu pelan. "Semangat, dunia memang penuh dengan masalah tapi sekecil apapun itu kita juga akan menemukan kebahagiaan."
Melihat Silvi yang sedang menahan air mata, seperti ada masalah yang dihadapinya dan mungkin butuh orang lain untuk menemani gadis itu. "Gue juga sering melarikan diri kok, tapi akhirnya gue kembali lagi untuk ngehadapin itu karena gue sadar. Tempat kita untuk melarikan diri mungkin adalah tempat yang paling menakutkan tanpa disadari, karena masalah yang tidak terselesaikan itu akhirnya menumpuk. Mau tidak mau kita harus menghadapinya juga 'kan."
"Makasih sekali lagi."
Angkasa tersenyum.
"Banyak pria baik, dan mungkin akan ada cowok yang diam-diam suka sama Lo tanpa disadari. Coba deh perhatiin hal sekitar, Silvi. Siapa tau dia akan jadi kekuatan Lo."Gadis itu mengangguk. Angkasa memberikan Silvi permen yang berada di kantong celananya.
"Berani jatuh cinta, berani ngambil risiko. Lo hebat. Gue duluan ya, jangan ganggu gue lagi setelah ini."
Angkasa berlalu pergi.
Ana sedari tadi mengintip karena melihat Angkasa yang pergi bersama cewek lain ke tempat yang jauh dari kerumunan. Penasaran ya sudah pasti, awalnya Ana merasa kesal karena Angkasa terlalu welcome untuk orang yang jelas-jelas ingin menembaknya. Pake senyam senyum segala, terus usap-usap bahu lagi. Tinggal nolak terus pergi kan bisa, tanpa harus berlama-lama. Ana melihat cewek tadi sudah hilang dari penglihatannya, kemudian dia ingin berbalik pergi.
"Hayo ngapain," bisik seseorang yang membuatnya kaget.
"KHAMCAGII." Ana berbalik sambil mengelus dadanya."ASA? LO!"
Angkasa tertawa ngakak.
"Ngelihatin apa sih, serius banget.""Apa sih, nggak ada gue cuma lewat aja."
Angkasa terus menggodanya membuat Ana kesal sekaligus malu.
"Ck Sa, bisa nggak sih kalo ada yang nembak tuh langsung tolak aja nggak usah basa-basi.""Kamu cemburu ya?"
Ana melotot galak.
"Nggak ya.""Ih lucu banget sih pacarnya Asa." Angkasa memencet hidung gadis itu.
"Sa!"
Berhenti menggoda.
"Na, cewek nggak bisa dikasarin. I know it. Dan apa salahnya kita menghargai orang yang menyukai kita? Yang cowok aja belum tentu berani nyatain suka, apalagi cewek. Sebelum ngelakuin hal itu pasti mereka sudah berpikir dengan penuh pertimbangan 'kan." Angkasa menjelaskannya dengan lembut.
"Iya sih ...," jawab Ana ragu.
Angkasa menangkup pipi Ana agar melihat ke arahnya.
"Lagian aku sudah punya kamu, buat apa nyari yang lain kalau kamu aja udah cukup." Ana menutup mata saat Angkasa mendaratkan kecupan dikeningnya. Dia benar-benar merasa sangat dicintai.Biarkan cita yang jadi saksinya
Kita kan slalu bersama huwo
Merangkai di setiap kisah bersama
Dengan dirimu untuk selamanya
🎵🎵🎵
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Novela Juvenil"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...