"Ketika namaku terucap dari belah bibirmu, aku terpesona. Layaknya sebuah mahakarya Tuhan, dengan hati-hati aku mengagumimu"
<<<3
Liburan semester sudah lewat, tidak terasa mereka sudah memasuki kelas sebelas. Resti menarik lengan Ana untuk melihat nama mereka di Mading menerobos kerumunan orang yang juga ingin melihat, karena kelasnya diacak. Ana hanya berdoa semoga mereka sekelas lagi, rasanya Ana nggak akan mampu kalau harus cari teman lain lagi, takut tidak ada kecocokan. Sejauh ini Resti yang paling memahaminya. Ketika sudah didepan Ana mencari namanya sambil menjulurkan jari telunjuk ke nama-nama itu untuk memastikan. Dia menemukan nama Angkasa di sana, Resti disebelahnya sudah berteriak sambil memeluknya.
"YES KITA SEKELAS LAGI." Benar saja, Ana menemukan nama Resti diurutan ke dua puluh satu, kemudian namanya berada dibawah. Doa anak baik memang tidak mengecewakan.
Ana langsung membawa Resti keluar kerumunan karena ia merasa sudah cukup menemukan nama mereka. Tiba-tiba seseorang merangkul bahunya, membuat Ana mendongak untuk melihat si pemilik tangan. Matanya menemukan senyuman laki-laki yang akhir-akhir ini mengisi hatinya.
"Mau ke kelas bareng?" tanya Angkasa, tahun ini mereka sekelas di 11 IPA 1, ada Angkasa, Ana, Resti, Haru dan Jendral.
"Ayo."
Angkasa dan Ana berjalan lebih dulu, diikuti oleh Resti, Jendral dan Haru dibelakangnya. Setelah sampai di kelas Angkasa memilih tempat duduk kesukaannya yaitu di sudut paling belakang dekat jendela. Jendral mengode ke arah Ana, seolah paham gadis itu langsung menggeleng dan memilih duduk urutan kedua bagian tengah bersama Resti. Setelah meletakkan tasnya Angkasa langsung menarik kursi dan duduk disamping meja Ana. Hari pertama masuk otomatis jam kosong, kemungkinan besok guru baru masuk untuk memperkenalkan diri.
Wawan dan Januar masuk ke kelas mereka sekedar mengunjungi, mereka berdua mendapat kelas 11 IPA 2 yang otomatis kelas mereka bersebelahan.
"Wiu Wiu Wiu." teriak Januar menirukan suara sirine. Angkasa dan sahabatnya mengikuti lalu mereka tertawa, iya sereceh itu memang.
Angkasa memusatkan perhatiannya kepada Ana kembali yang ikut terkekeh.
"Kenapa kita nggak sebangku aja?" tanya cowok itu."Lo milih dibelakang, gue sukanya di sini." Ana menopang dagu.
"Jadi kalo gue di sini, lo nya mau?"
"Mau apa?"
"Duduk sebangku?"
"Mungkin."
"Kok mungkin?"
"Lo nya mau nggak?"
"Nggak."
"Yeee ya percuma." Ana memutar bola matanya malas, membuat cowok itu terkekeh pelan.
"GUYS NAMA GUE JENDRAL, KALIAN HARUS PATUH SAMA GUE! NIH ANAK BUAH GUE NAMANYA HARU SAMA ANGKASA SI BUCIN," teriak Jendral di depan kelas sambil membawa penggaris yang ditepuk-tepukin pelan ke papan tulis, lalu menunjuk orang yang disebutnya. "DAN INI JANUAR SAMA WAWAN ADALAH PENYUSUP, AYO MUSNAHKAN CIAAAT." Jendral berlari pelan sambil mengacungkan penggaris yang dipegangnya ke arah Januar dan Wawan yang berlarian sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...