(3) STIGMA

2.3K 279 7
                                    

Vegas menguap lebar, dia baru saja bangun dari peristirahatannya setelah menempuh perjalanan sepuluh jam untuk sampai ke Kota ini, dan dua jam untuk sampai ke Desa Ban Mai. Lebih dari cukup melelahkan.

Dia mendapat sebuah rumah pribadi, memiliki ruang tamu dengan set sofa, satu kamar tidur, dan satu kamar mandi yang terhubung langsung dengan dapur. Cukup untuk lajang sepertinya.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, waktu di mana Vegas harus bergegas membersihkan diri untuk menemani Pol berjaga malam.

Suasana desa Ban Mai memang sangat sepi dan sunyi, jika di kota seperti kota yang tidak pernah mati, di desa Ban Mai malah desa yang tidak ada tanda kehidupan. Vegas melajukan kemudinya sampai di kantor Polisi, terlihat Pol sedang menyantap makan malamnya.

"Pak, makan."

"Lanjutkan saja."

Vegas duduk di hadapan Pol dengan menatap ke sekelilingnya.

"Bisa-bisanya masih ada daerah seperti ini." Celetuknya.

Pol mendongak. "Iya Pak, pokoknya selepas jam enam sudah mulai sepi. Mereka lebih suka menghabiskan waktu di dalam rumah aja. Sedikit ramai itu bagian pos ronda, biasanya para bapak-bapak suka mengumpul di sana untuk bermain catur."

Vegas berjalan keluar, kantor Polisi ada di bagian paling ujung jalan utama. Mungkin itulah yang menyebabkan terasa amat sunyi karena jarak ke rumah warga cukup jauh. Vegas masuk lagi menghampiri Pol.

"Boleh pinjam motormu? Mau berkeliling sebentar."

"Oh, boleh Pak." Pol berdiri, menghampiri mejanya dan memberikan kunci motor pada Vegas.

~~~

Benar-benar sepi, padahal masih pukul delapan malam. Beberapa rumah sudah terlihat gelap, mungkin sudah bersiap untuk istirahat.

"Gila yaa, betulan seperti di desa mati ini." Celetuk Vegas, ia menghentikan lajuannya ketika melihat setitik cahaya di sebuah danau gelap. "Eh,"

Vegas turun, dia berjalan menyusuri jalan kecil untuk sampai ketepian danau, setitik cahaya itu adalah sebuah obor kecil. Ada seseorang yang tengah duduk di sana. Vegas menghampiri.

"Hei,,,"

"Ah,"

"Eh tenang." Vegas tersenyum tipis. "Kamu yang tadi sore kan? Saya yang bertanya soal arah ke desa ini."

Vegas tersenyum, laki-laki itu hanya menunduk dan mencoba untuk pergi tapi tertahan oleh tangannya. "Kamu, sedang apa di sini sendirian?"

Laki-laki itu tidak menjawab.

"Siapa namamu?"

Masih tidak di jawab.

Tiba-tiba terdengar suara seperti berasal dari batu besar yang terlempar ke air, membuat Vegas menoleh. Karena ia lengah, laki-laki dalam genggamannya berhasil lari dan pergi meninggalkan Vegas.

Rasanya ingin mengumpat, tapi Vegas tidak punya kuasa. Dia mulai naik ke atas jalan utama untuk menghampiri motor yang dia tinggal di pinggir jalan tadi. Menatap ke arah jalan, tidak ada jejak laki-laki muda itu, bahkan cahaya yang berasal dari obornya saja tidak ada.

"Cepat sekali larinya." Ucap Vegas. Ia menggeleng, mulai melajukan motor metik itu.

Vegas sampai kembali lagi ke kantor dan duduk di hadapan Pol. "Sedang apa?"

"Menonton drama Pak. Mau saya buatkan kopi?" Tawar Pol. Vegas menggeleng.

"Pol, kamu pernah mengobrol dengan laki-laki muda yang tinggal di sini?"

"Laki-laki muda? Yang mana Pak?"

"Cantik."

"Laki-laki cantik?"

Vegas mendengus. "Ah, sudahlah tidak jadi."

Next➡

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang