Vegas terpaksa menyusul ke desa sebelah sendirian karena pekerjaannya. Para warga desa Ban Mai sudah lebih dulu berangkat sejak pukul tujuh malam, dan Vegas menyusul pukul setengah sembilan.
Benar, sangat ramai membuat daerah Ban Rai sepi karena berkerumun di satu tempat.
Vegas duduk di tempat orang yang dia kenali-para warga Ban Mai yang menyapanya. Hampir semua tidak sadarkan diri, Vegas mendengus, dia pasti akan kerepotan.
"Tidak minum Pak?" Tanya salah satu pria yang masih sadar.
"Tidak, Polisi tidak boleh banyak minum." Pria itu mengangguk paham. "Bapak sendiri, kok tidak sampai mabuk, kuat ya?"
Pria itu terkekeh. "Saya nyetir. Pokoknya yang terlihat masih segar, dia pasti bagian menyetir."
"Ohh, bagus juga."
"Bertugas di sini sampai kapan Pak?" Tanyanya lagi.
"Awalnya sekitar enam bulan, tapi sepertinya dipercepat." Setelah kemarin ada perbincangan dengan Pak Gun di kota.
"Pasti kesal ya tidak bisa menangani kasus kepala sekolah itu?"
Vegas mendengus. "Saking kesalnya, sampai malas mengingat itu."
Pria itu tertawa. "Kami sudah menduga kalau itu balas dendam. Tidak ada yang menyukainya selama di sini, sudah belasan tahunlah."
"Tapi betah ya?"
"Kabarnya dia menolak surat dari pusat yang mau menarik dia. Mungkin senang makan uang di sini." Membuat Vegas tertawa, karena terbukti uang yang dimiliki kepala sekolah itu adalah uang warga. Di ambil oleh pemerintah dan dibagi rata kepada seluruh warga yang merasa dirugikan.
"Dan juga, dia itu guru tapi seperti tidak berpendidikan. Memprovokasi murid untuk merundung murid yang lebih lemah. Bahkan kami semua sudah menduga itu pasti anak menyedihkan itu." Sambung pria itu lagi, Vegas tahu siapa yang dimaksudkan.
Sekitar pukul dua pagi Vegas memutuskan pulang setelah bersenang-senang. Para warga memilih tinggal karena sang supir juga mengalami mabuk berat, membuat mobil mereka tidak bergerak, jika bisa bergerak itu bahaya.
Vegas bersiul sembari memainkan benda di tangannya.
Namun langkahnya berhenti, menatap kaget pada laki-laki muda tidak jauh dari hadapannya. Mata mereka saling melebar sama kagetnya, Vegas menatap tangan mungil itu yang gemetar menggenggam sebuah balok kayu.
Vegas berlari sangat kencang menghampiri dan langsung menggendongnya tanpa aba-aba. Membawanya lari dari cahaya, laki-laki dalam gendongannya menangis, gemetar memeluk Vegas kuat. Vegas tidak memikirkan pakaian mereka menjadi satu berlumuran darah.
Vegas menurunkannya tepat di depan mobil dan dia masukkan ke dalam mobil dengan terburu-buru. Vegas menancapkan gas menuju desa Ban Mai.
Sampai di depan rumahnya, buru-buru Vegas menarik laki-laki muda itu untuk masuk ke dalam rumahnya sembari menatap ke sekeliling takut jika ada yang melihat.
"Apa yang kamu lakukan di sana, Pete!" Bentak Vegas, membuat Pete semakin menangis.
Vegas membawa Pete masuk ke dalam kamar mandi, "buka pakaianmu!"
Sembari menangis, Pete melepaskan semua pakaiannya, Vegas menyemprot tubuh Pete dengan shower lalu menutupi tubuh Pete dengan handuk sembari mengeringkannya. Membawa Pete masuk ke dalam kamarnya, dia berikan baju dan celana untuk Pete.
"Pakai dan tidurlah!"
Vegas keluar kamar, melepaskan seluruh pakaiannya yang berlumuran darah dan mengganti dengan pakaian bersih. Dia taruh pakaian kotor miliknya dan milik Pete ke dalam mesin cuci. Beruntung jarak rumah di desa sangat berjarak. Membuat suara berisik tidak terdengar jelas. Setelah itu Vegas meraih balok kayunya dan dia taruh di belakang lemari setelah dia cuci. Tidak lupa Vegas keluar rumah dengan membawa ember besar serta gayung untuk membersihkan mobilnya.
Vegas kembali masuk ke dalam rumah, melihat Pete yang sudah berbaring di atas ranjang. Pete masih menangis.
Vegas naik dan mengelus puncak kepala Pete, mata itu terbuka. Vegas berbaring di sebelahnya, menatap Pete.
"Pete, jika besok ada yang bertanya soal keberadaanmu malam ini. Jawab saja kamu menghabiskan waktu di danau dan tidur di rumahku. Ya!" Pete mengangguk. "Ada yang melihatmu keluar desa?"
Pete menggeleng. "Tidak tahu."
"Di desa Ban Rai, ada yang melihatmu?"
Pete menggeleng lagi. "Tidak tahu."
Vegas menatap Pete sebentar, lalu bangkit dan membentangkan selimut untuk menghangatkan tubuh Pete. "Tidurlah."
Tangan Pete menarik lengan kaosnya. Pete bergerak mendekati Vegas, membuat Vegas paham kalau Pete ingin tidur dalam pelukannya.
Vegas menghela napasnya. "Pete, Pete, bagaimana jika ada yang melihatmu di sana. Saat ini kamu sedang menjadi tuduhan atas matinya kepala sekolah itu. Bagaimana jika ada yang melihatmu malam ini?"
Next➡
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [END]
Mystery / ThrillerVegas adalah aparat negara yang mendadak dipindah tugaskan ke Desa terpencil. Selama bertugas, ia mendapatkan sebuah kasus pembunuhan. Vegas berusaha memecahkan kasus itu. [Sorry, this is BxB] [Complete since : 1 March 2023] © intanksm98