"baby, sudah yaa. Papa lelah sekali."
Jeno membaringkan tubuhnya di atas rumput, tenaganya habis karena sedari tadi Niel tak berhenti mengajaknya bermain.
Ah, jika bermain seperti anak pada umumnya Jeno tidak akan mengeluh, tapi anak ajaibnya ini memintanya untuk mengendalikan air di kolam renang agar menjadi air mancur.
"Papa lagi!" Pekik Niel saat air mancur yang menyiram tubuh kecilnya telah hilang.
"Baby, papa benar-benar lelah. Istirahat dulu ok? Tadi papa lihat mama sedang membuat cookies."
Rayuan itu ternyata tak berhasil dan bocah berusia tiga tahun itu malah menangis sembari berguling di atas rumput. Bahkan tubuh kecilnya hampir masuk ke dalam kolam jika Jeno tak sigap meraihnya.
"Baby, astaga. Oke kita beli saja ya? Sudah, jangan menangis. Maafkan papa."
Jeno menggendong anaknya yang masih sesenggukan, membawanya masuk ke dalam rumah untuk mandi dan berganti pakaian sebelum Jaemin melihat dan berakhir memarahinya.
"Astaga, kenapa Niel basah seperti ini?"
Baru saja Jeno membatin dan ternyata ia tetap terpergok.
"Niel memaksa main air sayang." Jawab Jeno jujur. Masalah main air memang permintaan Niel dan Jeno hanya tidak tega melihat tampang anaknya yang memelas dan berakhir mengizinkan.
Jaemin menghela nafas, ibu satu anak itu nampak akan mengomel jadi Jeno dengan sembrono berlari ke arah kamar bersama sang anak yang masih berada di gendongannya.
"YAK JENO PHILIPS, KEMARI KAU."
"IYA SAYANG, AKU AKAN MENDENGAR OMELANMU NANTI. NIEL HARUS GANTI BAJU."
Si manis menghela nafas leleah. Ia menyerah, ternyata bukan anaknya saja yang ajaib tapi ayahnya juga.
---
"Are u ready, baby?"
"Sangat ready, papa."
Kedua ayah dan anak itu tertawa, mematut diri mereka di depan cermin memastikan penampilan mereka sudah oke karena setelah ini keduanya akan berangkat membeli mainan air sesuai dengan janji Jeno.
Keduanya kompak menggunakan celana hitam dengan kaos putih, tak lupa kepala mereka tertutup topi dan wajah mereka berhias kacamata hitam sebagai penyamaran agar tidak dikenali fans.
"Papa, Niel ingin menggunakan sepatu kuning."
Jeno tertawa, selera anaknya memang selalu bagus, menurun dari kedua orang tuanya. Anak itu tau cara memadu padankan warna agar nampak stunning dan kontras. Ah, sepatu kuning yang dimaksud adalah sepatu keluaran brand ternama yang dibelikan Doyoung dan Johnny beberapa hari lalu sebagai hadiah karena Niel sudah pintar membaca.
Jangan salah, bocah itu masih tiga tahun tapi paman-pamannya dari NCT sudah heboh mengajarinya membaca hingga sekarang Niel bisa membaca beberapa kata dengan awalan huruf 'B' dan 'C'. Iya, Niel masih menguasai huruf vokal dan beberapa huruf konsonan saja. Dan itu sudah sangat bagus untuk anak usia tiga tahun.
Keduanya selesai mengenakan sepatu saat Jaemin masuk ke dalam kamar, menatap kedua manusia yang sangat mirip namun berbeda generasi itu dengan wajah bingung.
"Kalian akan pergi?" Tanyanya sembari merapikan kaos Niel yang tidak masuk ke dalam celana.
"BELI MAINAN." Pekik Niel dengan semangat.
"Kami ingin pergi ke pusat perbelanjaan sebentar, sayang. Aku ingin membeli beberapa mainan air untuk Niel."
Jaemin mengangguk mengerti, tangannya masih sibuk mengusap pipi sang anak yang terlihat berkali lipat lebih tampan dengan baju yang dipilih ayahnya. Niel benar-benar duplikat Jeno, sangat mirip dengan sang ayah, hanya matanya saja yang sedikit mirip dengan sang ibu.
"Ingat ya, selalu jaga penyamaran, jangan sampai bertemu fans oke?"
Kedua ayah dan anak itu kompak mengangguk, membuat Jaemin memekik gemas.
"Baiklah, cepat berangkat. Jangan terlalu lama karena grandma dan grandpa akan datang."
"Alright mama, Niel dan papa akan cepat wushhhh."
---
"Ingat, baby. Berapa mainan yang bisa dibeli?"
Niel mengangkat jemarinya, memberi gestur angka dua.
"Two."
Jeno tersenyum puas, ia dan Jaemin memang membiasakan sang anak untuk tidak membeli sesuatu berlebihan. Mereka memberi batasan untuk membeli dua mainan dalam sebulan dan mengajarkan Niel untuk bertanggung jawab dengan apapun yang ia miliki. Kecuali lego, Niel tidak pernah dibatasi untuk membeli lego karena permainan itu bisa membantu merangsang otak si kecil.
Kedua ayah dan anak itu bergandengan memasuki toko. Tidak lupa sebelumnya Jeno membenarkan letak masker dan kacamata keduanya, memastikan penyamaran mereka tetap aman.
Jeno tersenyum menyaksikan sang anak yang nampak menimbang-nimbang mainan mana yang akan ia pilih. Saat ini di tangan kecilnya menggenggam dua buah pistol air. Sepertinya Niel sedang kebingungan akan mengambil warna apa.
"Papa, bagus orange atau blue?"
Jeno berjongkok, menyamakan tubuhnya dengan sanga anak.
"Niel lebih suka yang mana?"
"Orange sangat bagus, papa. Tapi Niel belum punya pistol warna blue."
Ah, Jeno paham sekarang. Mainan Niel memang kebanyakan bewarna orange dan kuning. Anaknya memang sangat menyukai dua warna itu.
"Ambil yang paling kau suka, baby."
"Alright." Pekik Niel sembari meletakkan pistol berwarna orange ke dalam keranjang.
"Apa lagi?"
"I don't know."
Si kecil kembali berkeliling dengan kepala yang dimiringkan ke kanan, nampak sedang berpikir. Sungguh Jeno merasa Niel sangat menggemaskan jika begini, berbeda saat bersama Zale, si kecil akan sangat menyebalkan karena benar-benar tidak mau bermain dengan siapapun termasuk dengannya.
"Papa, boleh tidak Niel beli sesuatu untuk mama?"
Jeno menaikkan sebelah alisnya.
"Kemarin Niel tidak sengaja merusak gelang mama. Jadi bisa tidak uang untuk mainannya dibelikan gelang untuk mama?"
Ah, Jeno terharu, kemarin gelang mahal milik Jaemin memang putus karena tidak sengaja tersangkut di baju Niel saat anak itu minta gendong.
"Tentu saja boleh, baby. Ayo kita bayar mainanmu. Setelahnya kita cari gelang untuk mama."
Jeno mengangkat Niel, menggendongnya ke kasir tapi sebelum itu ia sempatkan untuk mengambil kolam renang karet yang dilengkapi air mancur sebagai hadiah untuk sang anak yang sudah sangat pintar.
Keduanya membayar kedua mainan itu lalu bergegas pergi toko perhiasan ternama yang memiliki brand yang sama dengan gelang Jaemin yang rusak.
Niel sendiri yang memilih gelang untuk Jaemin sedangkan Jeno hanya bertugas untuk membayar. Keduanya selesai dengan cepat namun sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan Jeno karena saat keluar dari toko perhiasan tiba-tiba dua orang gadis menghadangnya, keduanya mengenali Jeno dan hal itu bukan hal yang baik mengingat saat ini ia sedang bersama sang anak.
"Kau Jeno kan?"
Jeno tak menjawab.
"Papa, mereka siapa?"
Sudahlah, habis sudah riwayat Jeno. Jadi setelah itu ia memilih kabur, lari tergesa-gesa sembari berusaha menutup tubuh Niel dengan kedua lengannya agar tidak tertangkap kamera.
---
TBC
Masi ada satu part lanjutan part ini yaaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST EMPIRE [NOMIN]
FanfictionJeno melakukan kesalahan besar dengan menghamili teman satu grupnya Na Jaemin di tengah keadaan bangsanya yang terancam. Udah baca aja aku ga pinter bikin deskripsi takut malah spoiler wkkw. #bxb #nomin #nct #vampire