regrets!

207 11 1
                                    

Suara debuman keras itu membuat perhatian Vanya dan alfan teralih.. ketakutan dan rasa penyesalan segera memenuhi hati Vanya

Bagaikan sebuah mimpi, kejadian yang berlangsung hanya dalam beberapa detik saja mampu membuat Aaron menjadi seperti ini.

Aaron tergeletak di tengah jalan dengan darah yang mengelilingi tubuhnya

Yah, Aaron kecelakaan. Melihat Vanya yang hampir di tabrak oleh sebuah mobil dengan sigap Aaron segera berlari mendorong tubuh Vanya hingga ia yang menggantikan posisi Vanya

Aaron tertabrak mobil itu.

Dengan rasa masih tak percaya kedua mata bulat itu menatap Aaron tanpa berkedip, sekujur tubuh besar itu kini terkapar tak berdaya di hadapannya. Rasa penyesalan itu kini menggerogoti dada Vanya

"Tuan aarooonn!!!!!" Pekik Vanya lalu berlari menghampiri tubuh Aaron yang tergeletak tidak berdaya

"Tuan Aaron hiks! Tolong bangun tuan!!!!" Teriak Vanya kuat, sungguh kini ia merasa sangat menyesal

"Alfan! Tolong tuan Aaron hiks! Tolong bawa dia ke rumah sakit" teriak Vanya sembari menatap Alfan dengan tatapan memohonnya, sedangkan di sana, Alfan terlihat Terdiam membeku melihat kejadian di hadapannya saat ini, bagaikan sebuah mimpi, Alfan benar benar tak menyangka semua ini akan terjadi

"Tuan Aaron! Maafkan aku hiks!!! Alfan! Cepat angkat tuan Aaron" teriak Vanya sembari masih memangku kepala Aaron

Mendengar teriakan Vanya Alfan langsung tersadar dari lamunannya, merasa ini bukan sebuah mimpi Alfan segera berlari menghampiri tubuh Aaron

"Tuan, sadarlah" ucap Alfan kini terlihat sangat khawatir

"Maafkan aku Alfan, hiks.. ini semua karnaku--"

"Apa dengan maafmu akan membuat tuan Aaron sadar?" Tanya Alfan yang berhasil membuat Vanya merasa tertampar

Alfan benar, kata maafku sudah tak berguna, semuanya sudah terlambat. Andai aku tidak mencoba untuk  kabur tadi, andai aku tak keras kepala, mungkin semua ini tak akan terjadi

Kini hanya penyesalan yang Vanya rasakan, Vanya tak tahu harus apa

Melihat kejadian kecelakaan itu membuat semua orang yang berada di sana berbondong bondong mengerumuni Aaron, Vanya dan Alfan. Tak sedikit pula orang orang yang merasa perihatin dan sedih

"Oh ya tuhan! Bukankah itu tuan Aaron Carl Brighton? CEO kaya itu" ujar salah seorang wanita yang terkejut saat melihat Aaron

"Kasian sekali dia, aku tak mampu melihatnya" ujar salah seorang wanita

"Siapa wanita yang memangku kepala tuan Aaron itu? Apakah kekasihnya? Atau istrinya?"  Bisik salah seorang wanita

Merasa tak kuat dengan bisikan bisikan orang orang itu Alfan dengan cepat mengangkat tubuh Aaron dan membawanya kedalam mobil

"Ikut denganku" pinta Alfan sembari menggendong tubuh Aaron, dan Vanya hanya mengikuti langkah pria itu dari belakang

"Naiklah, cepat" pinta Alfan lagi saat sampai di dalam mobil.

Setelah mendapat perintah, vanya dengan cepat memasuki mobil yang akan di Kendarai oleh Alfan menuju rumah sakit

"Cepatlah sedikit, nafas tuan Aaron semakin melemah" ucap Vanya dengan raut khawatirnya

Alfan dengan cepat mengendarai mobil dengan kecepatan penuh berharap bisa segera sampai di rumah sakit

Setibanya di rumah sakit Alfan segera turun dan berteriak kuat, membuat semua atensi orang orang yang berada di rumah sakit tersebut menjadi teralihkan pada Alfan

SIGMA MALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang