Angkasa mendapat pesan dari nomer tidak dikenal yang menyuruhnya untuk bersiap-siap dan akan ada mobil nanti yang menjemputnya. Angkasa pikir itu adalah orang dari Tuan Nakamoto, karena beberapa hari sebelumnya nomer itu juga mengirimkan banyak pesan yang menjelaskan tentang perjodohan itu.
Dirinya tau kalau hari ini adalah hari pernikahan mereka. Angkasa bahkan tidak tau siapa yang menjadi calonnya, sampai Bang Jo menolak dengan keras. Ketika Angkasa bertanya,
"Bang, udah pernah ketemu sama ceweknya?""Belum, lagian Abang udah punya pacar, Sa. Asa berubah pikiran ya?"
Karena Angkasa tau rasanya di tinggal karena perjodohan jadi dirinya tidak tega. Apalagi Abangnya dan Lia sudah berpacaran sangat lama. Ya, abangnya masih sering membawa Lia ke apartemen mereka hanya untuk bermalas-malasan.
Back to topic soal pernikahan, semua hal tentang pernikahan sudah di urus oleh Tuan Nakamoto jadi Angkasa hanya perlu berdiri di altar dan mengucap janji saja nantinya. Dan sesuai kesepakatan mereka sebelumnya, kalau kedua belah pihak saling merasa tidak cocok selama satu tahun bersama maka boleh berpisah. Angkasa tidak masalah, tetapi dirinya menginginkan keluarga impian. Semoga saja mereka memiliki kecocokan.
Sedangkan disisi lain.
Mama Ana sedang meyakinkan anaknya kalau semua akan baik-baik saja. Ana sedang dirias oleh MUA, tetapi gadis itu menangis hingga membuat Sang Mua menghentikan riasannya sesaat.
"Ma, nggak mau."
"Coba saja sayang ya, setahun kok kalau merasa tidak cocok, Ana bisa pisah."
Pergantian pihak yang dicalonkan sudah di diskusikan oleh kedua orang tua Ana dan Tuan Nakamoto. Dan mereka sepakat. Sehingga terjadilah pernikahan ini, sebelum calon pengantin berubah pikiran.
Ana dengan gaun pernikahan berwarna putih, terlihat sangat cantik. Wajah yang sembap itu sudah tertutupi oleh riasan dan juga kain putih transparan yang menutupi wajahnya. Ketika kakinya melangkah ke pintu terdengar musik mengalun memenuhi seluruh ruangan gereja. Sambil menunduk Ana berjalan pelan menggandeng Papanya. Mereka berjalan beriringan mengikuti alunan lagu. Banyak pasang mata yang menatap, kebanyakan dihadiri oleh kerabat dan rekan bisnis orang tua mereka.
Tak lama kemudian langkah mereka sampai di depan altar. Papanya Ana memberikan tangan putrinya kepada mempelai pria yang telah menunggu sejak tadi. Serta merta tangan sang putri meraih lengan calon suaminya dan mereka melangkah bersama lebih dekat lagi ke altar.
Setelah beberapa acara berlalu tibalah saatnya mereka saling mengucapkan janji pernikahan mereka.
"Saya, Angkasa Hiroyuki berjanji.
Dihadapan Tuhan dan gereja. Bahwa saya mengambil Sandhya Renjana sebagai istri saya. Saya akan setia dalam untung dan malang, dalam sehat maupun sakit, dalam suka maupun duka. Demikian janji suci ini saya buat dihadapan Tuhan dan kitab suci ini."Ana langsung mengangkat kepalanya melihat wajah laki-laki yang berbicara dirinya terkejut dan tidak menyangka. Angkasa dengan potongan rambut yang rapi, juga jas dan kemeja yang senada dengannya begitu pas di tubuhnya. Apakah ini mimpi? Namun, sebuah deheman menyadarkannya.
"S-saya, Sandhya Renjana berjanji,
dihadapan Tuhan dan gereja. Bahwa saya bersedia mengambil Angkasa Hiroyuki sebagai suami saya. Saya akan setia padanya dalam untung dan malang. Dalam sehat maupun sakit. Dalam suka dan duka. Demikian janji suci ini saya buat dihadapan Tuhan dan kitab suci ini." Sementara itu Ana mengucapkan janji pernikahannya dengan suara bergetar.Selanjutnya adalah acara saling bertukar cincin. Angkasa memasukkan cincin itu di jari manis gadisnya perlahan, bisa Ana rasakan keringat dingin yang terasa saat laki-laki itu menyentuh tangannya, kemudian Ana melakukan hal yang sama dengan tangan yang gemetar.
Saat ini acara pembukaan penutup wajah akan dimulai. Dengan tenang dan perlahan Angkasa mulai membuka kain yang menutupi wajah pengantinya. Sementara Ana sedikit membungkukkan tubuhnya agar cowok itu lebih mudah meletakkan kain itu di belakang tiara miliknya. Setelah itu Angkasa memajukan wajahnya membuat Ana spontan menutup matanya, namun yang dirasakan hanyalah kecupan hangat dikening.
Gemuruh tepuk tangan tamu yang datang terdengar. Lalu mereka menghadap ke arah undangan sambil memperlihatkan cincin dan senyum milik mereka. Jangan sadarkan Ana kalau semua ini hanya sekedar mimpi, dia sudah menangis sambil tersenyum sekarang.
Angkasa juga terkejut ketika mengetahui nama calon pengantinnya saat perjalanan tadi. Tapi dirinya masih mengira kalau namanya hanya mirip? Namun setelah, membuka kain yang membuat pandangannya bebas melihat wajah gadis yang sudah resmi menjadi miliknya. Angkasa tidak tahan mengembangkan senyumnya dengan mata berkaca-kaca, tanpa ada yang tahu kalau dia mencubit lengannya sekuat tenaga untuk memastikan kalau ini bukanlah mimpi.
Selesai acara itu Angkasa langsung memeluk Joan dengan erat.
"Bang, lo hutang penjelasan."Kemudian memeluk Bunda Dina yang ternyata hadir.
Angkasa terlalu bodoh untuk menyadari semua ini.
Tidak.
Angkasa terlalu banyak menyangkal.
Padahal sudah banyak bukti yang ia lihat tentang Ana dan juga Joan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...