✨ 34. Sungguh-sungguh ✨

442 58 15
                                    

Update lagi ya. Semoga nggak bosen deh kalau cerita ini update.

Budayakan untuk vote dan komen sebanyak-banyaknya yaa 🔥🔥

Tandai jika ada typo!!

Happy Reading Guys ❤️

***

Sakti berjalan santai menghampiri Hans dan Joel yang duduk di salah satu meja yang berada di kantin fakultas manajemen. Tanpa sapaan hangat, ia mengambil posisi duduk di sebelah Joel. Sebagai antisipasi saja karena hubungannya dengan Hans belum baik-baik saja.

"Ada yang mau gue sampaikan ke kalian," ucap Sakti begitu melihat tatapan kedua sahabatnya.

"Paling mau membela diri lagi kayak yang udah-udah. Tapi sori, gue nggak akan peduli," ucap Hans sambil menyeruput Milk Tea kesukaannya.

Sakti menghela nafas. "Gue mau mengatakan sejujurnya, tapi lihat reaksi lo kayak gini gue jadi urung."

Joel langsung menyentuh bahu Sakti. "Gue bakal dengerin apa yang mau lo sampaikan. Jadi ngomong aja sekarang, Hans juga pasti dengar," ucapnya.

Ada tarikan nafas panjang yang Sakti lakukan sebelum bicara. Ia mencoba untuk rileks, karena apa yang akan ia sampaikan mungkin akan memicu emosi kedua sahabatnya. Jadi ia tidak boleh emosi lebih dulu untuk meminimalisir terjadinya baku hantam.

"Sebenarnya ... gue sama Adel menikah bukan karena perjodohan, tapi karena gue udah buat dia hamil," ucap Sakti dengan nada bicara pelan.

"YA?" Joel tampak terkejut mendengarnya. "Wait! Gue nggak salah dengar, Sak? Lo ... hamili Adel? Gimana bisa, bukannya selama ini lo sukanya sama Lauren aja tapi kenapa bisa Lo tidur sama Adel?"

Dari awal Sakti sudah menduga akan mendapatkan pertanyaan seperti ini. Jadi ia akan menjawabnya dengan jujur dan santai pula.

"Semuanya karena nggak sengaja. Lo ingat party anniversary ortu gue enam bulan lalu? Mulanya dari situ, tepat di malam setelah gue diputusi Lauren. Gue yang galau malam itu malah minum banyak dan akhirnya mabuk berat. Nggak tahu kenapa tiba-tiba gue turun ke lantai satu yang di mana ada Adel," cerita Sakti harus terjeda karena Joel melayangkan satu pertanyaan.

"Adel itu salah satu anak dari tamu nyokap bokap lo?"

Sakti menggeleng. "Bukan, kalau dia anak dari salah satu tamu ortu gue nggak mungkin dia terima-terima aja gue anggap sebagai anak pembantu. Dia itu kayak bantu-bantu EO yang menyiapkan acara anniversary ortu gue waktu itu. Intinya dia orang miskin. Gue benar-benar nggak kenal sama dia, tapi malam itu ketika menatap wajahnya gue malah seperti melihat wajah Lauren. Dengan gobloknya gue tarik dan bawa dia ke gudang dan terjadilah peristiwa yang membuat, gue yang mengira Adel adalah Lauren langsung kepikiran untuk melakukan itu, supaya Lauren nggak meninggalkan gue. Bodohnya gue salah orang dan pada akhirnya Adel hamil anak gue." Sakti mengangkat bahu santai seakan kejadian tersebut hal biasa.

"Bangsat! Muka lo nggak ada tampang bersalah sama sekali ya, Sak. Atau emang lo senang karena udah buat Adel hamil kayak gini? Padahal jelas dia masih muda, masa depannya hancur gara-gara lo, tai!" ucap Hans berapi-api, kesal melihat wajah Sakti yang tidak merasa bersalah.

"Gue ngaku salah, tapi perlu diingat, gue santai gini karena merasa udah bertanggung jawab. Buktinya gue nikahi dia kan? Nggak kabur gitu aja atau jadi Bang Toib yang nggak pulang-pulang?" balas Sakti sambil menyandarkan punggungnya ke tembok di belakangnya.

Result Of Mistake Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang