Beberapa kali Jungkook harus menahan sakit ketika kepalanya perlahan menoleh kearah pintu kamarnya yang terbuka.
Seruan protes Taehyung karena dapat 'hadiah' dari Ayah dan Bunda terdengar hingga ke kamarnya yang tepat bersebelahan.
Ingin Jungkook datang tapi ia sedang dibantu Seokjin memakai piyama setelah dimandikan.
Selain itu Seokjin juga sedari tadi menutup rapat mulutnya dan hanya bicara hal yang penting sehingga Jungkook memilih untuk tetap diam karena takut.
"Adek tetep disini. Kakak ambilin makan. Tiduran aja, jangan banyak dibuat gerak dulu lehernya" kata Seokjjn.
"Kak..." panggil Jungkook.
"Hm?"
"A-aku boleh ga ke kamar Kak Taetae?"
"Mau ngapain?"
"Mm...Aku m-mau bilang ke Ayah Bunda supaya Kak Taetae jangan dihukum. Kayaknya kesakitan itu, dari tadi teriak. Kasihan"
"Ga usah, biarin Taehyung dihukum. Palingan teriaknya cuma caper doang. Kamu juga Kakak hukum ga boleh keluar kamar"
Mendengar jawaban Seokjin yang dingin, Jungkook pun hanya bisa menunduk sembari tangan kecilnya meremat selimut yang ada di perutnya dengan wajah sedih.
Sungguh Jungkook selalu takut jika Seokjin sedang marah.
Menurut Jungkook, marahnya Seokjin yang bahkan hanya ditunjukkan dengan irit bicara saja, itu lebih menakutkan daripada marahnya Ayah atau Bunda dan Jungkook sendiri juga bingung kenapa perasaannya bisa begitu terhadap si kakak sulung.
Hanya satu hal yang Jungkook tahu, bahwa sejak kecil ia merasa Kakak sulungnya itu selalu memiliki aura seorang Ayah daripada seorang Kakak.
Seokjin lalu keluar kamar dan beberapa saat kemudian pria itu kembali dengan semangkuk nasi dan sayur sup hangat.
"Siapa suruh pegang hape?" tanya Seokjin ketika melihat Jungkook sedang sibuk mengetik pesan.
Jungkook pun berjingkat dengan mata membulat besar karena terkejut. "Oh. I-ini cuma mau balesin ucapan get well soon dari grup chat kelas kok"
Pria itu lalu mendekat dan duduk di tepi ranjang. "Udah belom balesinnya?"
Pelan Jungkook mengangguk. "Udah.."
Tanpa kata Seokjin mengambil ponsel Jungkook dari tangan anak itu dan menaruhnya di meja belajar.
"Ayo makan" kata Seokjin sambil menyodorkan sendok berisi nasi dan sayur dalam jumlah yang tidak terlalu penuh agar Jungkook tidak kesakitan saat mengunyah dan menelan.
Jungkook langsung menurut dan membuka mulutnya untuk menerima suapan makanan dari Kakaknya dan untuk beberapa saat, yang ada hanya keheningan.
"Sakit Kak buat nelen.." kata Jungkook sambil meraba perban di lehernya.
"Besok Kakak minta Bunda supaya buatin kamu bubur. Sekarang makan yang ada dulu. Nih dikit-dikit" kata Seokjin yang kemudian mengurangi porsi suapan di sendok menjadi lebih sedikit lagi.
"Maksudnya buat bekel ke sekolah juga?"
"Hm"
"Iih aku tuh ma-..."
"Kenapa? Malu?" potong Seokjin ketika Jungkook belum selesai bicara.
'Malulah! Masa yang lain makan menu cafetaria aku makan bubur. Ga sekalian aja aku bawa botol susu biar sekalian diledekin kayak bayi' gerutu Jungkook dalam hati.
"Ng-ga kok. Aku ngga malu..." jawab Jungkook lirih sambil kembali meremat ujung selimutnya.
Sebenarnya Seokjin tidak tega melihat Jungkook yang tampak sedih tapi ia harus mengabaikannya karena itu yang terbaik untuk Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAYON ( REVISI )
Fiksi PenggemarDia dipanggil adik karena dia yang termuda dirumah. Kakak keduanya adalah teman yang siap untuk mengajaknya sedikit 'nakal' sementara Kakak sulungnya bagaikan sosok Ayah kedua baginya. Dia sederhana namun membawa banyak kisah bagaikan pensil krayon...