#32

6.1K 698 15
                                    

---

Jeno masih berusaha melawan ratusan mayat hidup yang terus berdatangan, rasanya sungguh melelahkan.

"Jeno, kita harus membunuh orang yang mengendalikan mereka." Jeno menoleh, mendapati Elijah dengan penampilan yang sudah kacau sama seperti dirinya.

"Kalian tetap di sini biar aku yang membunuh penyihir hitam itu."

Amilio ternyata juga mendekat ke arah mereka. Kedua pangeran itu hanya mengangguk sebelum kembali membantu prajurit lain sedangkan Amilio bergegas pergi mencari penyihir yang mengendalikan ratusan mayat itu.

Dari kejauhan, Jeno dapat melihat sang ayah yang sudah kembali bergabung dalam pasukan. Ia sedikit khawatir sebenarnya. Namun tak sempat menghampiri sang ayah hanya untuk memintanya beristirahat.

Beberapa saat berlalu dan keadaan pasukan para Elder semakin terpojok. Banyak dari mereka yang sudah sangat kelelahan dan kehabisan energi. Jika diteruskan bisa jadi banyak korban yang akan berjatuhan.

"Father, bagaimana ini?" Tanya Jeno setelah berhasil mendekat ke arah ayahnya.

"Kita tunggu kabar dari Amilio, kau masih bisa menahannya kan?"

Jeno dengan terpaksa mengangguk, ia bisa menahan para mayat hidup itu namun tidak tau dengan prajurit nya.

Dan benar saja sudah banyak prajurit yang mulai berguguran. Jeno menggeram rendah, ia tak mau peristiwa ratusan tahun lalu terulang kembali. Pemuda itu kembali melesat, menyerang dengan membabi buta seluruh mayat hidup yang berada di dekatnya dengan pisau pemberian Jaemin. Namun hal itu rasanya sia-sia karena jumlah mereka yang terus bertambah entah dari mana.

Ditengah keputuasaan yang semakin bertambah, tiba-tiba cahaya keemasan terpancar, menyelimuti sebagian besar wilayah hutan Zephyr dan meluluh lantakkan seluruh mayat hidup begitu saja.

Para prajurit yang tadinya masih sibuk melawan sontak terdiam, menengadah karena penasaran apa yang terjadi.

Beberapa saat kemudian, cahaya keemasan itu hilang digantikan dengan kemunculan sosok yang begitu rupawan dengan seekor serigala putih besar dibelakangnya. Mata Emasnya berkilat dengan bias violet yang sangat indah sedangkan kedua tangannya terangkat dengan sisa-sisa cahaya emas yang masih menyelimutinya.

"Jaemin." Lirih Jeno.

Manika keduanya bertemu kemudian sama-sama melemparkan senyum lega. Mereka berpandangan cukup lama sampai suara geraman Xyst menarik perhatian Jaemin.

Si manis menoleh, mengikuti arah pandang Xyst dan menemukan segerombolan vampire yang masih berusaha melawan para penyihir hitam.

"Kau siap, Xyst?"

"Tentu saja Nolan."

Jaemin menyeringai, kemudian melompat keatas punggung Xyst yang sudah membentangkan sayap nya. Serigala Artik itu melesat bagai cahaya ke arah para penyihir hitam sedangkan Jaemin sudah mengambil ancang-ancang dengan pedang es yang sudah ia keluarkan dari sarungnya.

Gerakan mereka sangat cepat, tak memberi celah pada musuh untuk melarikan diri. Satu persatu penyihir hitam itu tewas dengan sayatan panjang di leher mereka. Sedangkan mereka yang masih hidup mencoba untuk kabur.

THE LOST EMPIRE [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang