"Bang, aku berangkat ya!" Pamit Raka pada Jendra yang sedang duduk meminum kopi.
"Hm." Raka menyalami tangan Jendra dan menuju ke depan rumah.
Ia memakai helm dan mengendarai motornya. Sesekali ia bersenandung pelan.
Saat sampai disekolah, ia menatap heran pintu kelasnya yang masih gelap dan tertutup. Sampai-sampai ia mengecek jam tangannya.
Tujuh kurang seperempat, batinnya.
Raka membuka pintu kelasnya perlahan, dan ketika sudah terbuka sepenuhnya, ia sangat terkejut.
"HAPPY BIRTHDAY, BESTIEHHH!!!"
Semua murid kelas itu serentak berseru kencang hingga membuat Raka memegang dadanya kaget.
"Selamat ulang tahun, moga panjang umur ya, sehat selalu." Zen maju dan memeluk Raka, lalu ia mengecup pucuk kepala pemuda itu sebentar.
"Bentar, siapa yang ultah?" Tanya Raka linglung.
"Ya elo, lah!"
"Hah?"
Ferro yang gemas pun menghidupkan handphonenya dan memperlihatkan tanggal dan bulan yang tertera.
"Oh... Gue ya?" Raka masih sedikit kaget. Ia lupa dengan bulan dan tanggal kelahirannya sendiri.
"Dah daripada bengong, nih makan kuenya!" Suruh Daffa. Dirinya memang membawa sebuah kue untuk Raka.
Pemuda itu mengangguk saja, lalu menaruh tasnya di kursi dan menghampiri teman-temannya yang sudah duduk berjejer di lantai.
"Makasih, sorry malah ngerepotin."
"Halah, udah kaya sama siapa aja. Santai bro!"
"Yaudah itu kuenya dipotong, tiga-tiganya di bagiin aja daripada ga kemakan."
Mereka mengangguk setuju dan mulai memakannya.
Tepat setelah mereka selesai membereskan bungkus kue itu, seorang guru datang yang membuat mereka semua berhamburan duduk di kursi masing-masing.
"Anak-anak, besok kalian akan ujian praktek membuat drama, jadi sekarang buat kelompok ya," ujar guru itu.
"Baik bu!"
"Kelompoknya milih sendiri apa saya yang nunjuk?"
"Pilih sendiri bu!"
"Ditunjuk Bu Yuli aja!"
Dua pendapat berbeda itu membuat kelas menjadi rusuh. Bu Yuli, sebagai guru IPS pun segera menengahi mereka.
"Sudah-sudah, daripada ribut voting saja. Siapa yang setuju memilih anggota kelompok sendiri?"
"Yang setuju anggota kelompok saya tunjuk?"
Akhirnya, pendapat itu dimenangkan yang meminta anggota ditunjuk oleh Bu Yuli dengan hasil voting 18:14.
Raka, Zen, dan Ferro berdecak kesal, karena mereka menyetujui anggota kelompok memilih sendiri.
"Baik, kelompok satu ada Raka, Ferro, Daffa, Siska, Hani, Lala."
Zen senantiasa menatap Bu Yuli sambil menunggu apa yang akan diucapkan guru itu. Apakah ia tak satu kelompok dengan mereka berdua?
"Yang terakhir, Zen."
"Yes!" Sorak keduanya membuat Bu Yuli sedikit kaget.
Guru tersebut membacakan pembagian kelompok yang telah ia buat.
"Ada yang tidak setuju atau ingin menukar kelompok?"
"Ga Bu! Ga ada, udah gini aja!" Raka berseru dengan tiba-tiba. Murid lain yang mendengarnya hanya bisa mengelus dadanya sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal; Shanka [END]
General Fiction[BROMANCE AND BROTHERSHIP AREA] Bagaimana jika seseorang yang menyukai kebebasan harus hidup berdampingan dengan manusia yang sangat posesif? apakah ia harus menuruti perintah untuk keselamatannya, ataukah tetap berusaha mencari celah untuk bebas? M...