(13) STIGMA

1.7K 236 5
                                    

"Sudah kuduga, pasti begitu." Celetuk pria tanpa rambut, menatap kartu di tangannya. "Pokoknya Desa Ban Mai dan Desa Ban Rai itu sama, berkaitan. Keduanya sama-sama tidak mau kalau kejadian hal semacam ini di ketahui orang banyak."

Vegas menatap kartu di tangannya sambil menggigiti kuku.

"Pasti pusing menjadi seorang Polisi, ingin mengusut tuntas malah di larang."

Membut Vegas melirik dan tersenyum tipis. Tentu saja Vegas kesal. Dia ini reserse polisi, yang bertugas menangani dan menyelidiki kasus-kasus, hanya sial karena di pindahkan ke desa terpencil berkat alasan tidak masuk akal. Kalau saja dia berada di kantor pusat, dia pasti akan tegas untuk membongkar kasus kematian kepala sekolah itu.

Sayangnya tidak ada yang tahu apa pekerjaan besar Vegas. Orang-orang desa hanya paham kalau ia hanya seorang Polisi saja.

"Pokoknya di desa itu ya begitu, kebanyakan enggak menuntaskan kasus-kasus." Ucap pria lainnya.

Vegas menoleh, melihat Pete yang tengah berjalan hendak melewati pos ronda.

"Pete! Mau ke mana?" Teriak Vegas, membuat para bapak-bapak di sekitarnya menoleh.

Pete yang menghentikan langkahnya hanya menunduk tidak menjawab.

"Haduh Pete, jangan pergi dulu, ada kasus kematian di desa sebelah. Bahaya kalau pembunuhnya masih berkeliaran." Ucap pria berkumis, tampak mengkhawatirkan Pete.

Pete menggeleng. "Sebentar,"

"Ya sudah, jangan malam-malam."

Pete mengangguk dan melanjutkan perjalanannya.

Vegas menaruh kartunya dan turun dari pos ronda. "Pak, saya mau pulang ya, sudah malam."

"Lah, belum juga selesai."

"Besok dinas pagi."

"Ohh ya sudah," pria yang duduk di sebelah Vegas tadi langsung meraih kartu miliknya. "Selamat istirahat Pak Polisi."

"Iya, Pak, permisi."

Vegas berjalan cepat, dia setengah berlari mengejar langkah kecil Pete. Perlu berbohong untuk meninggalkan kegiatan para bapak di poa ronda.

"Pete ..." Panggil Vegas. Membuat langkah kecil itu bergerak pelan. Vegas sudah berjalan di sisi Pete yang menunduk. "Boleh aku menemanimu?"

Pete tidak menjawab. Membuat Vegas menganggap kalau itu adalah jawaban iya.

Mereka sudah sampai danau. Vegas tetap mengikuti langkah Pete yang menaruh lentera di atas kayu, Vegas memperhatikannya. Ia duduk di sebuah balok kayu.

Pete bergerak menghampiri pinggiran dermaga, menatap ke dalam air. Pete terlihat tersenyum, membuat Vegas berdiri menghampirinya, ikut melihat ke dalam air.

"Pete,"

"Ha?" Pete menoleh padanya.

"Memang melihat apa sih? Aku tidak lihat apapun."

"Ikan."

"Ikan?" Vegas kembali melihat ke dalam air, memicingkan matanya, hanya terlihat pantulan wajahnya di air karena sinar dari bulan yang terang malam ini. "Tidak kelihatan."

"Ini," Pete berjongkok. Menunjuk ke dalam air. "Tidak lihat?"

Vegas ikut berjongkok, menatap serius pada air danau. Masih mencoba mencari di mana letak ikannya.

"Ini," Pete mengetuk air dua kali dengan jari telunjuknya, membuat danau yang tenang bergerak. Vegas masih menatap serius, sampai ada sebuah mulut ikan muncul dan Vegas tersentak kaget sampai memundurkan tubuhnya. Ia menatap Pete yang terkekeh kecil, matanya berubah sipit, ada lesung pipi yang dalam pada bagian pipi kanan.

Vegas kembali bangkit dan jongkok di samping Pete. "Ikannya besar,"

Pete mengangguk.

Vegas menatap Pete yang tersenyum menatap danau. "Jadi ini yang membuatmu suka menatap danau ...."

"Ssshhh," Pete menaruh jari telunjuknya di bibir tipisnya. "Dengar tidak?"

Vegas menajamkan pendengaran, dia tidak mendengar apa pun. "Dengar apa?"

"Suara," Vegas masih menatap Pete yang serius seperti mendengarkan sesuatu. "Katanya senang bertemu denganmu."

Alis Vegas hampir menyatu. "Ikan itu yang bilang?"

Pete mengangguk.

Vegas menatap air danau yang kembali tenang, ia mengetuk air dua kali dengan jari telunjuk seperti yang Pete lakukan dan sampai mulut ikan besar itu muncul. "Senang juga bertemu denganmu."

Vegas menatap Pete yang tertawa kecil menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Kok tertawa?"

"Memangnya ikan bisa bicara."

Mata Vegas melotot, membuat Pete semakin tertawa. "Kamu membohongiku ya?"

Pete mengangguk. "Maaf."

Vegas tersenyum, Pete sangat lucu. "Ada sesuatu yang membahagiakan kah?"

Pete mengangguk lagi. "Satu orang. Akhirnya dia menghilang."

Pete bangkit dari tempatnya, meraih lentera dan pergi meninggalkan Vegas di dermaga.

Apa maksud Pete?

Next➡

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang