(4) STIGMA

2.2K 285 50
                                    

Vegas menatap ke sekelilingnya. Dia berdiri di tengah hutan yang gelap dan sepi, hanya ada suara jangkrik dan nyanyian katak, sesekali ia mendengar suara merdu burung hantu.

Vegas menoleh ke belakang, ia di mana? Rasanya tadi setelah menemani Pol di kantor polisi, dia pulang dan langsung beristirahat. Kenapa sekarang ia berada di dalam hutan? Vegas melangkah maju, berjalan pelan dengan bertelanjang kaki. Bahkan ia sudah mengenakan pakaian tidurnya, celana training dan kaos oblong berwarna abu-abu, pakaian santainya sebelum tidur, tapi kenapa sekarang ia berada di luar?

Vegas merogoh saku celana. Mencari benda pipih yang selalu ia bawa kemanapun, barang kali bisa memberikan penerangan sebab ia hanya bermodalkan cahaya bulan. Vegas berdecak, ponselnya ia geletakkan di atas nakas.

Ada suara tangisan. Vegas menoleh, bukannya lari, ia malah melangkah mencari sumber suara.

"Ada orang?" Ucap Vegas. Mungkin bisa menjadi temannya di dalam kegelapan ini.

"Halo," ucap Vegas lagi.

Tidak ada sahutan. Hanya suara tangisan yang kembali terdengar, semakin jelas.

Vegas terus berjalan hingga berdiri tepat di sebuah pohon besar, lebih besar dari pohon lainnya. Ada laki-laki yang tengah memeluk lutut, menangis seperti ketakutan.

Vegas berjongkok. Menyentuh kepalanya. "Hei..."

Kepala itu mendongak, membuat Vegas tersentak kaget hingga mundur. Mata abu-abu itu seperti sebuah cahaya yang sangat terang, menyorot tajam hingga membuat Vegas terdiam—terpana.

"T-tolong," tangan itu terulur.

Vegas menelan salivanya. Mendengus kesal. "Sialan, kemarin dan tadi saat di dekat danau aku ajak bicara diam saja. Sekarang meminta tolong pula."

Laki-laki bermata abu-abu itu masih menatapnya, tangannya masih terulur.

"Apa!" Tanya Vegas membentak, ia menatap ke arah lain. "Aku tidak akan membantu. Aku saja tidak tahu ini di mana."

Tidak ada tanggapan, Vegas kembali menatap mata abu-abu itu, tatapan mereka terkunci. Vegas tersentak kaget ketika laki-laki di hadapannya merangkak mendekatinya, naik ke atas tubuhnya.

"A-apa yang kamu lakukan?" Tentu saja Vegas kaget.

Di Hutan yang sepi dan gelap, dia terjebak dengan laki-laki cantik yang merangkak di atas tubuhnya, tangannya yang bertumpu di belakang semakin membuat akses untuk si mata abu-abu meraba bagian perut hingga dada.

"Ahh." Vegas bernapsu, apalagi saat si mata abu-abu itu mulai mendekatkan diri, mengecupi lehernya sampai terasa basah.

Sialan. Vegas mengangkat tubuh itu dan dia hentakkan ke tanah. Dia lumat bibir tipis laki-laki itu. Tidak peduli dia sedang berada di mana dan bagaimana keadaannya, sudah lama tidak menyalurkan naluri bakatnya. Seluruh tangan Vegas tidak berhenti bermain, meraba badan laki-laki itu setelah mengangkat kaos oversize-nya.

Vegas melepaskan lumatan, dan berangsur mengecupi dagu lalu kebagian leher.

Suara desahan laki-laki itu sangat manis. Vegas tertantang untuk menelanjanginya di hutan ini.

Vegas mendongak, melihat ke belakang, menoleh ke kanan dan ke kiri. Ada sebuah suara jeritan sangat kuat dan berat, bahkan suara gemuruh hewan bertebaran seperti ingin berebut keluar dari hutan. Tidak terlalu lama dia diam mengamati sekitar, hingga dia kembali menunduk untuk melanjutkan kegiatannya.

"Hah ..." Vegas merangkak mundur, laki-laki dalam kungkungannya menghilang.

Padahal tidak lebih dari lima belas menit Vegas mengalihkan pandangannya, dan juga pasti akan terasa jika laki-laki itu bergerak pergi.

Vegas mencari dengan pandangan matanya menelusuri kegelapan, ia tidak berani bergerak dari tempatnya.

"Mencariku?" Kepala Vegas kembali menatap ke depan, laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya. Vegas tidak berani bertanya, hanya menatap lekat. Hingga, mata abu-abu itu tiba-tiba menjatuhkan buliran berwarna merah. Laki-laki itu menangis—darah?

Vegas melindungi diri ketika laki-laki itu memekik dan berlari ke arahnya.

"Aaaaaaaaa!!!!Hah!!"

Vegas menatap ke sekelilingnya lagi, dia berada di dalam kamarnya.

"Aku bermimpi?" Tanyanya sendiri. Vegas mengelus dadanya karena merasa lega. Tangannya meraba pada bagian kejantanannya. "Mimpi basah?"

Vegas mendengus. "Aku bermimpi basah dengan laki-laki itu? Sialan, aneh sekali, kenapa pula harus di hutan dan menyeramkan."

Next➡

Ngerasa berdosa banget, habis yasinan post beginian

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang