Random short story✓
One shoot✓
Terimakasih untuk yang sudah mampir dan untuk yang sudah tekan vote. Aku sungguh menghargai itu.... Thank you very khamsa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bodyguard 2
Sudah sebulan lebih ia di kurung di apartemen itu. Apartemen yang awal nya ia puji dengan keindahannya sekarang malah menjadi pemandangan yang membosankan.
Ia ingin keluar, menikmati hari-harinya seperti dulu, hangout bareng teman-temannya dan jalan-jalan kulineran.
Tapi Kasa benar-benar keterlaluan, Kara sama sekali tak di biarkan menginjakkan kakinya keluar dari apartemen itu, jika sampai ia ketahuan keluar Kasa bilang ia tak akan segan-segan untuk memberikan sanksi yang tegas kepada perempuan itu.
Setiap hari ia hanya menikmati waktunya dengan menonton tv atau membaca buku Raga, sialnya ia juga baru mengetahui bahwa apartemen tempat nya dikurung bukanlah tempat tinggal milik Kasa melainkan milik Raga.
Sehari-hari ia hanya bersama Raga, kasa akan datang jika ia mau, tapi sudah seminggu ini Kasa tak menunjukkan batang hidungnya di apartemen itu.
"Raga?" Panggil Kara, ia memberanikan diri untuk mengajak laki-laki itu berbicara lebih dahulu.
"Kenapa? Butuh sesuatu?" Balas ragta, ia menutup buku yang sedang ia baca dan menatap Kara.
Laki-laki itu kemudian menggeser kursi di sampingnya dan meminta Kara untuk duduk di sana.
"Aku ingin keluar"
Permintaan yang keluar dari mulut gadis itu membuat Raga langsung menghela nafas gusar, "Anak buah Alex ada di mana-mana, memangnya kamu mau ditangkap sama dia dan di jadikan istri nya?"
Kara langsung geleng-geleng, membayangkan nya saja sudah membuat perempuan itu takut.
"Amit-amit deh" balasnya, "tapi aku bosan di kurung terus di sini"
Raga terdiam, jarinya mengetuk-ngetuk meja dan otaknya dipaksa berpikir keras.
"Ayo ikut aku" kata Raga, ia berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu apartemen.
Wajah Kara berbinar ia langsung beranjak dan mengikuti Raga dari belakang.
Raga membuka pintu, tanpa meminta izin ke Kara ia langsung menggenggam tangan perempuan itu dan keluar begitu saja.
Sempat mematung sejenak dengan perlakuan mendadak dari Raga, jantung Kara berdetak kencang.
Mereka berjalan di koridor gedung itu, menaiki lift dan tibalah mereka di lantai atas. Tepatnya di rooftop gedung apartemen itu.
Walaupun hanya rooftop, tapi Kara dibuat senang oleh Raga.
Pemandangan dari atas membuat suasana hatinya membaik. Ia menghirup udara segar dengan rakus dan menikmati sinar matahari sore itu.
Dan Raga hanya bisa tersenyum kecil memperhatikan Kara yang nampak seperti anak kecil di matanya.