Vegas bejalan melewati jalan berkerikil dengan mobilnya, saat pagi, barulah terlihat para warga yang beraktifitas. Ada yang akan berangkat ke kebun dan ada yang tengah mengurusi sawah mereka.
Dalam perjalanan itu, Vegas hendak melewati danau.
"Eh, itu dia..." Vegas melihat laki-laki yang sempat bertamu ke dalam mimpinya, mimpi basahnya.
Laki-laki itu berdiri di atas dermaga kecil kayu, diam menatap air, sama sekali tidak bergerak. Vegas masih memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh laki-laki itu. Saat ia hampir selesai melewati, akan berbelok. Matanya membelalak, si mimpi menatapnya, mata abu-abu itu benar-benar tersorot padanya.
"Apa-apaan tatapannya itu." Ucap Vegas mulai menatap fokus ke jalan lagi.
~~~
"Maaf merepotkan." Ucap Vegas, sambil bersalaman dengan Pak Korn, selaku kepala desa Ban Mai. "Pagi-pagi sudah mampir."
"Halah, santai saja." Pak Korn meminta Vegas untuk duduk.
Mereka duduk di sebuah gazebo kecil di halaman rumah Pak Korn. Rumah Pak Korn adalah rumah paling besar menurut Vegas di desa ini. Halamannya sangat luas dengan taman kecil sepanjang menuju gazebo.
Vegas perlu berkenalan dengan orang yang paling di segani di desa Ban Mai, paling tidak dalam beberapa bulan ke depan, ia akan berhubungan dengan beliau secara langsung.
"Saya dengar pangkatmu sudah tinggi ya. Wahh, masih muda sudah keren." Puji Pak Korn. "Saya punya anak laki-laki yang bertekad juga jadi aparat negara."
"Benarkah?" Vegas tersenyum. "Saya bisa bantu Pak kalau perlu apapun, untuk memudahkan."
Pak Korn terkekeh. "Dia sudah tidak ada."
"Eh?"
Pak Korn kembali tertawa. "Meninggal. Mungkin, sudah tiga tahun yang lalu."
"Oh maaf Pak."
"Tidak masalah,"
"Kalau boleh tahu, meninggal karena apa?"
Pak Korn mengetuk dagu dengan pena di tangannya. "Eum, tenggelam, di danau depan. Biasalah, dia bermain bersama anak-anak seusianya. Bercanda dan dorong-dorongan, padahal tidak bisa berenang."
"Ohh." Vegas mengangguk-angguk. "Turut berduka cita, meski terlambat Pak."
Vegas sontak berdiri ketika melihat seorang wanita yang ia ketahui adalah istri dari Pak Korn yang berjalan ke arahnya sembari membawa nampam.
"Terima kasih Bu,"
"Sama-sama." Wanita itu tersenyum padanya. "Sudah sarapan? Biar saya bawakan ke sini."
"Eh, tidak usah repot-repot Bu, saya sebentar saja kok. Hanya mau menyapa Bapak, lalu ke kantor." Jawab Vegas. Istri Pak Korn tersenyum dan berpamit pergi meninggalkan mereka.
Hanya perbincang kecil mengenai desa Ban Mai, dan Vegas kembali ke rumah sementaranya, dalam perjalanan ia kembali bertemu dengan sosok laki-laki cantik itu. Vegas ingin menghentikan kemudinya dan menawari tumpangan, tapi dia malas karena merasa laki-laki tidak bernama itu tidak suka berinteraksi.
Dan sialnya. Vegas menghentikan lajuannya, dia turun dan menghampiri laki-laki itu yang terus berjalan.
"Hei, tidak tahu ada orang disinikah?" Ucap Vegas, membuat langkah kecil itu berhenti. "Tidak tahu sopan-satun dalam menyapa-sapa ya? Sombong sekali, kamu."
Laki-laki itu menatap Vegas, datar, dan hanya menunduk kecil lalu berjalan meninggalkan Vegas yang diam memandanginya.
"Begitu lagi," Vegas menatap ke arah kaki laki-laki itu. Lagi-lagi tidak beralas.
Next➡

KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [END]
Mystery / ThrillerVegas adalah aparat negara yang mendadak dipindah tugaskan ke Desa terpencil. Selama bertugas, ia mendapatkan sebuah kasus pembunuhan. Vegas berusaha memecahkan kasus itu. [Sorry, this is BxB] [Complete since : 1 March 2023] © intanksm98