Gelap. Sang pemilik kamar berada di sofa pojok ruangan dengan segelas wine ditangannya.
"Kalo lo masih kasar sama Raka, gue ga segan-segan bawa dia jauh dari lo, Jendra. Inget itu!"
"Arghh!"
Prang
Jendra melempar gelas kacanya hingga pecah. Ia berdiri dan menjambak rambutnya frustasi, lalu meninju tembok hingga tangannya memerah.
"Lo ga bakal bisa bawa dia jauh dari gue. Bahkan, kalo lo beneran bawa Raka, gue bakal cari kalian sampe dapet," desisnya tajam.
Matanya memerah karena meminum alkohol, ia berdecak kesal saat mendengar suara pintu kamarnya diketuk.
Berjalan sempoyongan, ia membuka pintu dengan kasar.
Pemuda mungil yang sedang menunduk gugup di depannya sampai terkejut. Seketika tatapannya menjadi dingin saat melihat siapa yang mengetuk pintu.
Jendra hanya diam menatap Raka. Hingga akhirnya pemuda manis itu bersuara.
"Abang mabuk!?" Kagetnya saat mencium aroma alkohol dari Jendra. Lelaki itu menatap datar Raka, tak berniat membalas.
Saat Raka akan kembali berucap, Jendra sudah lebih dulu menyelanya. "Sudah puas?"
"Maksudnya?"
"Sudah puas kamu mengobrol dengan Dimas!? SAYA SUDAH PERNAH BILANG JANGAN TERLALU DEKAT DENGAN DIA!"
"KENAPA KAMU TIDAK MENURUTI UCAPAN SAYA!?"
Jendra membentak Raka dengan keras, matanya berkilat tajam, napasnya memburu, dan juga urat-urat lehernya menonjol.
Lelaki tampan itu mencengkeram kuat dagu Raka dan menyeretnya hingga pemuda manis itu jatuh dan terbentur pinggiran meja.
Raka meringis, merasakan perih di bagian belakang kepalanya.
Jendra mengambil sebuah pisau kecil, dan menempelkan ujung pisau tersebut di bawah dagu Raka, lalu menariknya perlahan hingga menimbulkan luka goresan.
Sedikit demi sedikit, darah keluar dari lehernya. Matanya terpejam erat, rasanya sakit sekali.
Jendra menyeringai lebar, ia menekan pisaunya, dan seketika membuat Raka menjerit.
"VIJENDRA SHANKARA, BAJINGAN! SADAR!" Raka langsung berteriak saat Jendra menekan benda kecil itu di bawah dagunya.
Plak
Jendra menampar keras pipi Raka, lali menjambak rambut belakang pemuda itu hingga membuatnya mendongak.
Raka takut, baru pertama kali ini Jendra menggunakan benda tajam. Biasanya lelaki itu hanya mencambuk,menampar, memukul, dan mengurungnya dirumah atau di kamar.
Tubuhnya sangat bergetar, dalam hatinya ia terus berdoa agar nyawanya tak melayang hari ini.
"Shut up!" Jendra melemparkan pisaunya ke lantai, ia melepaskan tangannya dari rambut belakang Raka dengan kasar, membuat kepala bagian samping pemuda itu terbentur meja hingga berdarah.
Jendra merasakan pening di kepalanya, matanya memburam sampai akhirnya ia jatuh tak sadarkan diri akibat banyaknya wine yang ia minum.
Raka yang melihat itupun langsung berdiri dan keluar dari kamar dengan cepat, mengabaikan rasa sakit di kepala dan dagunya.
Di dalam kamar, ia bimbang. Apakah ia harus membersihkan lukanya atau tidak. Karena jika terkena air pasti akan perih, tetapi jika tidak dibersihkan juga akan perih, sama saja.
Akhirnya, ia memutuskan untuk membersihkan lukanya walaupun disertai ringisan yang tertahan. Bibir bawahnya terlihat sedikit bengkak karena ia terus menggigitnya, untuk menahan teriakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal; Shanka [END]
General Fiction[BROMANCE AND BROTHERSHIP AREA] Bagaimana jika seseorang yang menyukai kebebasan harus hidup berdampingan dengan manusia yang sangat posesif? apakah ia harus menuruti perintah untuk keselamatannya, ataukah tetap berusaha mencari celah untuk bebas? M...