Random short story✓
One shoot✓
Terimakasih untuk yang sudah mampir dan untuk yang sudah tekan vote. Aku sungguh menghargai itu.... Thank you very khamsa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
La Bouf
Suara dentuman keras itu membuat seluruh hutan termangu, buru-buru mereka meninggalkan semua kegiatan yang sedang mereka kerjakan.
"KITA DI SERANG!" seruan itu membuat semua orang berhamburan, tak tentu arah untuk mencari tempat berlindung.
Pengawal istana menyebar ke seluruh penjuru hutan, bersama dengan pedang dan tombak mereka berusaha menutupi setiap pintu masuk ke dalam negeri mereka.
"LA BOUF DI SERANG!" Seruan itu kembali terdengar.
Dengan langkah tegasnya, fawn, panglima hutan menyeret tongkat nya ke arah pintu masuk negeri, hanya mereka penduduk asli negeri la Bouf saja yang mampu melihat pintu itu.
"JANGAN BIARKAN SIAPAPUN MASUK KE NEGERI KALIAN! TEMPAT INI ADALAH MILIK KITA, SEKARANG DAN SELAMANYA!" Jerit fawn, ia mengarahkan tongkatnya ke arah pintu transparan itu, kemudian cahaya berwarna emas dan abu-abu menyeruak keluar dari tongkat tersebut.
(Fawn)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fawn mengeram, tugasnya adalah melindungi hutan dan negerinya. Tidak ada satupun orang yang mampu menembus pertahanan negerinya tanpa persetujuan fawn.
Bahkan si penguasa hutan, fern tak akan mampu melindungi hutan sebaik fawn.
Tongkat itu kembali ke tangan fawn, pintu menunju negeri la Bouf kembali tertutup.
Tergopoh-gopoh, Herga mendekati fawn dengan wajah khawatir.
"Mereka tidak akan berhenti fawn! Kita musnahkan saja mereka!" Ucap Herga.
Fawn menoleh sekilas, tanpa mengucapkan satu patah katapun, sayapnya menyeruak keluar dari jubah emas yang ia kenakan.
Sayapnya kembang kempis, warna emas bercampur biru memberikan kesan indah pada sayap laki-laki itu.
Fawn meninggalkan Herga disana yang menatap takjub kepada sayap nya. Walaupun itu bukan pertama kali ia melihat sayap fawn, tetap saja ia tetap terpukau dengan indahnya.