Raka bimbang sekarang, apakah ia harus pulang? Atau menghindari Jendra terlebih dahulu?
Ia berjalan bolak-balik di depan motornya, kedua sahabatnya sudah ia suruh pulang lebih dulu.
"Apa pulang ke rumah dulu, ya," gumamnya.
Setelah berkutat dengan pikirannya, ia memutuskan untuk mengunjungi rumahnya dahulu sebelum pulang.
Ketika hampir sampai di gerbang, ia melihat mobil hitam yang sangat ia kenali terparkir di sebrang gerbang sekolah.
Raka meneguk ludahnya kasar, lalu menggigit bawah bibirnya. Ia membelokkan motornya di belakang pos satpam, lalu melepas helmnya.
Pemuda manis itu berjalan mengendap-endap ke belakang sekolah, lalu memanjat tembok.
Setelahnya, ia menggapai cabang pohon rambutan yang terletak di belakang sekolah, milik salah satu warga.
Dengan modal nekat, ia melompat dari tembok dan menggantung di pohon rambutan itu.
Meluruskan dan menahan kedua kakinya di celah cabang pohon, ia berusaha turun.
Setelah berhasil, ia menaiki angkutan umum menuju salah satu bangunan yang sudah tua. Menghela napasnya singkat, ia mengambil salah satu kunci dari sakunya, lalu membuka pintu itu.
Kakinya melangkah pelan, ia tersenyum sendu setelah menutup pintu itu. Ia menelusuri bangunan yang sangat berharga untuknya, sudah lama ia tak kembali ke sini, sehingga bangunan ini sedikit berdebu.
Ia meletakkan tasnya di sofa yang usang, lalu kembali berjalan, membuka pintu kamar bewarna coklat, dengan papan kayu yang tertempel pada pintu itu.
'Prince Kara'
Raka terkekeh pelan saat melihatnya, ia membersihkan debu di ranjang yang ada lalu merebahkan tubuhnya di sana.
"Miss you so much," ucapnya entah pada siapa.
Setelah beristirahat sejenak, ia berdiri dan memilih untuk membersihkan semua ruangan yang ada di rumah ini.
Saat akan membersihkan lemari kaca berisi banyak piala dan piagam, ia tak sengaja menyenggol meja disebelahnya hingga salah satu barang terjatuh.
Raka menunduk, ia berjongkok dan mengambil barang itu. Matanya membulat saat melihat hiasan kaca berbentuk kucing sudah terbelah menjadi dua.
"Ck! Rusak," lirihnya. Ia mengambilnya dan meletakkannya perlahan ke tempat semula.
Ia kembali membersihkan lemari yang sebelumnya sempat tertunda. Salah satu piala membuatnya tertarik, ia mengambil piala itu.
Itu adalah piala miliknya, yang ia dapat saat kelas 2 SD, lomba menggambar.
Raka tersenyum kecil sambil mengelus piala itu. Ia sangat ingat apa yang ia gambar, dan apa yang ia ucapkan tentang gambar miliknya.
Sebuah gambar sepasang suami istri yang menggandeng kedua anak lelakinya. Dengan senang, Raka saat itu berkata, "ini gambar ayah, bunda, abang, sama aku! Aku sayang mereka, sampai aku tua nanti!"
Menggelengkan kepala sebentar, ia melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai, sesekali ia mengelus luka di dagunya yang masih perih.
Setelah semuanya selesai, Raka kembali ke kamarnya dan memejamkan matanya. Raut wajahnya terlihat lelah, hingga beberapa menit kemudian ia tertidur.
.
.
.
Pemuda manis yang sedang tidur, dengan tiba-tiba membuka matanya. Ia menoleh ke sana-kemari dan melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal; Shanka [END]
Художественная проза[BROMANCE AND BROTHERSHIP AREA] Bagaimana jika seseorang yang menyukai kebebasan harus hidup berdampingan dengan manusia yang sangat posesif? apakah ia harus menuruti perintah untuk keselamatannya, ataukah tetap berusaha mencari celah untuk bebas? M...