Tikam

120 24 0
                                    

Tikam




Acara itu di mulai dengan tenang, orang-orang yang
menyaksikan banyak memberikan pertanyaan setelah materi di sampaikan, hingga membuat orang yang di tanya tersenyum penuh pengertian.

"Baiklah ada yang ingin bertanya lagi?" Ucap gadis itu menatap ke arah seluruh audience yang ada, kamera tak berhenti merekam dan mengambil gambar dari gadis itu.

"Saya"

Gadis itu menatap ke arah audience, seorang perempuan berambut pirang mengangkat tangan nya. Kemudian itu ia berdiri setelah mendapatkan persetujuan.

"Saya ingin bertanya, sebelumnya maaf karena pertanyaan ini tidak ada sangkut pautnya dengan materi yang anda sampaikan"

Gadis itu menatap audience itu dengan mengernyitkan dahi kebingungan tapi sedetik kemudian ia mengangguk sebagai tanda persetujuan nya.

"Mengapa Nona Nayanika tidak lagi menggunakan nama belakang kelurga nona, yaitu pradigma?"

Gadis yang bernama Nayanika itu terdiam, senyum yang tadi terbit di wajahnya seketika memudar. Keadaan menjadi hening dan dari arah audience nampak seorang laki-laki bertopi dengan pakaikan nya yang serba hitam.

Laki-laki itu menatap Nayanika dengan penuh kerinduan dan rasa bersalah yang sulit untuk ia ungkapkan.

*
*
*
*

"Nayanika pradigma?"

Di depan kelas seorang guru sejarah sedang mengabsen, ia memanggil satu persatu nama murid disana hingga nama Naya juga tak terlewatkan.

"Naya mana? Gak masuk lagi?" Ucap guru itu, sadar bahwa empu pemilik nama tak kunjung juga menyahuti.

Murid-murid disana hanya geleng-geleng tak tahu, mereka juga tak terlalu memperdulikan gadis bernama Naya itu.

"Chika, mana saudara mu? Dua hari ini dia tak pernah terlihat" guru itu beralih kepada gadis yang duduk di kursi depan, ia nampak geleng-geleng polos.

"Saya juga kurang tahu pak, Naya memang jarang pulang dan lebih suka berada di luar rumah bersama teman-teman nya" ucap Chika, gadis yang tonaben nya adalah saudara tiri dari Naya.

Guru itu menghela nafas panjang, bingung harus berkomentar apa dengan penuturan yang ia dengar.

"Baiklah, kita langsung saja ke pelajaran nya. Buka halaman 67 dan jawab soal ujian kompetensi nya"

Setelah memberikan tugas guru itu keluar dari kelas.

Disisi lain, naya sedang membereskan semua barang-barang nya. Ia memutuskan untuk kabur dari rumah setelah perlakuan buruk yang ia dapatkan.

Keluarga yang harus nya melindungi dan menjadi tempat nya pulang malah menyakiti Naya tanpa ampun, gadis itu seakan-akan tak diberikan kesempatan untuk berkembang.

Ponsel Naya berdering, ia menatap layar dan menemukan seseorang yang sedang menelpon nya.

"Hallo?" Ucap Naya

"Share lock alamat kos Lo sekarang juga!"

Sambungan telpon terputus dengan kesal Naya mengirimkan alamat kos nya kepada orang yang baru saja menelpon nya itu, ada perasaan kesal dan lelah yang ia rasakan saat ini.

Naya beralih ke koper nya, setelah kemarin tiba di kos nya ini hal yang Naya lakukan hanya beres-beres, bahkan ia terpaksa harus bolos sekolah untuk sementara ini.

Naya menghela nafas lelah, tanpa sadar air matanya turun membasahi pipi saat ia melihat fhoto keluarganya dulu. Fhoto disaat dimana keluarga nya masih baik-baik saja.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang