~~~
Untuk pertama kalinya dalam hidup, Nolan merasa tertarik dengan seseorang. Ia bahkan rela menjadi penguntit untuk melihat sendiri wajah tampan pemuda bernama Jeno itu. Xyst saja sampai dibuat pusing.
"Kau mau pergi ke mana?" Tanya Xyst di suatu malam saat melihat Nolan yang memilih beberapa baju hingga membuat kamarnya berantakan.
"Jeno mengajakku ke perpustakaan." Pekik Nolan antusias. Tadi pagi tiba-tiba Jeno menghampiri nya setelah kelas mereka. Pemuda tampan itu mengajak Nolan ke perpustakaan karena ingin menanyakan beberapa pelajaran. Ah, keduanya memang berada di kelas yang sama dalam beberapa pelajaran.
"Nolan ingat, kau tidak boleh terlalu dekat dengan siapapun."
Mendengar itu, suasana hati Nolan tiba-tiba memburuk. Pemuda itu menatap Xyst lesu. Baru pertama kali ini ia merasa sangat tertarik dengan seseorang tapi keadaanya tidak mendukung sama sekali.
"Biarkan aku pergi kali ini saja. Setelah ini aku janji akan menjaga jarak."
Xyst menghembuskan nafas pelan.
"Nolan, kedua orang tuamu pasti tidak akan suka dengan hal itu."
"Aku mohon, toh setelah ini Jeno juga pasti tak akan bisa mengingat wajahku."
Ucapan Nolan membuat Xyst mau tak mau mengangguk. Ia tidak tega sebenarnya, tapi bagaimana lagi. Semua ini demi kebaikan Nolan.
Pertemuan itu benar-benar menjadi pertemuan terakhir Nolan dan Jeno. Keesokan harinya, Nolan merapalkan mantra membuat Jeno melupakan wajahnya dan sebagian ingatan mereka. Ia juga memilih untuk pindah kelas walaupun terkadang mereka masih bertemu di beberapa kelas wajib.
Lima tahun berlalu dan selama itu juga Nolan hanya bisa mengamati Jeno dari jauh.
"Kau sudah mengemasi semuanya?" Xyst muncul tiba-tiba saat Nolan sedang memasukkan beberapa bukunya ke dalam kotak.
"Sudah, siapa yang akan menjemput?"
"Yang mulai kaisar."
Nolan mengangguk, tak sabar bertemu kedua orang tuanya setelah sekian lama. Selama lima tahun ini mereka memang jarang sekali bertemu. Hanya saat Nolan mendapat libur saja, selebihnya kedua orang tuanya tak pernah berkunjung dan hanya mengirim surat. Nolan tak merasa sedih karena setiap surat yang datang selalu ditulis rapi dengan penuh kasih sayang. Ia merasa kedua orang tuanya selalu berada di sisinya.
Menjelang siang, Nolan pergi dari kamar untuk bertemu Jeno. Bukan, lebih tepatnya mengintip pemuda itu untuk yang terakhir kalinya. Bibirnya menarik senyum tipis saat melihat Jeno yang tertawa bersama teman-temannya. Senyum bulan sabit itu tak akan pernah Nolan lupakan.
---
Bertahun-tahun berlalu dan Nolan sudah tumbuh menjadi pemuda tampan dan berwibawa. Gerak-gerik nya sungguh anggun membuat orang lain yang melihatnya pasti akan terpesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST EMPIRE [NOMIN]
FanfictionJeno melakukan kesalahan besar dengan menghamili teman satu grupnya Na Jaemin di tengah keadaan bangsanya yang terancam. Udah baca aja aku ga pinter bikin deskripsi takut malah spoiler wkkw. #bxb #nomin #nct #vampire