14. Broken heart

5.8K 448 5
                                    

Jendra berada di ruang meeting. Ia baru saja menyelesaikan rapat dengan beberapa kolega bisnisnya.

Memijit pelipisnya pelan, ia mendengar suara langkah kaki mendekat.

"Maaf pak, ini saya bawakan minuman untuk bapak." Jendra hapal betul siapa pemilik suara itu, sekretarisnya.

Jihan meletakkan secangkir kopi di depan Jendra, lalu tersenyum lembut.

Lelaki itu diam tak menjawab, membuat Jihan mengepalkan tangannya dibawah meja, namun bibirnya tetap membentuk senyuman.

"Bisa kamu pergi?" Jendra berujar dingin membuat perempuan tersebut sedikit tersentak.

"Ah baik pak," jawab Jihan. Ia berbalik menuju pintu keluar. Saat memegang gagang pintu, ia mengukir senyum penuh arti.

Setelah perempuan itu keluar, Jendra mengambil ponselnya dan mengabari seseorang untuk bertemu di suatu tempat.

Mengabaikan minuman itu, ia memilih untuk langsung pergi keluar kantor.

Sedangkan ditempat lain, Jihan dengan sabar menunggu Jendra keluar dari ruang meeting. Ia seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri di depan ruangan.

Jihan mengambil sebuah bungkusan berisi serbuk di kantung bajunya.

Ia memasukkan bubuk tersebut ke dalam gelas yang berisi kopi untuk sang atasan.

Setelah itu ia tersenyum miring, sambil mengaduk minuman itu.

Gue ga sabar hamil anaknya Pak Jendra, pasti pada iri sama gue, batinnya senang.

Jihan memasukkan serbuk tadi ke dalam saku roknya, lalu melangkah menuju ruang meeting.

Namun, seketika harapannya pupus saat melihat Jendra keluar dengan wajah datar seperti biasa. Ia bahkan seolah tak melihat Jihan yang masih ada di depan ruangan.

Jihan memasuki ruangan meeting, ia berdecak kesal tatkala melihat cangkir yang dibawanya masih utuh tak berkurang sedikitpun.

Ya, mungkin aja ini kebetulan. Tapi lihat aja, pasti Pak Jendra bakal jadi milik gue selamanya, batinnya.

Ia mengambil cangkir tersebut dan membuang isinya ke wastafel. Jihan kembali ke ruangannya dengan tangan mengepal, sesekali mulutnya mengeluarkan sumpah serapah.

"Gue bakal terus berusaha, sampe dia jadi milik gue."

.

.

.

Seorang pemuda manis sedang duduk di pojok perpustakaan. Ia tak membaca, hanya menumpang WiFi untuk bermain game.

"Permisi Kak Raka," suara seorang perempuan mengalihkan pandangannya.

"Iya?"

"Ini... Ada coklat buat kakak." Siswi itu menyodorkan sebatang cokelat dihadapan Raka.

"Dari?"

"Ga tau kak, tadi yang ngasih pake masker sama topi. Tapi seragamnya sama kaya sekolah ini," jelasnya.

Raka mengangguk kecil, ia menerima cokelat tersebut. "Makasih."

"Sama-sama, kalo gitu aku pergi dulu ya kak." Siswi tersebut lantas pergi dari perpustakaan meninggalkan Raka yang menatap cokelat itu dengan penuh tanda tanya.

Karena Raka membelakangi lorong perpustakaan, ia tak bisa melihat siapa yang ada dibelakangnya.

Grep

Seseorang memeluk pinggangnya dari belakang. Ia spontan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memeluknya.

"Hai, sayang. Long time no see, how are you?"

Eternal; Shanka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang