Extra part

5.8K 288 39
                                    

Seorang pemuda mengernyitkan keningnya. Ia membuka matanya pelan untuk menyesuaikan cahaya.

Jam berapa? Batinnya.

Ia menoleh pada nakas yang ada di sebelah ranjang. Matanya seketika membulat.

Sial!

"Bang! Bang Jendra, bangun! Udah jam setengah tujuh!"

Pemuda itu menggoyangkan tubuh Jendra yang masih terlelap, bahkan tangan kekarnya masih betah memeluk pinggangnya.

"Five minutes again, Raka." Suaranya yang terdengar berat itu membuatnya sedikit merinding.

Raka tak mendengarkan hal itu, ia tetap berusaha melepaskan pelukan itu. Setelah terlepas, ia langsung lari untuk bersiap-siap.

30 menit kemudian, Raka sudah benar-benar siap. Bahkan makanan untuk sarapan sudah tersedia di meja makan.

Jendra yang masih berada di dalam kamar sudah membuka matanya. Lelaki itu terlihat panik sambil memakai pakaiannya.

Dasinya bahkan hanya dikalungkan asal-asalan. Ia langsung berlari menyusul Raka yang sudah duduk anteng di kursi.

Dengan napas terengah-engah, ia ikut duduk di sebrang kursi Raka.

"Ini," ucap Raka sambil mendorong sepiring nasi dan mangkuk kecil berisi sup ayam.

Raka memisah nasi dengan sup nya, karena Jendra tak suka jika kedua makanan itu dicampur.

Mereka berdua memakan sarapannya dengan sedikit terburu-buru.

Hari ini adalah jadwal mereka menghadiri rapat di Prancis, tepatnya di kota Paris.

Pesawat mereka akan terbang pukul 08.00 WIB. Sedangkan mereka, baru bangun pada pukul 06.30, itu semua karena Jendra dan Raka terlalu asik menonton film.

Tadi malam, setelah packing selesai, Raka memang mengajak Jendra untuk menonton film. Karena terlalu asik, mereka melupakan jadwal hari ini.

Untung saja, Raka sudah bangun. Bagaimana jika tidak? Mereka pasti akan tertinggal pesawat.

Setelah menyelesaikan sarapan, mereka langsung mengambil barang-barang yang akan di bawa dan menaiki mobil.

Melihat dasi Jendra yang berantakan, Raka berinisiatif untuk merapikannya.

Pemuda itu mencondongkan tubuhnya ke samping, tangannya terulur untuk memegang dasi Jendra.

Jendra melirik sekilas, lalu kembali fokus untuk menyetir mobilnya.

"Makanya kalo di bangunin tuh langsung bangun! Ga lima menit lagi, lima menit lagi. Gini kan jadinya? Untung masih ada waktu setengah jam. Gimana kalo telat? Hah!?" Omel Raka sambil merapikan dasi Jendra.

"Iya, maaf." Ia sudah seperti suami takut istri sekarang.

.

.

.

"Thank you, sir. Sorry we're late." Jendra menjabat tangan kolega bisnis di depannya.

"No problem, I know you're tired."

Jendra dan Raka tersenyum tipis. Mereka baru saja keluar dari ruangan meeting setelah hampir 3 jam berdiskusi di dalam.

"Cape?"

"Engga," balas Raka. Ia berjalan di samping Jendra.

"Mau jalan-jalan?"

"Boleh. Aku mau beli bahan buat bikin salad."

Eternal; Shanka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang