Porsche mengendarai mobil milik Vegas hingga ke Ibu kota, dia hanya beberapa kali berhenti di rest area, beristirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan. Porsche tiba di rumah milik keluarga Vegas sekitar pukul sebelas malam. Dia sudah mengabari kakak Vegas agar tidak tidur dulu. Saat mulai masuk perkarangan rumah, dia sudah melihat Tong yang berdiri di teras rumah melambaikan tangannya.
"Jadi, Vegas tidak kembali?" Tanya Tong saat Porsche sudah turun dari mobil, "kaget aku, malah kamu yang turun dari mobilnya. Kukira kalian pulang bersama."
"Dia menyuruhku membawanya," Porsche meneguk es teh yang telah dibuatkan oleh Tong di atas meja kecil di teras rumah. "Tadi aku mampir dulu ke kantor, mencari Pak Peter, kasusnya mau dibuka."
"Oh, betulah, dari pada dibiarkan begitu." Tong bersandar di tiang rumah. "Mau langsung dimasukkan barang-barang Vegas kali ya? Kalau besok aku harus pergi."
"Ke mana Paman dan Bibi?"
"Ke tempat nenek, ada acara dan pulang satu mingguan lagi." Ucap Tong, dia berjalan ke arah pintu. "Tadinya mau ikut, tapi Vegas bilang hari ini dia pulang. Jadi aku batal dan mau menyusul lusa saja,"
Porsche mengangguk.
"Mau menginap? Kamarmu masih belum dirubah, biar sekalian aku bersihkan."
Porsche tersenyum, dia tinggal di rumah Vegas sejak umur sepuluh tahun. Keluarga ini telah mengadopsinya dan dia keluar saat memilih tinggal bersama dengan Kinn, dua tahun lalu.
"Tidak usah Phi, besok aku harus ke kantor, ribet kalau pagi-pagi harus pulang dulu mengambil baju."
"Benar juga, ya sudah aku buka dulu pintu kamar Vegas," ujar Tong berjalan masuk.
Porsche hanya berdehem dan dia berjalan kearah bagasi venturer hitam itu, saat mulai membuka kuncinya, dia tersentak kaget. "Astaga!!"
Mata Porsche melebar ketika mendapati ada sosok laki-laki muda yang duduk dengan mata bulatnya-di dalam bagasi. "Kamu siapa?"
Laki-laki itu tidak menjawab. "Manusia kan?"
Masih tidak menjawab. Membuat Porsche bergerak menusuk pipi laki-laki itu dan tersentak kaget. Nyata. Dia tidak tahu selama perjalanan ada seseorang yang duduk di bagasi, apa Vegas tahu? Porsche menatap tangan laki-laki itu yang memeluk sebuah aquarium besar tertutupi dengan kain di atasnya. Dia melihat ke sekeliling bagasi, ada beberapa plastik sampah jajanan dan kotak susu.
"Pete?" Ucap Porsche, laki-laki itu hanya diam memandanginya. "Kamu Pete kan?" barulah laki-laki muda itu mengangguk membuat Porsche menutup mulut dengan kedua tangannya, ia kaget. Bukankah Pete menghilang dan Vegas panik mencarinya.
"Ada apa Porsche?" Suara Tong membuat Porsche berbalik menutupi Pete.
"Ti-tidak ada Phi,"
"Apa sih?" Tong menggeser tubuhnya, dan menatap Pete yang masih pada posisinya. "Siapa dia?"
"Itu Phi, anu, haduh ..." Porsche sulit menjelaskan. Dia menggaruk kepalanya.
"Pete ya?"
"Eh?" Porsche menatap Tong yang tersenyum semakin mendekati Pete. "Phi tahu?"
"Siapa yang tidak tahu sih," Tong mencubit pipi Pete gemas. "Vegas itu anak yang terbuka, dia selalu menceritakan segala tentang Pete padaku, tadi dia mengabari kalau kamu akan datang bersama Pete, tapi saat aku lihat ke dalam mobil, kamu hanya sendiri."
"Sialan." Porsche mengusap wajahnya. "Jadi Vegas berakting seakan kehilangan Pete, padahal dia sendiri yang menyembunyikan Pete?"
"Lah, kamu baru tahu?" Tanya Tong sambil memainkan rambut Pete. Porsche mengangguk. "Jadi tidak tahu kalau si Korn itu, Vegas yang membunuh?"
"APA!"
"Santai dong,"
"Sialan!" Porsche kembali mengusap wajahnya. "Jangan bilang kematian orang desa sebelahnya itu-"
"Siapa? Bu Nindi dan Kimhan?"
Porsche menutup kedua telinganya. "Aku mohon jangan katakan ya, kalau Vegas melakukan itu."
Tong mengangguk.
Porsche berteriak. "Sialan, kenapa jawab sih!"
