✨ 29. Seorang Pahlawan ✨

470 62 20
                                    

Kangen gak?

Maaf lama yaa, tapi masih nunggu aku update kan?

Tolong koreksi jika ada typo 😁

Happy Reading Guys ❤️

***

Adel merasakan usapan lembut pada bagian perut terbukanya. Tanpa menoleh ke belakang pun ia sudah tahu siapa yang melakukannya, tentu saja Sakti. Pria yang kondisinya sama seperti dirinya, terbuka layaknya seorang bayi yang baru lahir. Keduanya berada dibalik selimut yang sama setelah menghabiskan pagi menjelang siang yang panas. Bahkan peluh keduanya masih tersisa di kening.

Tanpa dijelaskan lebih detail kalian pasti sudah paham dengan apa yang terjadi. Sakti benar-benar memberikan Adel hukuman tapi juga memberikan sebuah kenyamanan seperti sekarang.

Tangannya terus bergerak mengusap permukaan perut Adel yang kini sudah terlihat menyembul.

Sakti bergerak hingga dadanya menyentuh punggung Adel tanpa terhalang sehelai kain pun. Lambat laun, tangannya itu bergerak ke atas dan menemukan puncak dada yang langsung ia pilin pelan hingga Adel berjengit kaget.

"Sakti!" seru Adel seraya menjauhkan tangan Sakti dari dadanya.

"Apa sih?!" tanya Sakti terlihat tidak merasa bersalah. Ia mencoba lagi meraih dada Adel namun dengan cepat Adel terduduk. Ia langsung melilitkan selimut tanpa memperdulikan tubuh Sakti yang toples karena selimut tersebut dimonopoli olehnya.

"Kalo aku diam aja yang ada semakin panjang urusannya," ucap Adel dibalas decakan kecil oleh Sakti.

Ia bersiap untuk turun dari ranjang, namun Sakti menahan ujung selimut yang membalut tubuhnya.

"Mau ke mana?"

"Ke kamar mandi, aku udah nggak betah banget kayak gini." Sakti kembali menahan Adel yang memang sudah ingin sekali membasuh tubuhnya dengan air dingin. "Sakti lepasin!" seru Adel kesal.

Sakti bangkit dari posisi tidurannya, ia sempat meraih boxer miliknya yang ia lempar dekat kaki ranjang, lalu mulai menatap Adel tajam.

"Lo gue perhatikan semakin berani aja ya? Jadi suka melawan dan marah-marah ke gue," ujar Sakti yang kini berdiri di hadapan Adel yang langsung memasang wajah cemberut.

"Tuh kan, lo juga semakin annoying. Padahal sebelum-sebelumnya lo nggak pernah berani pasang muka kayak gini. Oh ya satu lagi, lo bahkan berani cubit lengan gue," tambah Sakti sambil berdecak pinggang.

Adel pun menghela nafas. Ia segera memasang wajah ramah bahkan sampai tersenyum lebar yang membuat Sakti langsung mengumpat dalam hati karena senyum tersebut sangatlah manis. Perlu ia akui.

"Aku minta maaf karena mungkin belakangan ini sikap aku udah buat kamu kesal. Tapi tolong jangan hukum aku lagi ya? Aku benar-benar capek dan aku juga mau mandi karena udah gerah banget."

Adel siap beranjak, tapi untuk kesekian kalinya Sakti menahan dirinya. "Gue belum selesai bicara," ucapnya tegas. Akhirnya Adel mengalah dan kembali mendengarkan setiap kata yang Sakti ucapkan.

"Lo udah minta ibu lo buat berhenti?"

Tubuh Adel langsung menegak. Senyum di bibirnya luruh tanpa bisa ditahan. Ia menunduk cukup lama.

"Adel, jawab! Lo udah minta ibu lo buat berhenti kan?" Sakti meraih dagu Adel agar mendongak menatapnya.

Dengan lemah Adel menggeleng. "Maaf ...." lirihnya.

Result Of Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang