🔞 Physical Abuse 🔞
~~~
Tik.. Tok.. Tik.. Tok..
Suara dentingan jam terus berbunyi, pukul dua pagi seorang pria berjalan menyeret sebuah balok kayu besar di halaman rumah besar. Sekitar pukul dua belas tadi, hujan berhenti, membuat rerumputan sedikit lembab. Balok kayu itu naik ke atas bahunya, saat pria itu mulai naik kepelataran rumah.
Dia memasuki rumah besar itu tanpa kesulitan, berjalan di. dalamnya dengan minim cahaya tapi dia masih dapat berjalan leluasa. Mengitari luasnya lantai dua dan langkah itu berhenti tepat disebuah ruangan dengan pintu berwarna hitam, sebuah pintu yang lebih megah dari pintu-pintu lain. Pria itu mendorong kedua pintunya hingga terbuka lebar, dan terlihat pria berumur sekitar enam puluh tahunan berdiri di teras balkon, memunggunginya.
Pria itu melangkah maju, memasuki sebuah ruangan cukup luas. Dengan beberapa benda tajam yang tersusun rapi didinding. Dia melihat kesebuah ranjang besar dengan seorang laki-laki muda yang tertidur pulas, pria itu kembali melangkah maju dan berhenti saat pria lebih tua berbalik, tersenyum tipis padanya.
"Kuat sekali." Ucap pria tua itu.
"Aku sudah bilang tidak takut," balasnya, masih menatap laki-laki muda yang tertidur.
"Dia aman bersamaku."
Pria itu menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri, mengelus lehernya yang melingkar sebuah bekas luka.
"Istrimu membuatnya berbekas, Korn. Kamu harus membayarnya."
"Itu akibat karena kau sudah mengganggu anakku."
Pria itu mengayunkan balok kayu di tangannya, berjalan mengelilingi ruangan besar itu sambil bersiul. Menatap seluruh hiasan berbentuk tajam. Sebuah patung berbentuk tangan di dalam kaca kotak menjadi fokusnya, dia mendekat dan melihat tulisan di depannya.
"Anakku." Ucapnya, membaca tulisan di depan kaca.
Dia melangkah maju lagi, menatap hiasan lain. "Kasihku, Marina."
Dia melangkah maju lagi, "ibu terbaikku."
Dia menatap pria lebih tua yang sudah berdiri tidak jauh darinya. "Apa itu. Anakku Macau. Kasihku, Marina adalah ibu Pete dan ibu terbaikku adalah Neneknya Pete?"
Pria lebih tua hanya diam.
"Lalu, di mana kenang-kenangan Ibu kepala sekolah dan Kimhan?"
"Kenapa menanyakan itu padaku? Tanyakan saja pada dirimu sendiri, Nak." Ucap pria tua itu.
"Ah, aku tidak menyimpannya. Aku tidak pernah meninggalkan cinderamata dari orang yang kuhilangkan nyawanya." Pria itu tersenyum. Dia menunjuk kotak kosong. "Lalu, kotak ini untuk siapa?"
"Untukmu?"
"Untukku?"
Mereka saling menatap, diam dan sama-sama tersenyum tipis.
BUG!!
Pria lebih tua terjatuh, "pisaumu terlalu kecil Bapak kepala desa,"
Dia menginjak tangan yang lebih tua dan menendang pisaunya hingga terlempar jauh dari jangkauan. Dia mengayunkan balok kayunya tinggi-tinggi dan...
BUG!! BUG!! BUG!! BUG!!
"Matii.... Matii.... Matii.... Matii...." Pria itu terkekeh, dia mengusap wajahnya yang terciprat darah dari pria tua itu, lalu menjilatnya.
"Darahmu terasa busuk, persis seperti kelakuanmu, Korn." Pria itu mengangkat kembali balok kayunya, namun sebuah jeritan membuatnya berhenti
"PAPAAAAA!!!!" Teriakan wanita di ambang pintu, istri kepala desa berteriak kaget, menjerit ketakutan dan menangis kala melihat sang suami tergeletak dengan wajah hancur. Wanita itu menatapnya dengan tangan gemetar.
"Jangan berisik, nanti ada yang bangun." Jari telunjuknya menempel di bibir.
"APA YANG KAU LAKUKAN PADA SUAMIKU!!" Teriaknya, tidak memperdulikan apa yang dia katakan.
Pria itu tidak menjawab, dia malah menyodorkan balok kayu di tangannya pada istri Korn.
"SIALAN KAU!!!" Teriaknya sembari berlari ke aranya dengan mengepalkan tangan. Wanita itu menarik balok di tangannya dan menatap mayat suaminya. "Mati kau Korn!!"
Wanita itu memukul tubuh Korn lainnya dengan brutal dan diiringi tawa. "Kau membunuh anakku sialan!! Bertemulah kau dengan Marina keparat itu di Neraka KORN!!!!"
BUG!! BUG!! BUG!!
Pria yang berdiri dengan memasukkan kedua tangannya hanya menatap datar pada istri Korn dan tersenyum pada mata Korn yang masih terbuka. Dia berjalan menuju ranjang dan mengelus puncak kepala laki-laki muda itu, tidurnya sangat pulas, saking pulasnya sampai tidak terbangun mendengar kebisingan. Dia mengangkat tubuh laki-laki muda itu dan dia bawa keluar rumah.
Suara jeritan, suara benturan benda berat hingga suara tawa masih terdengar sampai keluar rumah.
"Uhh," laki-laki muda itu menguap, membuka matanya dan menatapnya sayu.
"Tidurlah lagi Pete. Kamu aman bersamaku,"
Pete mengangguk, tangannya melingkar di leher dan mulai menutup matanya lagi.
Next➡
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [END]
Tajemnica / ThrillerVegas adalah aparat negara yang mendadak dipindah tugaskan ke Desa terpencil. Selama bertugas, ia mendapatkan sebuah kasus pembunuhan. Vegas berusaha memecahkan kasus itu. [Sorry, this is BxB] [Complete since : 1 March 2023] © intanksm98