18. Kesal

4.1K 362 6
                                    

Hari ini, Jendra, Raka, beserta teman-temannya sudah pulang ke rumah masing-masing.

Pemuda manis yang sudah kelelahan sampai tertidur dikamar dengan boneka beruang di pelukannya.

Saking pulas nya, ia tak menyadari seorang lelaki membuka kamarnya, bahkan ikut merebahkan diri dan memeluknya.

Selang beberapa jam kemudian, Raka menggeliat. Ia mengerjapkan matanya, lalu melihat ke bawah ketika merasakan berat di perutnya.

Kepalanya menengok ke kanan, ia melihat seorang lelaki sedang memejamkan matanya. Tangannya yang kekar itu melingkar manis di pinggang rampingnya.

Ia berusaha melepaskan pelukan itu dengan mengangkat tangan yang melingkar di pinggangnya.

"Kemana?" Suara serak dan berat itu mengejutkan dirinya. Ia menoleh dan melihat lelaki itu sudah membuka kedua matanya.

"Mau minum," jawab Raka asal.

"Ayo."

"Hah?"

Tanpa aba-aba, tubuh ramping Raka terangkat ke atas. Ia spontan mengalungkan tangannya ke leher lelaki tersebut.

"Bang Jendra!" Serunya kesal. Nyawanya belum terkumpul sempurna, dan sekarang digendong dengan tiba-tiba.

"Hm?" Jawab Jendra sambil berjalan dengan Raka yang berada di gendongannya.

"Turun!"

"Ini turun, kan?" Tanya Jendra ketika ia sedang menuruni tangga.

"Aku yang di turunin," jawab Raka.

Jendra tak menjawab. Ketika sudah sampai dapur, ia mendudukkan Raka di salah satu kursi. "Sudah."

Pemuda itu menatapnya datar, lali berdecak kecil. Ia menelungkupkan kepalanya di meja.

Lelaki tampan tersebut meletakkan segelas air hangat didepan Raka.

Raka meminumnya pelan, lalu membalikkan badannya untuk melihat jam.

"Setengah empat," gumamnya.

"Hm?" Tanya Jendra saat tak sengaja mendengar gumaman adiknya.

"Ke taman boleh?"

"Dengan sa-"

"Mau sendiri. Lagian cuma di taman depan, kan. Boleh ya?" Bujuk Raka. Ia menatap Jendra yang mengerutkan keningnya.

"Nanti sebelum jam enam, pulang kok! Ya? Boleh?"

"Terserah," jawab Jendra dingin. Ia mendudukkan diri di kursi sebelah Raka dan menghidupkan handphonenya.

Raka tersenyum lebar, ia memeluk sebentar lelaki itu dan berlari ke atas untuk mengambil hoodie.

.

.

.

Seorang pemuda bernama Raka Karunasankara itu berjalan sendirian menuju taman yang berada di dekat rumahnya.

Dengan hoodie bewarna abu-abu dan celana hitam selutut membuatnya terlihat tampan dan manis dalam waktu bersamaan.

Apalagi, karena cuaca panas membuat pipinya memerah alami.

Ia mulai berkeliling di sekitar taman, untuk melihat ada makanan dan minuman apa saja yang ada di sini. Memang, setiap hari banyak penjual yang berdagang di area itu.

"Kak, beli mojito nya satu," ucap Raka kepada salah satu penjual minuman.

"Oh iya, sebentar ya."

Tak lama, pesanan Raka sudah jadi. Ia membayarnya dan mengucapkan terima kasih.

Eternal; Shanka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang