---Di tengah peperangan yang masih berjalan, Dilon Elios dan Gallan William memilih melipir menuju Vadronia, berniat mengambil batu Ametrine di pusat kekaisaran Shadowvale.
Keduanya melesat dengan cepat sembari membawa keempat batu yang telah berhasil membuka kembali segel Shadowvale meninggalkan pasukannya yang masih bertarung. Persetan dengan itu, tujuan mereka saat ini adalah batu Ametrine dan kekuasaan.
Shadowvale masih tetap memukau seperti ratusan tahun yang lalu berkat sihir yang selalu melindunginya. Lampu-lampu di jalan tetap menyala dan bisa dilihat beberapa hewan yang berkeliaran ke sana ke mari dengan leluasa. Kekaisaran itu terlihat sangat hidup. Tidak seperti daerah yang sudah ditinggalkan ratusan tahun.
Dilon dan Gallan tiba di pusat kerajaan Shadowvale saat matahari sudah benar-benar nampak. Istana itu berdiri kokoh, mengintimidasi siapapun yang melihatnya. Keduanya bergegas masuk menuju sebuah ruangan di mana batu Ametrine disimpan.
Perjalanan mereka sangat mulus tak ada hambatan sama sekali. Benar-benar seperti rumah sendiri dan hal itu tentu saja sangat menguntungkan bagi keduanya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka tiba di ruangan yang mereka tuju. Sebuah pintu besar berdiri kokoh, sangat indah dengan ukiran khas Shadowvale.
Dilon mengeluarkan keempat batu yang ia bawa. Ruangan di depannya juga dilapisi barrier segel yang dibuat oleh para elder. Pemuda itu menutup mata, bersiap melakukan ritual sedangkan Gallan mengawasi di belakang berjaga-jaga jika ada seseorang yang menganggu mereka.
Ritual itu ternyata lebih rumit dari yang mereka lakukan sebelumnya. Keempat batu mengambang di udara memancarkan cahaya sesuai dengan warna mereka, dan Ruby menjadi yang paling terang. Batu itu memang memiliki kekuatan yang lebih unggul dari batu lainnya.
Satu persatu lapisan barrier dapat dibuka. Lapisan itu seperti kaca tembus pandang namun sangat kuat hingga tak bisa dihancurkan dengan apapun. Total sudah tiga lapisan yang dapat mereka pecahkan dan satu lapisan lagi maka ruangan itu akan benar-benar terbuka, mengantarkan mereka pada batu Ametrine yang telah mereka idam-idam kan.
Beberapa saat kemudian barrier itu benar-benar telah hancur. Pintu di hadapan mereka bersinar terang sebelum terbuka dengan sendirinya.
Dilon dan Gallen melangkah dengan senyum yang merekah, merasa sedikit gugup karena tak sabar menerima kekuatan yang teramat besar.
Perjalanan mereka menuju batu Ametrine ternyata masih harus melewati beberapa hal yang memang disiapkan untuk melindungi batu kuat itu.
Di dalam ruangan ternyata masih ada barrier yang dipasang mengitari sebuah meja kecil dari marmer dengan sebuah kotak mirip peti melayang di atasnya.
"Sebenarnya berapa barrier yang mereka pasang? merepotkan sekali." Keluh Gallan yang sedari tadi sudah tidak sabar. Selain itu mereka juga tidak punya banyak waktu, takut pasukan Elder berhasil menyusul.
"Sabar sayang, aku tidak bisa membayangkan seberapa kuatnya batu itu hingga dilindungi sedemikian rupa."
Batu Ametrine memang terkenal dengan kekuatannya namun sampai sekarang tak pernah ada yang tahu seberapa kuatnya batu itu. Bahkan orang-orang yang bekerja di istana pun tidak mengetahui hal itu. Hanya para Zachary dan orang-orang tertentu yang mengetahui rahasia dibalik batu berwarna violet itu.
Seperti sebelumnya, Dilon kembali merapal mantra hingga keempat batu elder kembali melayang di udara. Sekali lagi batu-batu itu mengeluarkan cahaya sesuai dengan warnanya disusul dengan cahaya emas dari peti kecil di dalam berier yang perlahan terbuka. Cahaya emas itu semakin terang diikuti cahaya violet yang tampak cantik saat bergabung bersama.
Dilon dan Gallan tersenyum lebar sebentar lagi tujuan mereka akan tercapai. Tinggal mengambil batu itu dan melakukan sedikit ritual maka kekuatan besar akan mengalir di tubuh mereka.
Barrier yang melindungi peti perlahan terkikis, membuat cahaya emas dan violet semakin menyilaukan. Gallan sampai memejamkan matanya karena hal itu.
Perlahan batu para elder bergerak melayang mengitari peti kecil yang juga perlahan terbuka. Dilon dan Gallan menahan nafas dengan rasa bahagia yang membuncah saat batu-batu yang menyimpan kekuatan itu seperti melebur menjadi satu kedalam peti, pertanda jika mereka berhasil membuka segel.
Seiring dengan itu cahaya emas dan violet yang tadi cukup menyilaukan perlahan meredup kembali dan hilang begitu saja meninggalkan peti kecil yang sudah terbuka.
Dilon mengambil peti itu dengan tidak sabaran sama halnya dengan Gallan yang semakin merapatkan tubuhnya ke arah sang kekasih, penasaran dengan batu terkuat yang sering dibicarakan oleh para tetua.
Namun saat mereka melihat ke dalam peti, hanya ada sebuah bantalan yang masih menyisakan sedikit cahaya emas dan violet. Mereka tidak menemukan apapun bahkan batu yang dikatakan mirip kristal itu tidak ada di sana.
"Dimana batu itu?" Geram Dilon sembari mencoba merogoh bagian terdalam peti, barang kali batu itu tersimpan di bawah sana. Namun nihil mereka benar-benar tidak menemukan apapun.
"Bagaimana bisa?"
"Apa para Elder mengelabuhi kita?"
Tangan Dilon terkepal erat, jika benar para Elder itu sudah mengelabuinya maka ia akan meratakan mereka semua.
"Cepat cari di sekitar ruangan ini."
Gallan mengangguk kemudian keduanya berkeliling ruangan mencari sesuatu mencurigakan yang mungkin bisa menjadi tempat penyimpanan batu Ametrine.
"Mencari sesuatu tuan-tuan?"
Suara lembut penuh wibawa itu membuat Dilon dan Gallan tersentak sebelum mengalihkan pandangannya pada sosok pemuda bersurai emas dengan warna mata emas dan violet, sangat mempesona. Di samping pemuda itu berdiri seekor serigala putih bersih dengan netra yang sama.
"Siapa kau?" Tanya Dilon.
"Tidak peduli siapa aku, yang pasti apa yang kau cari tidak akan pernah kau dapatkan."
Kalimat penuh nada mengejek itu membuat Dilon dan Gallan geram.
"Berikan batu Ametrine atau aku akan menghancurkan seluruh bangsa vampire."
Sosok pemuda itu terkekeh mendengar gertakan Dilon.
"Kalian menginginkan batu itu? Bagaimana ya?" Ucap si pemuda sembari meletakkan telunjuknya di kepala, berlagak berfikir.
"Siapa kau sebenarnya, sialan." Gallan berteriak, sangat muak dengan wajah menyebalkan pemuda di hadapannya.
"Astaga, baiklah-baiklah aku akan memperkenalkan diri."
Pemuda bersurai emas itu maju beberapa langkah diikuti sang serigala yang masih setia berdiri kokoh di sampingnya.
"Perkenalkan, Aku Nolan Zachary."
Ucapan itu membuat Dilon dan Gallan tercekat. Namun belum sampai di situ saja.
"Aku adalah wujud asli batu Ametrine. Jadi jika kau ingin batu itu maka kau harus membunuhku."
---
TBC
LANJUT GAAAAA
Met sahur yaaa, aku abis sahur pake sampel behhhh. Tinggal nunggu mulesnya wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LOST EMPIRE [NOMIN]
FanfictionJeno melakukan kesalahan besar dengan menghamili teman satu grupnya Na Jaemin di tengah keadaan bangsanya yang terancam. Udah baca aja aku ga pinter bikin deskripsi takut malah spoiler wkkw. #bxb #nomin #nct #vampire