-Final chapter-

5K 297 32
                                    

"Happy wedding, Kak. Semoga langgeng terus, ya!"

Raka memeluk perempuan yang mengenakan gaun pengantin bewarna putih itu.

"Makasih. Kamu ke sini sama siapa?"

"Tuh!" Raka menunjuk Jendra yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Katanya ga mau dateng ke nikahan gue," ledek si pengantin pria.

"Gue emang ga mau ke nikahan lo. Gue maunya ke nikahan Faza, sepupu gue."

Yap! Saat ini, Raka dan Jendra sedang menghadiri acara pernikahan Dimas dan Faza.

Tak terasa, sudah beberapa tahun berlalu. Dimas memutuskan untuk menggelar pernikahannya hari ini, tepat pada hari ulangtahun Faza yang ke 23.

Raka kini juga sudah bekerja di perusahaan Jendra. Ia menjadi asisten pribadi lelaki itu.

"Kapan nyusul?" Tanya Dimas menatap Jendra setelah berpelukan sebentar.

"Kapan-kapan," balas Jendra. Ia menatap Raka yang dipeluk oleh Faza.

"Nunggu Raka nikah, keburu ga laku lo."

"Faza."

"Apa?"

"Kok lo mau sama cowo sengklek kaya dia, sih? Mantannya banyak, lagi."

Plak

"Lo makin kesini makin ngadi-ngadi ya!" Bahu Raka dipukul oleh Dimas.

Ah! Ada kabar gembira untuk kalian. Jendra sudah tidak kaku seperti dulu, walaupun masih menggunakan kosa kata 'saya'.

Terlepas dari itu, Jendra sudah jauh lebih bersinar dari tahun-tahun sebelumnya.

Faza hanya tertawa mendengar guyonan mereka. Ia memilih untuk menatap Zen yang berdiri di bawah panggung.

Perempuan itu melambaikan tangannya. Dengan senyum tipisnya, Zen ikut naik ke atas.

Ia memeluk Dimas sebentar, lalu bersalaman dengan Faza. "Yang betah ya, sama abang gue."

Mengangguk, ia lantas menjawab, "iya. Ntar kalo ga betah gue pindah haluan ke lo."

"Heh!" Suara Dimas yang lumayan keras, membuat beberapa tamu menoleh.

Ia segera meminta maaf. Faza dengan tega menampar pelan suaminya.

"Malu-maluin!"

"Durhaka lo sama gue," ujar Dimas sambil menunjuk Zen.

Pemuda itu seolah tak peduli, ia hanya mengangkat bahunya sekilas dan turun dari panggung.

Raka dan Jendra juga pamit untuk ke bawah. Mereka menuju ke arah meja yang berisi beberapa minuman.

"Mau itu bang." Jendra mengikuti arah pandang Raka.

Matanya menajam ketika melihat segelas White zinfandel yang ada di atas meja.

Ia menoleh ke panggung. Di sana, Dimas tersenyum mengejek kepadanya.

Sialan.

Raka mendekat pada gelas itu. Matanya membola, pantas saja Jendra hanya diam.

Anjir, kirain soda.

"Ga jadi bang," ujar Raka cepat. Ia langsung mengambil sirup mawar yang ada, lalu meminumnya.

Jendra mengambil wine tadi, lalu menyeruputnya sedikit.

"Mau coba?" Tawarnya.

Raka menggeleng cepat. Lelaki itu terkekeh pelan. "Gapapa, lagian kamu udah legal, kan?"

Eternal; Shanka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang