(33) STIGMA

1.7K 218 29
                                    

Dua minggu kemudian

Dan sayangnya, kebahagiaan Pete hanya sebentar. Vegas kembali melihat kemurungan Pete saat tidak sengaja bertemu dengan laki-laki berambut gondorong di rumah makan itu, bernama Kimhan. Vegas kesal, rasanya ingin sekali Vegas membawa Kimhan bertemu dengan kepala sekolah itu.

Vegas tersenyum, saat dia diundang oleh Pak Gun ke kota. Dia tidak sengaja bertemu Kimhan yang tengah menunggu bus, Vegas mengajak laki-laki itu pergi bersama, mengobrol mengenai banyak hal dan sengaja Vegas singgung soal Pete. Vegas ingin mengetahui hal banyak mengenai Pete dan sialnya sepanjang Kimhan bercerita, Vegas terus mengepalkan tangannya dan meremas kuat stir. Apa lagi dengan santainya dia mengatakan hal buruk mengenai suka sesama jenis. Vegas mengusap leher belakangnya, dia kesal.

Apa lagi saat dengan entengnya mulut itu mengatakan. "Semoga anda diberikan keselamatan."

Iya. Berikan doa itu untukmu, Kimhan. Keberuntungan sedang berpihak padamu. Vegas tidak bisa membunuhnya saat ini juga.

Saat kembali, Vegas diundang ke desa Ban Rai mengadakan pesta satu tahun sekali. Vegas menghabiskan waktu di sana hingga pukul sebelas dan mampir disebuah kedai membeli cemilan untuk Pol dan Big. Dua burger dan satu botol cola.

Vegas mengendarai mobilnya melewati Kimhan yang tengah bercanda dengan teman-temannya. Vegas tidak terpikirkan apapun, dia terus melajukan kemudinya hingga ke desa Ban Mai, dan mampir ke kantor polisi, mendapati kedua anak buahnya sedang tidur pulas. Ia menaruh jajanannya di atas meja lalu kembali keluar, Vegas diam menatap mobilnya, dia memilih kembali ke rumah dan berganti pakaian.

Seperti mendapatkan sebuah ide cerita, tiba-tiba saja Vegas mendapatkan ide untuk kembali ke desa Ban Rai dengan memilih jalan lain.

Saat sampai, dia memilih memarkirkan mobilnya paling ujung, tertutupi oleh beberapa mobil milik warga dari desa Ban Mai, penduduk masih asik berpesta dan memilih untuk tidak kembali ke rumah. Vegas berjalan pelan menuju rumah makan yang terkenal dengan masakan enaknya, beberapa laki-laki muda sudah berpencar pulang, membuat laki-laki gondrong yang hendak masuk ke dalam rumah langsung berhenti ketika tidak sengaja bertatapan dengannya.

Laki-laki itu menghampirinya dan tersenyum tipis. "Bukannya tadi sudah lewat, pulang?"

"Ada yang tertinggal,"

"Oh, apa?"

Vegas tersenyum tipis, "sesuatu yang seharusnya sudah saya lakukan sejak kemarin, Kimhan."

"Apa itu?"

"Kebahagiaan Pete." Jawab Vegas.

Kimhan tertawa, "maksud anda, nyawa saya?"

Vegas mengangguk, membuat Kimhan semakin tertawa. Laki-laki gondrong itu menggeleng pelan dan berjalan masuk membuat Vegas ikut masuk. "Jangan bercanda, tidak mungkin seorang polisi-"

Bang!

Kimhan terjatuh, Vegas berjongkok tepat dihadapannya. "Maksudmu tidak akan bisa membunuh, begitu?"

Tentu saja Kimhan tidak menjawab, laki-laki itu hanya diam dan merintih kesakitan meremas kepala bagian belakangnya. Vegas mengayunkan besi di tangannya dan menghentakkan dengan keras tepat dibagian kepala Kimhan, Vegas terkekeh tapi tidak bisa tertawa keras membuat mulutnya kelu, hal seperti ini harusnya diiringi tawa, tapi untuk kali ini sebaiknya tidak usah. Vegas terus menghentakkan besinya tanpa memberdulikan rintihan Kimhan yang semakin menghilang dari pendengaran. Rumah makan ini terdiri dari dua lantai, dan lantai atas adalah tempat tinggal mereka, jika tertawa, Vegas tidak mau orang tua itu melihat keadaan anaknya yang menyedihkan.

Vegas menjilat darah yang muncrat tidak sengaja mengenai tangannya. Dia menarik kursi dan duduk di sana, menyesap nikotin sembari menatap Kimhan yang tidak lagi dapat bergerak.

Cukup dua batang saja. Lalu dia berjalan keluar, Vegas bersiul sembari memainkan besi di tangannya.

Namun langkahnya berhenti, menatap kaget pada Pete yang berdiri tidak jauh dari hadapannya. Vegas menatap tangan mungil itu yang gemetar menggenggam sebuah balok kayu.

Vegas berlari sangat kencang menghampiri dan langsung menggendongnya tanpa aba-aba. Membawanya lari dari cahaya, Pete menangis, gemetar memeluknya kuat. Vegas tidak memikirkan pakaian mereka menjadi satu berlumuran darah.

Vegas langsung membawa Pete ke rumahnya dengan kecepatan penuh.

Sampai di depan rumahnya, buru-buru Vegas menarik Pete untuk masuk ke dalam rumahnya sembari menatap ke sekeliling takut jika ada yang melihat.

"Apa yang kamu lakukan di sana, Pete!" Bentak Vegas, membuat Pete semakin menangis.

"Kim-merintih-mau tolong!" Ucapnya sembari tetap menangis.

Vegas mengusap wajahnya, dia tidak pernah menyangka jika Pete melihatnya melakukan hal gila. Apa Pete akan meninggalkannya, Vegas frustasi.

Vegas membersihkan tubuh Pete yang terkena darah Kimhan dari dirinya, lalu membawa Pete ke kamar untuk istirhat.

Vegas duduk di luar memikirkan kemungkinan lainnya.

Setelah membersihkan balok yang terkena darah dari besinya, Vegas menyimpan keduanya dibalik lemari. Tidak lupa Vegas keluar rumah dengan membawa ember besar serta gayung untuk membersihkan mobilnya.

Vegas siap jika Pete meninggalkannya, dia akan kehilangan sosok yang dia sukai. Vegas masuk ke dalam kamar dan melihat Pete meringkuh di sana, ia naik ke atas ranjang dan mengelus puncak kepala Pete yang masih menangis.

"Maaf sudah membentakmu, Pete. Aku takut jika ada yang melihatmu di sana."

"Tadi-"

Vegas menangkup wajah Pete, "iya. Aku membunuh mereka Pete, kamu mau meninggalkanku? Ha?"

"Tidak! Tidak!" Pete bergerak mendekat, memeluknya erat. "Tidak akan bilang! Jangan pergi."

Vegas terdiam. Dia masih belum mencerna kalimat Pete, apa itu? Pete tetap ingin bersamanya? Vegas ingin tertawa tapi takut tawanya membuat Pete ketakutan, jadi Vegas hanya tersenyum dan membalas pelukan itu. Ini adalah hal yang baik. Vegas memeluk Pete untuk tidur dalam pelukannya.

Dia menghela napasnya. "Pete, Pete, bagaimana jika ada yang melihatmu di sana. Saat ini kamu sedang menjadi tuduhan atas matinya kepala sekolah itu. Bagaimana jika ada yang melihatmu malam ini?"

Vegas khawatir jika Pete akan terseret akan hal ini. Meskipun ia sadar apa yang ia lakukan, orang-orang akan tetap menuduh Petenya.

Next➡

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang