✨ 32. Pergi ✨

502 64 31
                                    

Update lagi nih, ada yang udah kangen belum sama mereka?

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya 🔥🔥

Koreksi kalau ada typo yaa, terima kasih!

Happy Reading Guys ❤️

***

Adel berhasil menghindar dari Sakti paska hari di mana ia mengigit bahu Sakti untuk melepaskan diri. Bukan cuma itu, suasana hatinya masih belum baik akibat ucapan pria itu. Bahkan ia yang biasanya tidak akan bisa tertidur cepat jika belum bertemu dengan Sakti pun kini bisa tertidur dengan mudahnya, seluruh tubuhnya ia tutupi dengan selimut sebagai upaya perlindungan diri. Mungkin anak-anaknya paham bahwa saat ini Bunda mereka sedang bersedih karena ucapan Ayah mereka kemarin malam.

Ya, Adel akui bahwa hatinya benar-benar terluka. Ia tahu konsekuensi seperti ini yang akan ia dapatkan bila mencintai pria yang masih mencintai masa lalunya. Oleh karena itu, ia akan mencoba untuk tidak semakin dalam mencintai Sakti. Meski ia tahu usaha sebelum-sebelumnya gagal, tapi kali ini ia sungguh-sungguh melakukan hal itu, sebab ia merasa tidak kuat dengan rasa sakit ini.

"Pokoknya kalau Sakti baik lagi sama aku, aku harus biasa aja. Nggak boleh kebawa perasaan sedikit pun, karena sebaik apapun Sakti hatinya masih tetap milik Lauren."

Adel menghela nafas berat. Ia segera bangkit dari ranjang dan mengikat rambutnya yang tergerai itu. Ia harus melakukan sebuah pekerjaan agar tidak terus-menerus mengingat tentang Sakti yang saat ini sedang berkuliah dan kemungkinan pria itu sudah lupa dengan apa yang ia katakan kemarin malam. Tak apa, kalimat tersebut untuk Lauren jadi ia tidak perlu berharap Sakti mengingatnya.

"Maafin Bunda ya kalau masih belum bisa buat Ayah kalian itu terima kalian. Tapi kalian nggak boleh sedih, karena Bunda akan selalu menerima dan cinta kalian. Bahkan Bunda rela memberikan seluruh nyawa Bunda untuk kalian," ujarnya pilu. Adel mengusap perutnya sambil menahan tangis.

Ngomong-ngomong sekarang ia sudah menemukan panggilan yang pas untuk dirinya ke anak-anaknya kelak. Bunda, entah kenapa setiap menyebut dirinya seperti itu ada euforia yang membuncah di dadanya. Rasanya menyenangkan sekali dan ia tidak sabar menunggu anak-anaknya memanggilnya seperti itu. Dan untuk Sakti, Adel tidak tahu pria itu akan menyukai panggilan tersebut atau tidak. Ia tidak mau memikirkan itu sekarang, sebab berefek pada hatinya yang semakin berharap pada Sakti.

Akhirnya Adel pun memilih untuk merapihkan kamar saja, walau sebenarnya kamar tidur mereka masih terlihat sangat rapi. Tapi ia tetap akan membereskannya, demi bisa melupakan semua yang membuatnya sedih.

Adel memulainya dengan mengganti seprai dan selimut, lanjut membereskan lipatan baju-baju Sakti yang ternyata sangat berantakan. Adel tidak tahu kenapa lemari pakaian Sakti ini sering kali berantakan, mungkin cara pria itu ketika menggambil baju tidak sabaran alhasil menjadi berantakan seperti ini. Tidak apa, artinya ia memiliki banyak pekerjaan dan itu cukup membantu meringankan isi kepalanya.

Adel mengeluarkan satu persatu pakaian Sakti yang berantakan iyu dari lemari dan ia taruh di atas ranjang agar mempermudahnya untuk dilipat ulang. Khusus bagian baju yang dilipat, sedangkan yang digantung tidak ia keluarkan karena tidak berantakan. Lemari bagian kanan sudah kosong, ia hendak beranjak ke bagian kiri namun ekor matanya menangkap sesuatu di dalam lemari tersebut, ia segera mengambilnya dan ternyata sebuah foto.

Tanpa beban ia membalik foto tersebut, wajahnya yang semula sumringah mendadak senyum tersebut luruh usai melihat sebuah potret sepasang kekasih yang saling merangkul dan salah satunya sedang mencium pipi kekasihnya itu. Mereka tampak mesra dan tentu saja bahagia.

Result Of Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang