✨ 14. Memilih Menyerah ✨

470 55 9
                                    

Balik lagi nih Sakti dan Adel 💫

Masih setiakan menanti mereka update?

Yuk lebih semangat lagi vote dan komennya supaya aku jadi semakin rajin untuk update 🥰

Percayalah kalau satu komen dari kalian itu berharga sekali untuk aku💕

Btw kalian asal mana aja nih? Yuk absen, siapa tahu ada yang satu kota sama aku😁✌️

Btw kalian asal mana aja nih? Yuk absen, siapa tahu ada yang satu kota sama aku😁✌️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading Guys ❤️

***

Lusa. Orang tua Sakti mengatakan bahwa mereka akan datang saat lusa kan? Dan lusa itu jatuh pada hari ini. Tapi ... hari sudah hampir malam, namun Adel tidak juga melihat akan ada yang datang ke rumahnya hari ini. Apa itu artinya Sakti masih tidak mau bertanggung jawab atas kehamilannya kini?

Adel menghela nafas sedih. Ia pun menutup tirai jendelanya ketika mulai lelah menanti sesuatu yang tidak pasti.

Baiklah, ia tidak akan lagi berharap pada Sakti untuk bertanggung jawab. Ia memutuskan untuk segera mengemasi barang-barangnya dan pergi dari rumah ini. Jika Sakti memang tetap tidak mengakui anak yang dikandunganya sekarang adalah anaknya juga, maka Adel tidak akan memaksanya lagi.

Adel mengusap perutnya yang nantinya akan semakin besar seiring berjalannya waktu.

"Maafin aku ya, aku terpaksa harus bawa kamu pergi jauh dari ayah kamu, karena rasanya bakal percuma kalau kita terus berharap sama dia sementara dia sendiri nggak menginginkan kita."

Kakinya pun melangkah mendekati lemari pakaian, di atas ranjang sudah ada tas besar yang ia siapkan untuk memasuki pakaiannya dan barang-barang lain yang ia harus bawa.

Sebelum itu, ia pun berbalik badan untuk menatap sekeliling kamarnya. Tempat yang rasanya sudah menjadi sebagian hidupnya, karena sudah menemaninya selama dua belas tahun ini.

"Pasti nanti aku bakal rindu banget sama suasana kamar ini. Aku berharap setelah meninggalkan rumah ini, aku bisa dapat tempat yang lebih nyaman dan lebih layak lagi untuk bayi ini," ucap Adel sambil menunduk, mengusap perutnya.

Ia pun menghentikan kegiatan menatap kamarnya dan mulai memasukkan pakaian yang harus ia bawa dan barang-barangnya.

Handphone jadul yang berada di sebelah tas itu berdering, menandakan ada sebuah panggilan masuk. Adel segera melihat siapa yang menelponnya dan terpampang lah nama Mama Adina yang membuatnya berdebar takut.

Belakangan ini ia memang tidak lagi datang ke toko bunga milik Mama Adina, semua ia lakukan agar Mama Adina tidak curiga dengan apa yang sedang ia tutupi, yaitu kehamilannya. Bahkan sudah tiga hari ini ia tidak masuk sekolah dengan alasan sakit.

Result Of Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang