Laki-laki paruh baya yang masih mengenakan seragam loreng debgan dua bintang di bajunya itu tampak tergesa masuk ke dalam area sekolah tidak hanha dirinya saja tapi dia juga membawa tiga orang anak buahnya, setelah mendapat kabar dari istrinya juga putranya dia langsung menuju ke ruangan guru
"Njir bokap lo jendral?"syok Sandi dia memang tahu ayah Husna tentara tapi tidak dengan fakta bahwa jabatan ayah Husna itu tinggi
Arga langsung menhampiri Ayahnya itu"Mama di dalem yah"jelas Arga
"Maaf pah Arga gak bener jagain Husna"sesal ArgaHaidar hanya menganggu kecil sambil menepuk bahu Arga, dia lanyas masuk ke ruangan BK, didalamnya hanya tinggal istrinya yang tengah memeluk putrinya itu dan ada tiga guru
"Mas"tegur Disa
Husna langsung menatap ayahnya dan menghambur kepelukan
"Ayahhhh na tidak mencuri ayah, mereka jahat ayah"Haidar mengeratkan pelukannya, hatinya terluka melihat putrinya yang kini menangis sambil mengiba namun tidak ada yang mendengar perkataanya"adek jangan takut" bisik Haidar menguatkan, dia bahkan tidak akan memaafkan dirunya sendiri jika ia melukai putrinya dan sekarang orang lain yang berani membuat putrinya menangis dengan suara yang begitu pilu
Pintu kembali terbuka dan yang masuk sekarang adalah kepala sekolah, beliau yang sedang ada tugas diluar kini terpaksa datang kembali ke sekolah
"Mari kita bicarakan baik-baik pak" pinta sang kepala sekolah
Husna kembali duduk bersama Disan karena Haidar yang akan menangaani langsung kasus ini
Pak Januar menjelaskan mengenai kejadiannya secara rinci dari awal hingga akhir
Haidar yang mendengar itu tertawa "hanya karena barang itu ada di tas putri saya kalian menuduh dia yang mencuri, apa ada bukti kalah dia yang mengambil?"tanya Haidar
"Bukti yqng disertakan sudah cukup meyakinkan"balas Januar
"Meyakinkan dari segi apa? Putri saya sudah menjelaskan bukan dia bahkan belum membuka tas nya lagi setelah kembali dari kantin bersama dua temannya itu, amplop yang dia bawa itu bahkan jauh berbeda, itu milik keluarga kami, Andre berikan" titah Haidar
Satu pak amplop kini betserakan di meja dan itu sama persis dengan yang Husna bawa saat terekam cctv
"Putri saya meminta itu sebelum berangkat sekolah karena dia akan menyerahkan gambarnya pada Mario"jelas Disa
"Anda sudah dengar?" Tekan Haidar
"Lalu bagaimana anda menjelaskan tentang kunci jawaban yang ada di tas putri anda"Pak Januar kembali mempertanyakan
"Anda yang bertanggung jawab disini, apa sesusah itu untuk kalian memperbaiki fasilitas sampai cctv yang hanya satu tidak kunjung diperbaiki dan menjadi alasan kalian menuduh anak saya" Haidar sudah mulai tidak bisa mengontrol emosinya
Kepala sekolah yang tidak tahu menahu mengenai cctv yang rusak kini ikut menanggung malu juga dengan apa yang diungkapkan Haidar
"Mohon maaf Pak, itu memang kelalaian kami tapi buktinya sudah ada di depan mata, dimana kunci jawaban ulangan yang akan kami laksanakan ada di tas putri anda"
Januar tetap kekeh dengan opininya"Kalau begitu mari lapor pada polisi untuk membuktikannya saya tidak menerima tuduhan sepihak daru anda terhadap putri saya, saya yang menjamin bahwa dia adalah anak yang menjungjung tinggi kejujuran, jika tuduhan itu tidak benar saya akan menuntut balik pihak sekolah" jelas Haidar
"Maaf pak, kita tidak perlu melapor ke polisi, kita hanya perlu menyelesaimannya secara kekeluargaan saja disini" Kepala sekolah ikut angkat bicara, mau bagaimanapun jika kasus ini terangkat ke kepolisian itu jelas akan merusak nama baik sekolab nantinya