TOK.. TOK.. TOK..
Pintu rumahnya terketuk kuat, Vegas membuka mata dan sudah tidak menemukan Pete di sampingnya. Vegas bangkit dari ranjang menuju pintu utama. Saat dibuka terlihat Big yang memasang wajah panik.
"Ada apa Big?"
"Pak, ingat Kimhan? Anak pemilik rumah makan enak itu?" Vegas mengangguk. "Meninggal Pak, sama seperti Bu Nindi."
"Hah?" Vega menahan napasnya.
Terdengar suara Big menghela napas. "Mayatnya menyedihkan. Bapak siap-siap, biar saya tunggu. Pol sudah di sana."
Penjelasan itu membuat Vegas mengangguk dan kembali masuk untuk membersihkan diri setelah mempersilahkan Big menunggu di dalam rumahnya.
~~~
Tragis. Wajah laki-laki gondrong itu tidak berbentuk lagi, wajahnya hancur seperti dipukul berkali-kali dengan sesuatu yang besar dan berat, dagingnya seperti tercacah. Darah menggenang di mana-mana, membuat rumah makan itu banjir genangan darah. Ibunya menangis, terus menjerit melihat keadaan putranya.
Vegas menelan salivanya. Menatap Pol yang terus berekspresi geli menatap itu.
Pol berjalan ke arahnya. "Pak,"
"Jangan berkomentar apapun Pol." Ucap Big. Laki-laki itu menatap Vegas. "Kimhan ditemukan seperti ini saat pagi Pak, saat ibunya akan membuka restorannya. Tadi malam, dia masih santai menonton televisi dan berpamit pada ibunya untuk turun kewarung, katanya ada teman yang ingin menemuinya."
"Itu pasti-"
"Pol!" Big memperingati.
"Kamu menuduh Pete, Pol?" Ujar Vegas. Membuat mata Big kaget, bahkan beberapa orang yang mendengarnya ikut menoleh. "Jangan karena dulu Kimhan yang merundung Pete, membuatmu berpikir demikian Pol. Pete ada di rumahku tadi malam."
Vegas menatap tangannya yang tergenggam oleh seseorang, wanita paruh baya menangis berlutut di hadapannya. "Tolong Pak, temukan siapa yang membunuh anakku. Aku akan memberi semua yang anda minta, aku mohon."
Vegas berlutut, mengusap kedua lengan wanita itu. "Tenang Bu,"
Vegas membantu wanita itu untuk berdiri, ia menatap Pol. "Sudah bertanya pada tetangga sekitar?"
"Sudah. Kimhan ini jarang ada di desa, dia kan kuliah dikota. Jadi kemungkinan tidak memiliki musuh di sini." Jawab Pol.
"Aku bukan tanya siapa dugaan pembunuhnya!" Vegas mulai kesal. "Tapi adakah yang melihat siapa teman yang ditemui Kimhan!"
Pol menunduk. Semua orang yang mendengar menurunkan volume mereka ketika suara Vegas menggema. Vegas terlihat kesal, Big sendiri paham.
"Caritahu itu, jangan sampai kematian ini sama seperti yang dialami oleh kepala sekolah itu." Ucap Vegas, dia berjalan menuju mayat Kimhan. "Selain balas dendam kusus untuknya, bisa saja ini karena ketidaksukaan tersangka pada kesuksesan warungnya, bukan?"
Pol yang masih menunduk, mengangguk kecil.
"Setelah laporan dari warga sekitar desa Ban Rai tidak ada bukti, kamu bisa memakai tuduhanmu dan selidiki dia." Ucap Vegas lagi.
Big menatap Vegas, dia menghampiri Pol dan mengajaknya pergi.
"Kamu sih, kebiasaan pakai instingmu." Memukul kepala bagian belakang milik Pol.
"Kan bisa saja."
"Ya tahu. Tapi lihat situasinya, Pak Vegas itu suka Pete, pasti masih menolak fakta." Big menarik untuk semakin menjauh. "Pokoknya, kita usut benar dulu di desa ini. Kalau buntu baru cari Pete."
Vegas yang masih menatap mayat, hanya diam mendengarkan perbincangan dua rekan kerjanya itu.
Next➡
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [END]
Mystery / ThrillerVegas adalah aparat negara yang mendadak dipindah tugaskan ke Desa terpencil. Selama bertugas, ia mendapatkan sebuah kasus pembunuhan. Vegas berusaha memecahkan kasus itu. [Sorry, this is BxB] [Complete since : 1 March 2023] © intanksm98