#9

8.7K 902 7
                                    

~~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Jeno menatap wajah damai Jaemin dengan pandangan sulit. Sudah hampir tiga jam ia memperhatikan si manis dengan berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Bagaimana cara memberi tahu Jaemin tentang semuanya, ia sungguh belum siap jika Jaemin merasa takut dan menjauh.

"Kau tidak tidur hyung?"
Jeno menoleh, mendapati Chenle yang sudah duduk di atas kasurnya.

"Terbangun?"

Chenle mengangguk, kemudian meraih gelas berisi air yang tersedia di nakas. Menegak isinya hingga kandas.

"Chenle ya, bisakah kau bertukar kamar dengan ku? Jaemin sedang sakit, aku ingin mengurusnya." Ucap Jeno tanpa mengalihkan pandangan nya pada Jaemin.

"Baiklah, aku akan tidur di kamarmu setelah ini" Chenle akan beranjak pergi namun tangan Jeno lebih dulu mencekal pergelangan tangan si pemuda lumba-lumba itu.

"Kita pindah untuk seterusnya." Kalimat yang keluar dari mulut Jeno tentu saja membuat Chenle heran. Namun alih-alih bertanya lebih jauh, pemuda itu memilih untuk mengangguk, setuju tanpa banyak protes.

"Besok aku akan memindahkan barang ku." ucap Chenle sebelum benar-benar keluar dari kamar.

Jeno bernafas lega, setidaknya setelah ini ia akan lebih leluasa menemani si manis kesayangannya.

---

Keesokan harinya, Jaemin belum juga membuka mata. Pemuda Leo itu hanya merintih kuat sebelum kembali tak sadarkan diri. Semua member yang mengetahhi hal itu dibuat panik. Mereka akan membawa Jaemin ke rumah sakit namun Jeno mencegah. Sempat ada perdebatan yang terjadi antara Haechan dan Jeno hingga Taeyong dengan terpaksa mengeluarkan sihir hipnotisnya.

"Apa yang harus ku lakukan mother?"
Ucap Jeno putus asa. Sungguh apapun yang ia miliki tak ada yang berguna saat ini. Ia merasa sangat buruk akan hal itu.

"Bawa Jaemin ke ruangan bawah tanah, dia harus minum darah. Bayi di dalam perutnya terus menghisap darah Jaemin hingga membuanya seperti ini."

Tanpa banyak protes, Jeno langsung menghilang menuju ke ruang bawah tanah dengan Jaemin di gendongannya. Begitu tiba, ia langsung membaringkan tubuh Jaemin di sofa dan Taeyong datang tak lama kemudian dengan dua kantong darah di tangannya.

"Bantu Jaemin minum, jika tidak bisa, kita masukkan darah itu ke tubuhnya dengan cara lain."

Jeno menurut, mendudukkan tubuh Jaemin dengan hati-hati, lalu menjadikan tubuhnya sebagai sandaran si manis. Jeno meraih satu kantong darah dari tangan sang ibu, mendongakkan kepala Jaemin lalu menuangkan darah dari kangong yang sudah dibuka ke mulut si manis sedikit demi sedikit. Namun hal itu tak berhasil, lebih banyak darah yang terbuang dari pada terminum. Jeno menatap sang ibu dengan kilat merah di matanya. Taringnya sudah keluar karena aroma darah yang tercecer di mana-mana.

"Kuasai dirimu, sayang. Mother akan ambilkan jarum suntik untuk memasukkan darah itu ke tubuh Jaemin."

Jeno mengangguk, kemudian membaringkan Jaemin kembali. Dijilatnya seluruh darah yang tercecer di dagu dan dada si manis hingga bersih sembari menunggu sang ibu.

THE LOST EMPIRE [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang