revealed

166 7 0
                                    

Di Malam yang begitu dingin dan kelam, Vanya terduduk di dalam ruangan gelap yang hanya diterangi oleh sebatang lilin yang menyala di sisi gadis itu

Vanya terlihat meringkuk di lantai yang dingin, terduduk dengan memeluk kuat kedua lututnya dengan mata yang tak henti mengeluarkan air mata. Vanya tak bisa menahan rasa penyesalan yang kini sedang membebani hatinya

Mengingat bagaimana kejadian kemarin terjadi, darah yang bergelimang tepat di depan matanya, dan kondisi Aaron yang sangat mengerikan masih jelas terbayang di pikiran Vanya

"Vanya, apa yang kau lakukan disini nak" tegur nyonya Brighton lembut dan segera menghampiri vanya, ia terkejut melihat Vanya yang terduduk tak berdaya seorang diri di dalam kegelapan seperti ini

Merasa seseorang menghampiri dirinya vanya segera mengangkat pandangannya yang sejak tadi menunduk

Wajah yang pucat dengan kedua netranya sembab yang kini menjadi atensi nyonya Brighton saat ini

"Ada apa denganmu nak?" Tanya nyonya Brighton pelan sembari mengusap lembut rambut Vanya, mencoba menenangkan gadis itu

"Hiks,, aku merasa sangat bersalah nyonya" ucap Vanya sembari terus menangis kuat. Vanya menundukkan kepalanya dalam, ia tak mempunyai cukup keberanian untuk menatap nyonya Brighton

Caroline Valeria Brighton, atau sering di panggil nyonya Brighton itu kini mengangguk mengerti. Kini ia tau semuanya, alfan telah bercerita semuanya. Semuanya.

"Itu tidak sepenuhnya salahmu Vanya" ucap Caroline lembut

"Tidak, ini salahku nyonya, seharusnya aku tidak berlari di tengah jalan saat itu." Ucap Vanya dengan tangisannya yang semakin kuat

"Kenapa tuan Aaron mau menolong saya? Kenapa dia mempertaruhkan nyawanya demi perempuan tak tahu diri seperti saya nyonya?"

"Karena Aaron mencintaimu Vanya" batin Caroline

"Nyonya, saya tak pantas hidup nyonya. Seharusnya saya yang berada di posisi tuan Aaron saat ini, seharusnya saya yang koma. Bukan tuan Aaron" ucap Vanya sembari memukul mukul dadanya yang terasa begitu sesak

Sungguh rasa penyesalan itu benar benar membebani hati Vanya, Vanya membenci dirinya sendiri

"Berhentilah menyalahkan dirimu Vanya" ucap Caroline berusaha menenangkan Vanya

"Saya salah nyonya, saya salah karena mencoba kabur dari tuan Aaron, jika saja saya tidak melarikan diri mungkin ini semua tidak terjadi" ucap Vanya dengan nafas memburu

"Kau pasti memiliki alasan bukan? Apa alasanmu hingga mencoba kabur?" Tanya nyonya Brighton pelan, Caroline jelas sudah mengetahui alasan mengapa Vanya mencoba kabur karena mendengar penjelasan dari Alfan, namun kini Caroline ingin mendengar penjelasan dari vanya sendiri

"Saya minta maaf nyonya, tapi saya kabur karena saya-"

Vanya pun mulai bercerita
.
.
.
.
.

"Bodoh! Bagaimana bisa kalian salah sasaran?!" Maki seorang wanita

"Maafkan kami boss, kami benar benar tidak tau, pria itu tiba tiba menarik gadis itu hingga berakhir kami malah menabrak pria itu" jawab salah satu pria berbadan besar yang berada disana

"Bodoh! Saya menyuruh kalian untuk menabrak jalang itu! Bukan Aaron!" Maki wanita itu merasa tak terima

Gagal sudah rencananya.

"Kami minta maaf boss" ucap seluruh pria yang berada di sana kompak

"Brengsek! Karena kebodohan kalian rencana saya gagal! Saya menyuruh kalian untuk menabrak jalang itu agar tidak ada yang menghalangi saya untuk dekat dengan Aaron! Kenapa kalian malah menabrak Aaron?! Hah?!" Teriak wanita itu. Elena Stephanie Edward

SIGMA MALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang