(25) STIGMA

1.6K 218 11
                                    

Sebuah buku biru di taruh di atas meja, Pak Korn menatap itu lalu menatap Vegas yang duduk di hadapannya.

"Maaf, baru mengantarnya sekarang Pak." Ucap Vegas.

Pak Korn tersenyum dan mengangguk. "Tidak masalah, tidak terlalu dibutuhkan juga."

Vegas menyeruput teh yang telah dibikinkan oleh istri Pak Korn. Mereka berbincang kecil, sembari melihat beberapa warga yang bekerja pada Pak Korn sedang membersihkan kebun, terkadang menyapa Vegas dan Pak Korn.

"Nak Vegas,"

"Iya Pak." Vegas menatap Pak Korn.

"Maaf sebelumnya, seperti nak Vegas dan Pete dekat ya?"

Vegas tersenyum. "Tidak juga sih,"

"Pete itu susah berinteraksi, cara bicaranya tidak bisa dimengerti. Tapi kelihatan kalau dia nyaman bersama Nak Vegas."

Vegas mengangguk menyetujui kalimat Pak Korn

"Pete itu hanya introvert Pak, dia tidak pernah berbicara dengan orang seumurannya. Dia tidak pergi dari sini yang membuat dia semakin tersudut, katanya jika ingin memiliki wawasan yang luas, kita juga harus memperluas pertemanan. Dan Pete tidak melakukan hal itu." Vegas tersenyum, "saya cuma senang melihat Pete, sekalipun hanya melihatnya diam."

Penjelasan Vegas membuat Pak Korn hanya mengangguk-angguk menatap ke depan.

"Ada apa Pak? Apa saya tidak bisa dekat dengan Pete?" Tanya Vegas.

"Bagaimana ya, wawasan yang luas juga tidak terlalu bagus untuk pribadi seperti Pete." Pak Korn tersenyum, "jangan terlalu pengaruhi Pete dari dunia luar, kalian para pendatang itu hanya sebentar. Jangan membuat Pete malah sedih jika kalian pergi."

"Sebentar Pak, maaf, menurut saya bapak tidak bukannya takut Pete akan sedih, tapi bapak hanya merasa kecewa karena ada yang bisa membuat Pete nyaman selain bersama bapak." Vegas sama sekali tidak tersenyum.

Pak Korn tertawa, tidak membalas ucapannya.

"Bagaimana kalau Pete ikut saya." Ucap Vegas lagi.

Pak Korn semakin tertawa, bahkan tawanya diiringi tepukan di lengannya. "Kamu pandai bercanda, Pete tidak akan mau. Di sini rumahnya, Pete sudah seperti anak bagi saya, pengganti Macau. Saya tidak terlau setuju,"

"Tapi anda tidak memiliki hak, biarkan Pete memilih."

"Kamu bisa tanyakan itu langsung padanya, Nak Vegas." Vegas diam, dia sudah kalah soal bertanya. Pete sudah menolak untuk bersamanya. "Kapan kontrakmu berakhir, Nak Vegas?"

"Beberapa hari lagi,"

"Maka menjauhlah dari Pete. Jangan membuatnya bergantung padamu dan itu bisa membuatnya sedih, karena kehilangan."

~~~

Vegas menaruh kunci mobil di atas meja, dia berjalan pelan menuju dapur dan meraih air mineral dingin di dalam kulkas. Dia berjalan gontai sembari melepaskan jaket menuju kamarnya. Vegas menemukan Pete yang duduk di sisi ranjang tersenyum tipis padanya.

Vegas mendekati dan mengelus pipi Pete yang lembut.

"Pete.."

Mata Pete mengerjap.

"Sedang apa di sini?" Pete tidak menjawab. "Ini belum malam, belum waktunya tidur,"

Pete tidak menjawab, hanya menatap Vegas yang berjongkok dan merebahkan kepalanya di atas pangkuan Pete. Menghela napas beratnya.

"Pete," Vegas mendongak. "Bagaimana kalau nanti malam kita berjalan-jalan."

"Ke-ke mana?"

"Hutan. Aku belum pernah ke sana, mau?" Pete mengangguk, membuat Vegas tersenyum.

~~~

Sekitar pukul sebelas, Vegas dan Pete benar-benar pergi ke dalam hutan berdua. Vegas menggenggam tangan Pete dengan sangat erat, dia tidak ingin berpisah. Vegas ingin egois soal Pete.

Hanya lentera kecil yang menjadi penerang mereka, sesekali Pete hampir terjatuh karena Vegas menarik tangannya dengan erat dan berjalan cepat. Vegas terlihat tidak perduli dan terus berjalan.

Malam ini terlihat sangat berbeda, suasana hutan sangat tenang dan sepi, bahkan tidak ada satupun suara binatang malam. Vegas tetap menarik tangan Pete semakin erat, bahkan membuat Pete meringis sakit pada telapak tangannya.

Keduanya berhenti tepat disebuah pohon besar, lebih besar dari lainnya. Vegas berbalik menatap Pete yang diam memandanginya.

"Aku pernah memimpikanmu di sini, Pete."

"Ha?"

"Duduklah," Vegas membawa Pete duduk disebuah bangku panjang kecil. Vegas menaruh lenteranya ditanah, meraih beberapa lilin yang dia bawa dan dia hidupkan, di taruh dibeberapa bagian yang bisa membuatnya melihat wajah Pete. Tidak lupa Vegas menghidupkan obat nyamuk, takut jika binatang menggigit itu akan melukai Pete-nya.

Vegas tersenyum menatap Pete yang hanya diam memandangi. Dia berjalan menghampiri Pete dan berlutut, "kamu suka?"

Pete mengangguk.

"Pete, boleh aku mendengar jawabanmu sekali lagi, aku atau ikan itu?"

Pete menunduk, seperti tidak ingin menjawab pertanyaannya.

Vegas mengelus kedua punggung tangan Pete, "tidak masalah jika kamu masih memilih ikan itu."

Pete tidak menjawab.

Vegas mengecup kedua tangan itu. "Aku ingin egois, Pete."

Vegas memilih untuk duduk di sebelah Pete, saling menggenggam. Membiarkan waktu terus berlalu, menghabiskan malam ini dengan menikmati malam gelap dan sunyi.

Next➡

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang