🪷

3 0 0
                                    

Keesokan harinya, Haidar benar-benar melapor kepada polisi mengenai apa yang terjadi, tapi kedua orang tua Anya memohon ampun sampai sujud-sujud kepadanya, keluarga Anya termasuk orang yang berkecukupan namun karena sekolah yang ditempati juga bukan tempat biasa jadinya uang tidak bisa mereka jadikan alasan kebebasan, juga karena keluarga Husna yang memang Haidar basic nya militer dia ingin menempuh jalur hukum, setelah dibicarakan baik-baik oleh kedua pihak keluarga akhirnya Haidar menarik kembali laporannya, hari ini dia dan Disa kembali ke seklolah Husna tapi Husna sendiri tidak masuk karena dia enggan keluar dari kamar setelah kejadian kemarin

"Saya minta agar Anya di keluarkan dari sekolah" pinta Haidar mau bagaimanapun dia tidak terima jika putrinya masih satu tempat dengan orang yang sudah membuatnya seperti ini

"Mohon maaf sekali tuan Haidar, kami tidak mungkin mengabulkan permintaan anda, kami juga tidak bisa mentolelir apa yang di lakukan Anya tetapi mereka sudah ada di tingkat akhir dan identitas mereka sudah diserahkan untuk ujian pak" jelas sang kepala sekolah

"Kalau begitu saya yang akan ambil putri saya dari sekolah ini" jelas Haidar

"Tuan Haidar, kami mohon sekali pengertian tuan, putri anda sekarang sudab ada di tingkat akhir dan identitasnya sudah ada di pusat tidak akan ada sekolah yang menerimanya jika hanya satu semester akhir saja, kemungkinan Husna harus mengulang kembali kelasnya tahun depan" Kepala sekolah mencoba memberi pengertian

Pada akhirnya Haidar kembali mengalah, untuk sementara Husna akan tetap bersekolah disana tapi dengan syarat Anya tidak boleh mendekat pada Husna lagi dan pigak sekolah jugs kekuarga Anya mengiyakan, dan untuk hukuman dari pihak sekolah Anya di wajibkan membersihkan seluruh area kamar mandi terhitung hari itu sampai jadwal libur semester mendatang juga dia wajib memberikan surat yang berisikan penyesalannya sebanyak dua kertas polio ke pihak kedisiplinan tiga hari sekali

Haidar dan Disa lantas kembali ke rumah, dapat dilihat bi Siti yang masih membawa nampan berisikan makanan

"Husna masih belum mau buka pintunya bi?"tanya Haidar

"Iya tuan besar, dari tadi bibi mencoba membujuk tapi tidak ada jawaban dari non Husna"terang bi Siti

"Dia belum makan dari kemarin mas"khawatir Disa, karena setelah sadar dari pingsan kemarin Husna meminta untuk sendiri

Haidar maju dan mengetuk pintu "assalamualaikum sayang, adek buka pintunya dulu yuk, gak papa adek temuin ayah tapi adek makan ya, ayah khawatir sayang"lirih Haidar pada akhirnya dia menitikan air matanya juga, dia merasa gagal melindungi putri kecilnya

Mereka menunggu sekitar lima menit dengan mengajukan bujukan pada Husna sampai akhirnya handle pintu bergerak, dan pintu terbuka dapat dilihat Husna dengan mata sembab dan rambut yang berantakan, Haidar hendak mendrkat taoi Husna langsung menghindar

"Bi simpan nampannya ke dalam" titah Disa "mau mama temani sayang?"tawar Disa tapai Husna tidak merespon sama sekali pandangannya begitu kosong

Setelah menaruh makanan Husna menatap ayahnya "na sendiri dulu ya ayah, maaf"ucap Husna lemah

Haidar mengangguk "iya sayang, dimakan ya, boleh ayah minta tolong jangan di kunci pintunya?" Pinta Haidar lembut

Husna mengangguk dan menutup kembali pintu kamarnya, bi Siti pamit dan Haidar beserta Disa memutuskan turun ke kamar mereka juga, Haidar langsung terduduk lemas diatas kasur, Disa yang tahu suaminya tidak baik-baik saja langsung memeluk Haidar

"Dia gak mau aku peluk Dis" getir Haidar air matanya tumpah juga sekarang "aku gagal Dis"

Disa menggeleng lemah "nggak mas kamu gak gagal, kamu lihat dia begitu sayang sama kamu, dia menuruti apa yang kamu mau, dia dengerin kamu, putri kita hanya ingin sendiri dulu" Disa harus bisa menguatkan keadaan sekarang

Our Story'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang