Hai ketemu lagi, pasti udah pada kangen ya. Aku juga kangen sama komen-komen kalian 🥺❤️
Jangan lupa untuk vote dan komen sebanyak-banyaknya 🔥🔥
Bakar dong chapter ini kalau mau cepat update 🔥🔥🔥
Tandai jika ada typo!
Happy Reading Guys ❤️
***
Sakti tidak menyangka bahwa hari di mana Adel menangis akan membuat wanita itu mendiaminya selama lebih dari satu hari, tepatnya satu Minggu. Cukup lama dan Sakti tidak habis pikir akan selama itu istrinya menghindar.
Padahal kalau dipikir-pikir Sakti tidak melakukan kesalahan besar pada Adel. Ia juga tidak bertindak jahat dan kasar, ia juga tidak mencaci maki wanita itu, lalu apa yang membuat Adel seperti ini?
Mereka bahkan sampai berpisah kamar karena Bundanya yang meminta. Katanya Adel butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri dan pikiran. Apalagi mengingat ucapan Adel yang berniat pergi dari rumah dan juga kehidupannya. Sakti tidak protes dan ternyata terbiasa tidur bersama membuatnya cukup kesepian ketika harus tidur sendiri.
"Pasti kata-kata itu kan yang mau kamu sampaikan kepada Lauren? Seperti waktu di mana kamu mabuk."
Kalimat yang Adel ucapan seminggu lalu itu masih berputar di kepalanya. Begitu jelas dan terngiang selalu.
"Gue cuma minta dia buat jangan pergi tapi kenapa balasan dia malah bawa-bawa nama Lauren? Padahal gue nggak ada ungkit soal Lauren di depan dia—kecuali malam itu! Iya benar, malam di mana gue mabuk gue sempat nyebut nama Lauren. Tapi itukan karena ... Ah! Masa Adel marah karena hal sepele kayak gitu?"
Sakti mencoba mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu, mungkin saja ada kejadian terlewat yang ia lupa tapi ternyata melukai perasaan Adel.
"Tapi apa iya perasaan wanita itu sensitif banget mengalahkan bokong anak kudanil?" Sakti menghembuskan nafas kasar karena tidak mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya.
"Kalau emang dia marah ke gue bisa langsung bilang aja nggak sih letak kesalahannnya? Jangan tiba-tiba mau pergi. Kalau dia pergi artinya anak-anak gue juga bakal dia bawa, gue nggak akan setuju—wait! Apa Adel marah karena gue pernah bilang kalau gue ini nggak menginginkan anak-anak itu ya? Bisa jadi sih, tapi gue yakin nggak cuma itu aja masalah yang buat dia marah ke gue. Pasti ada hal lain lagi yang sampai sekarang gue nggak tahu apa,"
Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Sakti segera membukanya dan ternyata Agatha-yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Pagi Masnya aku yang paling ganteng. Kok cemberut gitu sih mukanya?" sapa Agatha yang terdengar mengejek.
"Ngapain? Masih pagi, jangan bikin mood Mas jadi tambah jelek,"
Agatha segera memasang wajah malas. "Siapa juga yang mau bikin mood Mas jelek, kan emang selalu gitu, nggak pernah bagus," balas Agatha sambil tertawa geli.
Sakti berdecak, hendak menutup pintu kamar namun Agatha segera menahannya, hampir saja tangan adiknya itu terjepit. "Tha!" Sakti berseru kaget.
"Ih Mas Sakti! Kalau aku kejepit aku bakal teriak dan nangis kencang biar Mas Sakti dimarahi Bunda!"
"Salah sendiri, lain kali kalau orang tutup pintu tangannya jangan dimasukkan kayak tadi, bahaya," ucap Sakti tegas. Ia berjongkok di depan Agatha untuk melihat kondisi tangan sang adik. "Nggak kenapa-kenapa kan?" Sakti mengusap tangan adiknya itu dengan lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/321990993-288-k871134.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Result Of Mistake
General FictionSama-sama berusia muda, sama-sama masih ingin merasakan kebebasan namun karena satu kecerobohan yang diperbuat semua berubah dalam sekejap. Menjalin sebuah ikatan dengan cara terpaksa merupakan mimpi buruk bagi keduanya. Bersama tanpa cinta seperti...