"Jika takdir terus menghentikan kita saling bertemu maka kita akan kembali ke halaman yang sama lagi dan lagi."
<<3
Sekarang Ana dan Angkasa sedang di dalam mobil yang sama, masih menggunakan baju pengantin. Menuju ke rumah yang sudah Tuan Nakamoto sediakan. Mereka sampai, Angkasa membantu membawakan koper milik Ana. Sedari tadi tidak ada yang membuka suara, dan Ana hanya memperhatikan apa yang laki-laki ini lakukan dan mengikutinya. Dia beneran belum percaya kalau yang di depannya ini Angkasa, meskipun tadi sudah dijelaskan oleh Mamanya.
Angkasa sempat menolak rumah ini tetapi Tuan Nakamoto mengatakan hanya sementara sampai dirinya bisa membeli rumah sendiri. Mengingat dirinya juga tidak sendiri, melainkan ada seseorang yang dia bawa jadi dia terima. Tapi kalau ingin selamanya di sana juga tidak apa-apa, katanya. Rumah itu terlalu besar bagi Angkasa dan juga jauh dari kampusnya.
Terdapat banyak ruang, tetapi hanya ada satu kamar yang memiliki ranjang, terdapat mawar merah yang bertaburan di sana.
"Sandhya," panggil Angkasa yang membuat hati Ana potek, karena cowok itu memanggilnya dengan nama depan.
Ana perlahan naik ke tangga dengan mengangkat gaunnya. Angkasa sudah memberikan tangannya untuk membantu tapi Ana abaikan.
"Ini kamar kamu, kopernya ada di sebelah kasur." Ana mengintip ke dalam kamar.
"Ka-kamu?"
"Aku bisa pake kamar mandi bawah. Setelah bersih-bersih jangan lupa istirahat ya." Angkasa menuruni tangga entah kemana.
Ana menutup pintu, Ana tadi juga sudah mengecek beberapa ruangan tapi masih banyak ruang yang kosong. Nanti malam bagaimana mereka tidur? Melihat ranjang tidur itu bertebaran bunga mawar merah membuat wajah Ana merona. Ada banyak kado yang bertumpuk di sebelah lemari. Dirinya bergerak mengambil sepasang pakaian yang akan digunakannya, meraih resleting di belakang gaunnya dengan susah payah. Ana ingin meminta tolong pada Angkasa tetapi dia malu, bagaimana ini, jangan sampai hal seperti yang di drama-drama terjadi. Wajahnya sudah sangat memerah sekarang memikirkan sesuatu yang konyol.
Beberapa menit berlalu akhirnya Ana bernapas lega karena berhasil membuka resleting sendiri. Dirinya masuk ke kamar mandi, mengisi bathtub hingga berbusa lalu menenggelamkan tubuhnya di sana, hanya kepalanya yang menyembul. Setelah selesai Ana merasa segar, membaringkan tubuhnya di atas kasur hingga tertidur. Menyusun pakaiannya ke lemari nanti aja.
Sedangkan Angkasa, selesai mandi dia langsung mengecek persediaan dapur yang ternyata masih kosong. Jadi dia memilih gofood saja untuk makan malam mereka. Berjalan ke ruang tengah dan menghidupkan televisi, dirinya memikirkan kejadian hari ini yang diluar logikanya.
Takdir benar-benar mempermainkannya, huh. Dia membuka ponsel, dirinya belum memberitahu sahabatnya soal pernikahan ini, bisa-bisa dia kena ulti. Haru cukup sulit dihubungi, dia sudah menjadi Tentara sekarang sehingga intensitas pertemuan mereka hanya ketika Haru mendapatkan cuti. Sedangkan Jendral kuliah di kampus yang sama fakultas teknik, Januar dan Wawan mengambil sistem informasi dan komunikasi di kampus yang berbeda. T Five juga sudah lama tidak aktif, mereka mengisi chanel youtube dengan video cover saja, atau video lainnya.
Menyadari hari sudah malam, Angkasa mengetuk pintu kamar Ana ingin mengajaknya untuk makan malam. Namun, tidak ada tanda-tanda akan dibukakan pintu.
"Sandhya?" Mengetuknya dengan sedikit kuat."Yaaa..."
"Aku tunggu di bawah, kita makan malam."
Ana membuka matanya, mendudukkan diri kemudian merenggangkan tubuhnya.
"Ah, gue udah nikah?" gumamnya panik lalu segera keluar memenuhi panggilan sang suami.Angkasa sudah menyiapkan makanannya sambil ditemani televisi yang menyala. Dirinya melihat Ana yang menuruni tangga, Angkasa baru bisa dengan sangat jelas melihat wajah gadis itu yang tak banyak berubah, hanya rambut coklatnya lebih pendek malah semakin terlihat cantik di matanya.
"Maaf, aku ketiduran."
Angkasa menggeleng.
"Nggak papa, makan yang banyak abis itu istirahat lagi. Besok ada kelas kah?""Ada, kelas siang."
"Besok aku antar."
Ana hanya menurut, dia melahap makanannya dengan tenang. Kecanggungan sangat terasa di antara mereka, yang satunya biasa saja tapi Ana merasa tidak nyaman.
Pikirannya sedang berkelana. Memperhatikan ekspresi Angkasa yang tidak bisa ia tebak, banyak pertanyaan dikepalanya.
Apa Angkasa sudah tidak menyukainya lagi?
Apa Angkasa menyesal menikah dengannya?
Apa Angkasa sudah melupakannya?
Apa Angkasa sudah punya orang lain yang dia cinta, tapi karena pernikahan ini mereka putus?
Apakah hati Angkasa sudah biasa saja melihatnya? Yang artinya Angkasa sudah tidak tertarik lagi padanya?
Apa Angkasa tidak ingin melakukan malam pertama?
Ana cemberut memikirkan itu. Kalau begitu, dia harus bergerak mengambil hati cowok itu lagi. Harus. Saatnya Ana mengejar Angkasa-nya. Tangan Ana mengepal dia bertekad akan membuat Angkasa jatuh hati padanya lagi.
"Sandhya? Apa makanannya nggak enak?" tanya Angkasa yang melihat perubahan tingkah gadis itu.
Ana menggeleng kuat.
"Enak banget, hehe. Bisa nggak panggil Ana aja?" Ana memberikan senyum manisnya dan memakan makanannya lagi dengan anggun.Tanpa di sadari, Angkasa terpaku sesaat namun dia sangat pandai dalam mengatur ekspresinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...