(29) STIGMA

2.1K 231 14
                                        

Vegas tersenyum melambaikan tangan menatap mobil hitam yang berjalan ke arahnya. Saat mulai berhenti, pintu menumpang terbuka dan seorang laki-laki manis berlari ke arahnya dan memeluknya.

"Apa kabar bro?"

Keduanya terkekeh. "Baik. Bagaimana denganmu?"

"Semua baik selagi bersama Kinn."

Vegas berakting muntah, membuat Porsche tertawa. Vegas meminta sahabat kecilnya itu untuk masuk lebih dulu ke dalam rumahnya.

Porsche mendengus. "Sumpah ya, bisa-bisanya untuk masuk ke sini tidak ada tanda sama sekali."

"Terus bagaimana kalian sampai?"

"Bertemu dengan laki-laki muda, sedang membawa rumput dan dia menunjukkan arahnya." Vegas terdiam, mendadak mengingat pertama kali ia datang kesini dan bertemu dengan Pete, Vegas merindukan Pete.

"Sebentar Porsche." Vegas berlari menghampiri Kinn yang masih berada di dalam mobil.

"Kinn, masukkan saja ke sebelah mobilku, masih muat." Teriaknya, meminta Kinn untuk memarkirkan mobilnya ke halaman rumah.

Kepala Kinn keluar dari jendela. "Ah, takut menggores, kalau kutaruh di sini, tidak masalah kan?"

Vegas berjalan ke tengah jalan, menatap mobil Kinn apa akan mengganggu atau tidak. "Bisa sih, tapi sedikit minggir saja."

"Oke."

"Hati-hati Kinn,"

"Sipp," Kinn kembali menghidupkan mobilnya dan dikemudikan untuk sedikit mepet ke tanah lebih tinggi.

Kinn keluar dan bersalaman pada Vegas, menepuk bahunya. "Akhirnya kembali juga,"

Vegas tersenyum, mereka berjalan beriringan untuk masuk ke dalam rumah.

Kinn mengintip bagasi mobil Vegas. "Sudah kamu tata semua barang-barangnya."

"Iya, kan tidak akan kembali lagi."

"Terus gimana sama anak itu?" Tanya Porsche yang berdiri di ambang pintu, bersidekap menatapnya.

"Anak siapa?" Tanya Kinn menatap Vegas juga.

"Laki-laki penduduk sini yang Vegas sukai," ucap Porsche, "Vegas suka telepon menceritakan soal dia, bahkan kemarin ketahuan sama Bapak kepala desa karena membawa anak itu di jam tiga pagi."

"Sialan Vegas," umpat Kinn. Menatap Vegas kesal. "Gila saja, kamu bawa kemana dia di jam tiga pagi?"

"Ke dalam hutan," jawab Porsche.

"Eh eh eh bajingan. Di sini tidak ada motel atau hotel kah? Sampai kamu bawa dia ke hutan? Kan di rumah bisa." Kinn tidak menyangka jika teman seperjuangannya yang terkenal baik ini sangat rendah. "Kalau butuh tempat, bisa aku carikan."

Porsche tekekeh. "Awalnya aku juga bilang gitu. Tapi mereka cuma jalan-jalan karena Vegas merasa sesak saat Pete tidak mau ikut dengannya ke kota."

"Namanya Pete?" Porsche mengangguk. "Lucu, terus dia mana? Tidak mau mengucapkan salam perpisahan?"

"Di bawa pak kepala desanya."

Kinn menatap Porsche, "kenapa kamu terus yang menjawab."

"Memang Vegas mau menjawab?"

Kinn berdecak, menatap Vegas. "Sudah, kamu bisa cari laki-laki lain yang lebih menggemaskan."

"Hmm,"

Vegas menarik Kinn untuk berjalan masuk ke dalam rumah. Dia menaruh dua kaleng kopi di hadapan keduanya. "Tidak usah basa-basilah, kalian cuma mau beristirahat kan? Betulan tidak mau menginap dulu satu malam?"

"Tidak ah, di sini pasti membosankan. Merayakan pesta untukmu lebih baik di kota atau langsung ke Ibu kota saja." Ucap Porsche menerima sodoran kaleng yang sudah dibukakan oleh Kinn.

"Setuju. Ini masih jam delapan. Satu jam saja kita istirahat, lebih cepat lebih baik kan?" Ujar Kinn. "Nanti kemalaman."

"Bisa menginap di kota, sebelum melanjutkan ke Ibu kota." Ucap Vegas.

Porsche mendengus. "Malas, enak langsung ke Ibu kota saja. Tidur di rumah sendiri lebih nyaman."

Vegas mengangguk-angguk. Dia bersidekap dan menatap kedua sahabatnya itu.

Deru suara motor berhenti di depan rumah membuat Vegas berdiri, ada Big yang terlihat tergesa-gesa berlari menghampirinya, Kinn dan Porsche ikut berdiri keluar membuat Big langsung memberikan hormat pada ketiganya.

"Ada apa Big?" Tanya Vegas setelah Big berjalan mendekat.

Big menarik napas terlebih dahulu sebelum mulai menceritakan maksud kedatangannya. "Pak, Pak Korn meninggal."

"Hah!" Vegas menatap kaget.

"Pak Korn siapa, Vegas?" Tanya Kinn.

"Kepala desa itu," jawab Porsche.

Next

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang