(14) STIGMA

1.7K 227 8
                                    

Pol dan Big berjingkrak senang saat mendengar Vegas mengajak keduanya untuk makan-makan di Desa Ban Rai yang katanya ada tempat makan terkenal enak.

Ketiganya menaiki mobil milik Vegas dengan dia sendiri sebagai pengemudinya.

Vegas melirik punggung kecil Pete yang tengah berjalan pelan, membuat Vegas memelankan kemudinya dan bejalan sesuai langkah Pete. Pol menoleh padanya saat kaca bagian Pol duduk tiba-tiba turun sendiri.

Pol mendengus. Laki-laki itu melongok keluar jendela. "Hai, Pete."

Langkah Pete berhenti dan gerakan mobil turut berhenti. "Mau ke mana?"

"Kebun."

"Sore-sore mau ke kebun?"

Pete mengangguk. Pol menoleh ke arah Vegas yang berdehem kuat. Pol menatap Pete lagi. "Kami mau ke rumah makan yang enak itu, Pete. Aku pernah membelikanmu ayam gepreknya, enak kan?"

Pete mengangguk lagi.

"Ayo ikut kami? Pak Vegas yang akan mentraktir."

Pete menggeleng.

Pol menoleh lagi pada Vegas yang berdehem lebih kuat dan membuat Big yang geram langsung menurunkan kacanya. "Pete, nanti akan kupinjamkan game di komputer kantor lagi, aku baru download game terbaru."

"Sa-saya mau ke kebun."

"Sebentar Pete, kan rumah makan itu ada di desa sebelah!" Seru Big, membuat Pete mendongak dan mata Big melebar.

"Ma-matanya." Lirih Pol yang kaget. Ini adalah pertama kalinya mereka melihat warna mata Pete.

"Desa Ban Rai?"

"I-iya." Jawab Big.

Bibir tipis itu tersenyum lebar. "Mauu ..."

"Kamu mau ikut?" Tanya Pol. Mendapat anggukan dari Pete. Big bergegas membuka pintu bagiannya agar Pete duduk di belakang.

Mobil kembali melaju, ketika Pete sudah duduk tenang di samping Big. Selama perjalanan, tidak ada yang bersuara kecuali Pol yang memberikan arah pada Vegas.

Vegas melirik kaca tengah, melihat Pete yang tersenyum menatap keluar jendela. Di mana letak rumah wanita yang meninggal beberapa hari lalu, senyum itu begitu lebar dan menenangkan. Vegas menatap ke depan lagi.

~~~

"Empat porsi?" Tanya ulang pemilik rumah makan. Pol mengangguk.

Mereka duduk di meja barisan nomer tiga, dengan empat kursi. Vegas duduk berhadapan dengan Pete, yang menunduk. Bahkan memesan minuman saja di pilihkan. Tempatnya cukup luas dan ramai pengunjung, meskipun di sore hari, karena katanya di Desa Ban Rai ada pasar malam yang di adakan satu tahun sekali, datang dari kota.

Sekitar lima belas menit kemudiam, pelayan datang menaruh beberapa minuman mereka dahulu, dan pelayan lain datang menaruh makanan mereka.

"Eh, Pete."

Pete mendongak, laki-laki dengan rambut gondrong tersenyum pada Pete. Saat tangan laki-laki itu terangkat, sepontan Pete mengangkat tangannya menutupi kepala seperti melindungi diri.

Laki-laki gondrong itu tersenyum lebar, tangan yang masih melayang di udara menepuk pelan kepala Pete yang masih terlindungi dari tangan.

"Tidak berubah ya," laki-laki itu menatap Vegas, Pol dan Big yang mematung. "Halo, saya Kimhan, salam kenal."

Mereka bersalaman, "Selamat makan, nanti saya akan bilang ibu untuk memotong harga."

"Terima kasih," balas Pol.

Kimhan menatap Pete yang masih setia pada posisinya, dia tersenyum tipis sebelum pergi.

"Pete, dia sudah pergi."

Ucapan Vegas membuat Pete menurunkan tangannya, dia mulai meraih sendok yang diberikan oleh Pol, lalu menyantap makanannya.

Tidak ada yang mengajak Pete bicara, laki-laki itu sangat fokus pada makanannya. Bahkan saat mereka memutuskan untuk kembali ke Desa Ban Mai, tidak ada percakapan lebih.

Vegas mengeraskan rahangnya, Pete kembali murung.

Next➡

STIGMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang