(30) STIGMA

1.7K 211 24
                                    

Mendengar kabar itu membuat Vegas bergegas ke rumah Pak Korn. Kinn dan Porsche turut ikut menggunakan mobil mereka untuk melihat, ada satu mobil ambulance dari desa sudah ada di sana. Terlihat seorang perawat berdiri membungkuk di luar, mengelus perutnya dan teman lainnya mengurut bagian lehernya.

"Mayatnya benar-benar hancur Pak," ucap Big sembari mereka berjalan masuk. "Beberapa orang yang melihatnya langsung muntah."

"Di mana?" Tanya Vegas saat sudah berada di ruang utama.

"Lantai atas."

Vegas menatap ke atas, dia langsung berjalan cepat dan melihat banyak orang berkerumun.

"Jangan biarkan orang masuk Big,"

"Ah, maaf Pak, mereka menerobos." Big berlari menghampiri ruangan kejadian untuk meminta para tetangga pergi dari tempat TKP.

Vegas melangkah masuk, dia menoleh ke arah Porsche yang tiba-tiba mual dan menutup mulutnya. Kinn membawa Porsche pergi dari ruang TKP. Bau darah segar menyeruak indra penciuman, ia melangkah maju dan menemukan mayat Pak Korn benar-benar tidak berbentuk, Vegas berjongkok menatap balok besar dengan lumuran darah tergeletak di samping Pak Korn. Vegas melihat seorang wanita yang ia yakini adalah istri Pak Korn.

Pol mendekati Vegas. "Pak, Bu Kades adalah pembunuh Pak Korn."

"Eh?" Vegas kaget, dia mendekati istri Pak Korn yang memeluk lutut di sisi ranjang dengan tubuh berlumuran darah-darah Pak Korn. "Bu,"

Wanita itu mengangkat kepalanya, dia tersenyum dan tertawa. "Dia akhirnya mati, kenapa selama ini aku tidak bekerja sama saja dengan orang sepertinya. Aku bahagia, Macau pasti bahagia, anakku bahagia. Seharusnya aku membunuh anak sialan itu juga."

Vegas berdiri menatap seprei kasur dengan banyak bercak darah.

Vegas berjalan menyusuri setiap pintu yang ada di dalam ruangan, banyak sekali, diikuti Pol yang menatap kebingungan lalu kaget melihat isi ruangan pintu-pintu itu. Kinn yang masuk lagi juga turut menatap bingung.

"Bapak mencari siapa?" Tanya Pol masih mengikuti Vegas.

Vegas tetap berjalan mengelilingi ruangan. "Pete!!" Teriak Vegas.

Vegas menghampiri istri Pak Korn lagi, meremas kedua bahunya. "Bu, di mana Pete!"

Wanita itu malah tertawa.

"Jawab Bu! Di mana Pete!!!"

Wanita itu terus tertawa. Membuat Vegas memijit lehernya, menggerakkan ke kanan dan ke kiri, lalu mendengus pelan mengangkat wajah wanita itu untuk menatap wajahnya. "Bu, saya tanya di mana Pete."

"Bu!" Bentak Vegas.

Wanita itu diam, menatap Vegas dan berteriak keras lalu merangkak mundur ketakutan. "PERGI!! JANGAN GANGGU AKU! AKU MAU BUNUH KORN! MATI KAU KORN! MATI!"

Wanita itu menangis. "MACAU ANAKKU! ANAKKU DI MANA!"

Lalu tiba-tiba tertawa. "Korn mati, bisa bertemu Marina!! Salam untuk Anakku Korn-anakku di Surga! Korn hahaha."

"Bu!" Vegas mencoba mendekatinya namun dia terus berteriak merangkak mundur.

"Vegas tenang," Kinn menahan Vegas agar tidak membuat istri kepala desa itu semakin histeris. "Kenapa kamu berteriak padanya?"

Vegas menatap Kinn. "Sejak hari di mana Pak Korn membawa Pete, aku belum bertemu dengannya lagi Kinn."

"Aku akan membantumu mencarinya,"

"Dasar pembunuh!!!" Teriak wanita itu dengan memukuli Vegas, lalu tertawa. "Akhirnya Korn mati. Matiii..."

Pol menarik wanita itu sedangkan Kinn menyeret Vegas dari jangkauan wanita itu.

Saat Vegas hendak melangkah pergi, dia terjatuh, lehernya terjerat sesuatu membuat Pol dan Kinn tersentak kaget dan mencoba melepaskan jeratan tali dileher Vegas. Para warga yang memang diminta untuk menjaga langsung membantu, mencoba menarik tangan wanita itu untuk melepaskan talinya.

"Matiiii, matiiiii..." Teriaknya, para warga langsung membawa wanita itu keruangan lain dan dikunci dari luar.

Big yang melihat itu langsung berlari menghampiri. "Bapak tidak apa-apa?"

"Aku baik,"

"Leher Bapak, astaga terluka."

Vegas mengelus lehernya yang melingkar sebuah bekas luka yang kembali memerah. Sembari berdecak Vegas menaikkan kaus turtleneck yang ia pakai, lalu merapikan jaketnya. "Tidak apa-apa."

"Sebaiknya bapak pulang saja."

"Aku akan di sini,"

"Pak, atasan bilang akan membuka kasus ini. Tapi Bapak diminta kembali ke Ibu kota karena akan ada yang menggantikan di sini."

"Aku akan tetap tinggal,"

"Vegas, jangan begini-"

"Tidak Kinn! Aku akan mencari Pete,"

Tidak ada yang bisa mencegah Vegas, dia keras kepala setelah menemukan cintanya. Vegas tidak mendengar kalimat Kinn yang memohon untuk kembali ke Ibu kota bersamanya. Vegas keluar mencari keberadaan Pete diruangan lain, barangkali Pete disembunyikan.

Kinn keluar rumah menghampiri Porsche yang duduk di gazebo.

"Bagaimana? Siapa yang membunuh kepala desa itu?"

"Istrinya sendiri,"

"Hah?"

Kinn menggeleng. "Ini sulit dipercaya Porsche, kepala desa itu adalah dalang dari matinya beberapa orang desa bahkan anaknya sendiri. Di dalam ruangan itu banyak potongan tangan dari beberapa orang. Dan parahnya, dia bersikap seakan-akan orang yang dermawan."

"Kemungkinan kematian orang desa sebelah, Pak Korn dan istrinya juga penyebabnya." Sambung Pol yang berjalan menghampiri keduanya dengan membawa minuman. "Pak Korn meminta semua orang untuk tidak meminta kasus kematian dikedua desa agar tidak diusut, dan kematian dua orang di desa sebelah sama seperti matinya Pak Korn hari ini. Dan si Ibu bilang, dia selalu mengikuti kegiatan gila Pak Korn. Bisa jadi si Ibu mengikuti metode Pak Korn untuk membunuh, jadi Pak Korn senjata makan tuan."

"Ouh, pasutri gila." Porsche menatap Kinn. "Lalu, di mana Vegas?"

"Masih mencari Pete."

"Pete? Kenapa dengan Pete."

"Pak Korn dulu terobsesi dengan ibunya Pete, Pak. Dan mengatakan bahwa Pete adalah anaknya, dan membunuh Macau yang bukan darah dagingnya,"

"Astaga."

"Makanya saat Pak Korn tahu Pete dekat dengan Pak Vegas. Pak Korn sangat marah." Ucap Pol lagi. "Kami baru sadar, orang sedermawan itu sangat gila."

"Porsche, kamu bisa kembali ke Ibu kota dan menemui Irjen Peter, katakan padanya mengenai kasus ini. Aku yakin dia mau membantu, banyak barang bukti yang tersimpan di ruangan kematian Pak Korn." Porsche mengangguk. "Aku akan menemani Vegas di sini, dia sedang terguncang dan butuh teman. Kamu bisa? Atau minta temani Pol."

"Aku akan pergi sendiri. Pol harus ada di sini, polisi di sini sangat sedikit." Porsche berdiri, mengulurkan tangannya pada Kinn meminta kunci mobil.

Ketiga orang itu menatap Vegas yang tiba-tiba datang dan menaruh kunci ditangan Porsche. "Bawa mobilku, taruh di rumah Phi Tong. Katakan padanya suruh bereskan barangku di apartemen. Dan katakan pada mereka, aku akan kembali ke ibu kota setelah di sini selesai."

"Tapi Pak, akan ada atasan dari kota yang datang menggantikan."

"Aku tidak perduli." Vegas pergi melangkah menuju rumah Pak Korn lagi.

Next

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang