"Kau terlalu berbahaya untuk berada di dunia ini, karena itu kamu, aku selalu terperangkap terjebak dalam pesona yang aku sendiri tak dapat menyangkalnya."
<<<3
Mereka menuju ke kelas, jam istirahat akan berakhir dan didepan sana Angkasa dihadapi oleh sosok Januar yang sedang tertawa bersama Wawan dan Jenderal. Sesungguhnya dia bingung harus bersikap seperti apa.
"Na?" Panggilan itu membuat Ana mendongak agar dapat melihat wajah kekasihnya.
"Pulang sekolah sibuk nggak?" tanya Angkasa menghentikan langkahnya. Agaknya dia juga mengulur waktu supaya tidak berhadapan dengan sahabatnya.
"Nggak kok, kenapa?" Ana juga ikut menghentikan langkahnya.
"Gue mau ngajak Lo ke suatu tempat."
"Ah, okey. Mau langsung atau pulang ganti baju dulu?"
"Ganti baju dulu, jam tiga aku jemput." Ana mengangguk tanpa menyadari perubahan kata yang dilontarkan oleh Angkasa. Mereka kembali berjalan ke kelas.
Angkasa menyuruh Ana untuk masuk duluan, selagi guru belum ada cowok itu ikut gabung berdiri di samping Jendral. Menepuk pundaknya pelan.
"Gak masuk Jen?" tanyanya basa-basi."Nanti, ayo kalian baikan." Jenderal menarik lengan Angkasa dan Januar sehingga mereka berhadapan.
"Sorry." Januar mengulurkan tangannya.
"Lihat orangnya, yang ikhlas dong." Meskipun berkata seperti itu, Angkasa juga mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Ck." Dengan tampang masamnya dia melihat wajah Angkasa.
"Apa Lo liat-liat." Angkasa menaikkan sebelah alisnya mendengar Januar berkata sewot. Di sini kan seharusnya dia loh yang lebih marah karena dengan seenak jidatnya Januar memberi permintaan yang kelewat batas.
"Dih tai." Januar menggertakkan rahangnya, sebelum cowok itu menarik tangannya menjauh Angkasa sudah menariknya lebih dekat untuk mendekap sahabatnya sekilas.
"Dah baikan, jangan cemberut muka Lo nggak ada imut-imutnya." Mendengar ucapan Angkasa, Januar dengan segera mengapit leher cowok itu dengan lengannya yang membuat Angkasa berteriak sambil tertawa. Wawan dan Jendral bertepuk tangan senang ikut tertawa. Selalu ada bumbu dalam sebuah hubungan agar tidak merasa hambar, tinggal bagaimana cara kita menyelesaikannya.
Ana yang sedang memainkan pulpennya di atas meja tersenyum senang ketika mendengar suara tawa Angkasa yang terdengar hingga ke dalam kelas. Ana ingin melihatnya.
Resti menyenggol bahunya.
"Cie senyum-senyum sendiri.""Apaan sih." Kembali menetralkan ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjanya Angkasa - Asahi Treasure✔️
Teen Fiction"Sa, gue baru tau Lo suka senja." "Iya tapi gue lebih suka senja yang dihadapan gue," kata cowok itu sambil natap Ana. Ana balik menghadap cowok itu. "Lihat tuh kedepan bukan ke gue." Tangannya secara spontan mengarahkan wajah Asa kedepan. Asa terta...