"Aku mengangguk, bukan menjawab bodoh!" Tong memukul kepala Porsche kuat-kuat, mereka menoleh pada Pete yang menangis dan memundurkan tubuhnya. "Ehh, Pete. Maaf, aku bukan menyakiti Porsche, cuma bercanda. Maaf ya,"
Pete menangis dan memudurkan tubuhnya. "Tidak! Tidak!"
"Ehh, maaf sayang." Tong mengelus puncak kepala itu. "Aku tidak menyakiti Porsche, lihat ini."
Pete menatapnya yang mulai dielus lembut oleh Tong, Porsche hanya diam menatap Pete yang mulai mengusap air matanya dengan kedua tangannya.
"Lihat tuh, Porsche tidak menangis kan?" Ucap Tong lembut. "Aku tidak mungkin menyakiti orang. Aku ini kakaknya Vegas."
"Kakak Vegas?" Tanya Pete, Tong mengangguk dan mengusap air mata Pete. "Mana?"
"Vegas besok pulang, masuk yuk." Ajak Tong.
Pete menggeleng kuat, "tidak! Tidak! Vegas ... Tidak boleh ... Suruh tunggu!!"
"Sshh, iya, tadi Vegas sudah bilang padaku kalau kamu mau tidur di rumah." Bujuknya, Porsche kaget, Tong terlihat sudah tahu karakter Pete dan mencoba merayunya. "Nanti aku buatkan susu coklat hangat, nanti kamu tidur di kamar Vegas ya."
"Ha?"
"Yuk,"
Pete menggeleng lagi, dia meraih aquarium di sebelahnya dan memeluk erat. "Itu ikanmu ya?"
Pete menatap Tong yang mulai melihat ke dalam aquarium. "Wah besarnya, nanti biar Porsche yang pindahkan ke kolam depan rumah ya? biar dia bisa bernapas bebas, oke?"
Tong tersenyum tipis mengelus puncak kepalanya, "yuk, Vegas yang minta loh. Mau ya?"
Pete menggeleng. "Ikan?"
Tong menatap Porsche yang masih diam mematung. "Porsche, nanti pindahkan ikannya Pete ya ke dalam kolam?"
"Eh, i-iya Phi. Nanti aku pindahkan." Ucap Porsche kaget dengan nada rendah Tong.
Tong tersenyum pade Pete. "Nah kan, yuk."
Pete mengangguk.
"Yaudah turun, kamu mandi dan makan. Hati-hati, Pete." Tong membantu Pete turun dari bagasi. "Lihat, Vegas tidak mengganti pakaianmu yang terkena noda darah. Dasar anak itu, kupukul nanti dia!"
"Jangan! Vegas-tidak boleh." Pete menarik tangannya, dan Tong langsung berusaha memeluk.
"Iya iya, maaf, aku itu cuma bercanda ya, tidak betulan pukul Vegas. Oke." Tong mengelus bahunya. "Yuk masuk, nanti kamu kedinginan."
"Phi," panggil Porsche.
Tong menoleh padanya. "Kenapa?"
"Kenapa Phi biasa saja? Vegas membunuh orang huh, dia bahkan menculik anak dari desa itu." Jelas Porsche.
Tong tersenyum. "Kamu tahu segila apa Vegas itu. Bahkan dia pernah hampir membunuhku hanya karena robotnya aku sentuh. Kamu yang menolongku saat itu kan? Papa dan Mama juga tidak berani untuk hal ini. Mereka tahu ini, meskipun perbuatannya salah, tapi dia sedang menolong anak yang terjerat dari monster. Korn pantas untuk hal itu, dia sama seperti Vegas. Melakukan hal gila demi cintanya."
"Phi, kamu tidak marah? Bagaimana kalau Paman dan Bibi tahu hal ini?"
Tong mengerutkan dahinya. "Kenapa harus marah. Lihat Pete, dia menggemaskan." Tong tertawa kecil. "Lihat Porsche, dia memelukku erat karena tahu aku kakaknya Vegas."
Tong masuk dengan merangkul Pete, dan Porsche duduk di bagasi, membuka ponselnya. Pesan Vegas masuk. "Ah bangsat, bisa-bisanya seorang polisi meminta tolong pada polisi lain untuk membantu kejahatannya."
Porsche menatap ikan didalam aquarium itu. Dia tersentak kaget pada ukurannya. "Gila, orang-orang ini benar gila. Bisa-bisanya aku bersahabat dengan orang gila, dan bahkan aku hidup dengan keluarga aneh ini."
-Selesai-
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [END]
Mystery / ThrillerVegas adalah aparat negara yang mendadak dipindah tugaskan ke Desa terpencil. Selama bertugas, ia mendapatkan sebuah kasus pembunuhan. Vegas berusaha memecahkan kasus itu. [Sorry, this is BxB] [Complete since : 1 March 2023] © intanksm98