good bye: Hai?

63 14 0
                                    


Good bye: hai?



Hai aku Lia...

Dari cerita sebelumnya (good bye!) Kalian mungkin sudah tahu aku siapa.

Tepat di depan toko kue yang ku miliki, dia berdiri dengan tubuhnya yang tegak. Memandang ke arah dalam toko tempat ku berada.

Aku sama terkejutnya dengan dia, mematung di tempat dan sangat sulit untuk sekedar menggerakkan bibir. Bungkam sama sekali.

29 tahun sudah usia ku, dia juga sama.

Dan, dia menepati janjinya untuk kembali. Tanpa sadar, tetes air mata meloloskan diri dari manik ku, aku mengusap nya dengan terburu-buru.

Seorang pria kecil kemudian menghampiri dia. Aku... Aku tersenyum melihatnya.

Hidung dan matanya sangat mirip dengan dia, dan panggilan yang keluar dari mulut pria kecil itu membuat ku semakin yakin dengan identitas nya.

"Ayah..."

Kun, kau pulang. Bersama orang-orang terkasih mu.

Ah, aku baru sadar dengan perempuan cantik yang kau genggam erat tangan nya itu. Bulu mata lentik nya, hidungnya yang mancung, dan dagunya yang terpahat sempurna... Itu semua adalah wajah impian ku. Dan kau ternyata memiliki mimpi ku, Kun.

Kau memasuki toko kue yang tak terlalu besar ini, tangan mu menggenggam erat keluarga kecil yang kau bawa ke hadapan ku.

Aku masih tetap tersenyum, kau juga demikian. Dan semakin dekat aku semakin sadar.

Bahwa...

Kita se-asing ini ya sekarang.

Dulu, aku bebas memeluk tubuh mu. Aku bebas melakukan apapun di hadapan mu, saudara ku sendiri.

Tapi lihatlah sekarang, untuk sekedar menyapa saja rasanya sangat sulit.

"Mbak"

Yeri, perempuan tiga tahun di bawah ku itu menyenggol lengan ku pelan, sepertinya sadar dengan kebungkaman yang tercipta tiba-tiba.

Aku tetap terdiam, walaupun manik ku Sekarang sedang panik menatap ke sana sini. Bingung harus melakukan apa.

"Lia... adik manis ku"

Suara mu masih sama seperti dahulu, suara yang begitu menenangkan ku. Suara yang kata Lucas adalah kebisingan dunia.

Ngomong-ngomong tentang Lucas, laki-laki itu masih menghilang hingga sekarang. Padahal aku sangat merindukan nya.

"Aunty, a-aku mau kue tart itu"

Bibir ku kembali tertarik menunjukkan senyum lebar, suara anak kecil yang berada di gendongan ayahnya itu sangat merdu melalui rongga pendengaran ku. Walaupun bahasa Indonesia yang dia gunakan terdengar kaku dan penuh kehati-hatian, aku tetap merasa bangga pada usaha nya.

"Hai, kau mau kue tart?" Ucap ku,

Anak kecil itu mengangguk antusias.

Yeri kemudian menuntun keluarga kecil itu menuju sebuah meja tunggu, mereka sekeluarga duduk disana sembari menatap ku yang sibuk menyiapkan kue untuk mereka.

***

Tawa Kun terdengar di ruang tamu rumah, bunda novela dan bibi tri juga nampak bahagia setelah kedatangan putranya.

"Hai Lia..."

Aku tersenyum, "hai, kau butuh sesuatu?"

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang