Bodyguard
Suara tembakan bergemuruh di seluruh penjuru ruangan. Rumah bak istana berlantai lima itu kacau balau. Barang-barang yang awalnya tertata rapi sudah berserakan dan tak berbentuk.
Perempuan itu membenamkan wajahnya diantara lututnya, sembari menutup telinganya perempuan itu menangis tersedu-sedu.
Dari celah pintu lemari tempatnya bersembunyi, ia dapat melihat seorang laki-laki yang sedang membawa pistol berjalan memasuki kamarnya.
Kara, nama gadis itu. Beberapa menit lalu, di depan matanya ia menyaksikan betapa kejamnya laki-laki itu membunuh kedua orangtuanya. Menembak sebuah peluru tepat di jantung kedua orangtuanya.
Bibir perempuan itu bergetar menahan takut, dalam hati ia terus berdoa agar bisa terselamatkan dari pembantaian kejam itu.
Laki-laki itu keluar dari kamarnya, kara bisa menghela nafas sejenak.
Suara tembakan kembali terdengar.
Ia ingin lari.
Ini bukan sekedar perampokan biasa, kara tahu betul siapa laki-laki dengan pistol itu. Ia hafal betul wajah laki-laki yang bertahun-tahun sudah menjadi rekan bisnis orangtuanya. Alex.
"Cari sampai ketemu!"
Kara tahu siapa pemilik suara itu dan ia juga tahu siapa yang laki-laki itu ingin temukan.
Dia, laki-laki itu menginginkannya. Menginginkan kara.
Suara langkah kaki terdengar mendekat, kara memejamkan mata. Sudah ia duga, hanya orang bodoh yang tidak akan bisa menemukan tempatnya bersembunyi. Satu-satunya tempat dikamar ini yang bisa menampung tubuh nya hanya di dalam lemari ini.
Pintu lemari di buka paksa, kara hampir berteriak jika saja orang yang membuka pintu tersebut tak membungkam mulutnya.
Manik mereka bertemu, kara menatap wajah yang sudah lama ia rindukan. Kasa, Kakak laki-lakinya.
Kara meringsuk memeluk kasa, si empu membalas pelukan itu erat. Rasanya sangat menyesal karena membiarkan kara hidup bersama orang tua nya yang keras.
Kasa melepas pelukan itu, bukan saatnya mereka melepas rindu.
"Kasa, mama sama papa..."
"I know. But this is not the time to mourn, we have to get out of here.
Kara menatap sang kakak dengan ragu, secara rumah itu sekarang sudah di kepung oleh Alex beserta anak buahnya.
" Trust me" kata kasa, ia sadar dengan air muka adiknya yang nampak khawatir.
Kasa menuntun kara untuk menaiki punggungnya, dengan gemetaran gadis itu menurut dan memeluk sang kakak dari belakang. Batin nya tak pernah berhenti berdo'a kepada Tuhan agar di selamatkan.
"Kara sudah di temukan, aku akan keluar secepatnya!" Ucap kasa, entah ia berbicara kepada siapa. Tetapi kara dapat melihat sebuah earphone yang bertengger di lubang telinga sang kakak.
Baru selangkah mereka keluar dari kamar itu, suara tembakan kembali terdengar. Suara itu saling menyahut hingga kara tak tahan untuk tidak menggigit bibirnya ketakutan.
Kasa menatap sekelilingnya, rumah itu sekarang benar-benar berantakan. Banyak darah yang bercecer di mana-mana. Kasa meringis melihatnya, rumah besar bak istana itu sekarang sudah bukan apa-apa lagi selain menjadi tempat pembantaian keluarga nya.
Lantai bawah sudah di penuhi oleh anak buah Alex, satu-satunya jalan keluar dari kediaman itu hanya dengan meloncat dari lantai tiga. Jika tidak habislah mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story
Historia CortaRandom short story✓ One shoot✓ Terimakasih untuk yang sudah mampir dan untuk yang sudah tekan vote. Aku sungguh menghargai itu.... Thank you very khamsa.