Why me?Salah ku dimana?
Mengapa dunia memberikan semua beban ini kepada manusia lemah seperti ku?
Aku bukan super Hero atau pahlawan yang menjadi tokoh utama dalam ceritanya. Mereka mungkin akan selalu berhasil menghadapi semua rintangan, tapi aku berbeda. Aku tidak kuat, aku tidak punya magic yang mampu menyelamatkan ku dari kesengsaraan.
Aku hancur dan sangat sulit untuk disatukan kembali.
Mereka menatap seakan-akan semuanya adalah salah ku, padahal disini yang menjadi korbannya adalah aku.
Aku dilecehkan, harga diri ku dihancurkan oleh laki-laki yang berkuasa.
Kehormatan yang mati-matian ku jaga di rusak dengan mudahnya oleh manusia bejat yang di puji-puji oleh masyarakat.
Mereka semua buta. Netra mereka tertutup oleh pekatnya pencitraan laki-laki itu.
Kenapa harus aku yang merasa hina? Tidak ada satupun wanita yang rela harga dirinya dihancurkan. Aku, kamu dan kita semua berharga.
Tubuh ini milik kita, kita berhak atas tubuh kita sendiri.
Aku ingin menuntut keadilan, tapi ternyata membuka suara tak selamanya berakhir benar. Buktinya sekarang malah aku yang di katakan kotor.
"Ah palingan dia juga suka"
"Dia duluan tuh yang godain"
"Gimana gak di unboxing orang pakaian nya aja terbuka banget"
Mirisnya, orang-orang yang berkata demikian biasanya adalah seorang perempuan.
Iya benar, seorang perempuan. Padahal aku dan mereka sama. Apakah sesulit itu untuk sekedar mengerti? Jika tak ingin mendukung, maka tutup lah mulut mu itu.
Aku berjuang dengan rasa Malu, takut, kecewa dengan diri sendiri dan rasa bersalah.
Apakah benar itu salah ku?
Apakah ada yang salah dengan cara ku ber-sikap?
Apakah pakaian ku memang se-terbuka itu?
Aku benci karena harus menyalahkan diri sendiri. Disini aku adalah korban nya dan aku berhak menuntut atas ketidakadilan yang terjadi dengan diriku.
Tidak ada yang salah dengan cara berpakaian ku. Pelecahan tidak hanya terjadi kepada perempuan yang berpakaian terbuka saja, bahkan seorang muslimah yang menutup dirinya pun sering mendapatkan pelecehan.
Salahnya ada di si pelaku. Semua manusia mempunyai nafsu, tapi mereka-mereka yang melakukan pelecahan adalah orang-orang yang gagal mengontrol nafsunya.
Mereka sakit jiwa.
Berhenti menormalisasi kan sesuatu hal yang tidak seharusnya di normalisasi kan. Seperti pelecehan salah satu nya.
Pelecahan sudah di anggap seperti budaya. Hal ini yang menyebabkan korban takut untuk membuka suara, karena pada dasarnya suara mereka tak di dengar. Ingin mengandalkan hukum? Jangan harap. Orang-orang biasa seperti aku akan kalah dengan mereka yang berkuasa.
"Karena masih baru, jadi harus banyak hati-hati ya"
Ingin ku jawab tidak!
Aku harus rela menanggung segalanya. Salah satunya adalah janin yang hadir dalam perut ku karena kejadian waktu itu.
Tidak ada yang mau seperti ini, aku pun tidak mau. Aku tahu, bayi ini hadir karena sebuah kesalahan, tapi dia tetap tidak bersalah. Dia tidak pernah memilih untuk hadir dengan cara seperti ini.
Yang harus ku tahu, bahwa sekarang aku harus belajar menerima.
Ini seperti sebuah trauma, setiap kali mengingat tentang bayi ini kejadian kelam itu akan terbayang-bayang.
"Maaf......"Semudah itu ya? Apakah kata maaf itu mampu mengubah hidup ku seperti semula?
Apakah ucapan maaf itu akan membuat orang-orang berhenti menatap hina ke arah ku?
"Maafin aku saa, tolong biarin aku tanggung jawab atas apa yang udah aku perbuat"
Dia meringkuk di bawah kaki ku, suara nya sudah tercekat oleh tangis nya sendiri.
Ah, aku menjadi dejavu. Aku pernah hancur seperti dia, aku pernah tersiksa sampai ingin mati.
Sedikit cerita tentang dia. Dia adalah ayah dari bayi yang sedang aku kandung. Dia laki-laki bejat dan brengsek.
Dia jahat. Dia tega mengambil sesuatu hal yang berharga dari ku. Dia merusak segala hal yang telah ku bangun indah.
Pertanyaan nya.......
Harus kah aku memaafkan nya?
TAMAT
>Pict by pinterest.>
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
Short StoryRandom short story✓ One shoot✓ Terimakasih untuk yang sudah mampir dan untuk yang sudah tekan vote. Aku sungguh menghargai itu.... Thank you very khamsa.